Sejarah
Perjalanan Keluarga Ibu Siti Khomsah Pada Tahun 1990-2008
MAKALAH
HISTORIOGRAFI KELUARGA
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh
bapak
Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan Ibu Indah W.P Utami, S.Pd., S.Hum.,
M.Pd
oleh
Abdul Harits 130732607175
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keluarga adalah sebuah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan bebebrapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam
satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang
terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi peulis adalah
segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena keluarga tempat
kita untuk menyampaikan keluh kisah dalam keseharian melakukan kegiatan.
Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita,
disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita dan tidak pernah mengelu
mengahadapi kita semua.
Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak
kita sadari itu. Antara lain fungsi tersebut yaitu, pertama keluarga sebagai pendidik
artinya keluarga mendidik kita dalam hal perilaku, tata auturan, kelakuan, cara
bersosialisasi, dan dalam hal apapun agar kita semua bisa mempunyai bekal di
hari nanti meski kita sudah sekolah di tempat yang formal. Fungsi kedua adalah
sosialisasi, mengajarkan kita cara bergaul dan cara bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar agar kita tidak terjerumus dalam hal negativ. Fungsi ketiga
adalah sebagi perlindungan yatu melindungi kita dalam kesehatan lahir dan
batin. Yang keempat yaitu agama, memberikan cara kita pengajaran tentang agama
mengenalkan kita terhadap Tuhan dan cara kita sholat denganNya. Yang kelima
dalam segi ekonomis memberikan ekonomi kita agar kita bisa hidup. Yang terakhir
memberikan kita kasih sayang, perhatian terhadap kita.
Keluarga juga mempunyai banyak tugas antara
lain yang disebitkan penulis adalah dalam pemeliharaan fisik keluarga, yaitu
memberikan perlindungan terhadap keluarganya. Yang kedua pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, agar setiap anggota keluarga
terpenuuhi apa yang diinginkan.
Setiap keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam
hidupnya. Entah itu permasalahan internal maupun permasalahan eksternal. Dalam
masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa
terselesaikan dengan baik dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam
menghadapi masalah tersebut. Maka dari itu penulis membuat topik sejarah
perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga dari Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008.
B. Rumusan Masalah
(1.) Bagaimana sejarah perjalanan hidup keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun
1990-2008?
(2.) Bagaimana permasalahan sosial dan ekomomi
keluarga Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008?
C. Tujuan
(1.)
Untuk menjelaskan sejarah perjalanan hidup
keluarga Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008.
(2.)
Untuk menjelaskan permasalahan sosial dan
ekonomi keluarga Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008.
D. Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam
beberapa langkah, yaitu heuristic,
kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
(1.) Pemilihan Topik
Penulis memilih topik
yang berjudul sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga kartika
dari Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008.
Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dan permasalahan yang
pernah dihadapi atau dijalani oleh keluarga Ibu Siti Khomsah. Begitu banyak permasalahan
yang dihadapi oleh Ibu Siti
Khomsah yang sangat bagus untuk di jelaskan, meskipun penulis tidak sepenuhnya
menulis semua permasalahan tersebut karena narasumber tidak ingin semua tahu
tentang permasalahannya tersebut.
(2.) Heuristik
Penulis menggunakan
metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Ibu Siti Khomsah dan mengumpulkan data
dari internet untuk mengumpulkan data yang penulis inginkan. Penulis
mengumpulkan data dari wawancara dan dari internet agar bisa dibandingkan dan
bisa mengetahui perbedaannya.
(3.) Kritik/ Verifikasi
Penulis mengupulkan
data-data dari wawancara dengan salah satu keluarga Ibu Siti Khomsah dan mengumpulkan data
dari internet agar dapat dibandingkan antara lain dari wawancara menyebutkan
cara melakukan ruwatan dan pengertian ruwatan yang hampir berbeda. Jika dari
wawancara ruwatan tersebut digunakan untuk membersikan diri dari penyucian diri
jika ada orang tua yang mempunyai 2 anak
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan anak tunggal entah itu
laki-laki ataupun perempuan dan anak laki-laki yang diapit dua perempuan
ataupun sebaliknya harus diruwat agar anak tersebut tidak sengsarahidupnya.
Sedangkan dari internet ruwatan tersebut sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas
dosanya/kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya.
(4.) Interpretasi
Jika
menurut penulis tradisi ini sangat lah masih dipercayai dan digunakan
bagi para warga ataupun di seluruh jawa masih menggunakan tradisi ini.
(5.) Historiografi
Pada
bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara
mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari internet yang dapat
memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi.sedangkan bab 2 menjelaskan
bagaimana isi dari perjalanan hidup dari permasalahan
hidup yang dijalani oleh keluarga Ibu Siti Khomsah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Sejarah
Perjalanan
Hidup
Keluarga Ibu Siti
Khomsah Pada
Tahun
1990-2008.
Keluarga ibu Siti Khomsah adalah sebuah keluarga yang
bisa dikatakan keluarga besar karena terdiri dari 5 orang anggota keluarga. Nama suami beliau adalah Bapak Mathokan. Anak pertama beliau adalah seorang puteri yang bernama
Mustaghfiroh yang menikah pada tahun 2002 dengan seoarng laki-laki bernama
Zainal Muttaqin. dan anak Ibu
Siti
Khomsah yang kedua adalah Abdul Harits yang lahir pada tahun 1992 dan anak
beliau yang terakhir adalah seorang putera yang bernama Baihaqy Ahmad yang
lahir pada 2008. kedua anak putera mereka lahir pada bulan yang sama dan
tanggal yang berurutan.
Ibu
Siti
Khomsah di lahirkan pada tahun 26 Mei 1963 dari pasangan suami istri yaitu ibu
Sumiyati dan bapak Mukran. ibu
Siti
Khomsah mempunyai 6 bersaudara. ibu
Siti
Khomsah adalah saudara tertua. Pada zaman dulu adat di jodohkan oleh orang tua
adalah hal yang harus di laksanakan oleh anaknya. Ketika itu Ibu Siti Khomsah di jodohkan dengan
seorang laki-laki yang bernama bapak Mathokan yang lahir pada 5 Agustus tahun
1952 anak dari bapak Ngatimin dan ibu Yatimah yang pekerjaanya adalah seorang
petani. Setelah itu mereka di pertemukan oleh ayah di ibu Siti Khomsah yang bernama bapak Jayadi
atau lebih tepatnya suami yang kedua dari ibu sumiyati. Mereka bertemu di atas
tengah lahan sawah.( Muntamah. 2013)
Pada bulan Maret tahun
1979, umur ibu Siti Khomsah baru menginjak kira-kira 16
tahun akhirnya menikah dengan bapak
Mathokan. Dulu mereka adalah keluarga petani yang setiap harinya menghabiskan
waktu di sawah. Mereka mulai berangkat ke sawah kira-kira jam 4 pagi atau habis
subuh dengan membawa perangkat alat sawah yang biasanya mereka pakai, mereka berngkat
dengan membawa sepeda onthel dengan jarak dari rumah ke sawah kira-kira 6-7 km.
walaupun kadang-kadang mereka merasa lelah tapi mereka bahagia dengan menjalani
semuanya bersama-sama. Tetapi berselang 2 tahun kemudian hal bahagia tersebut
tidak berlangsung lama. Karena watak dari bapak Mathokan sendiri begitu keras
mereka sering bertengkar mulut dan sesekali bapak Mathokan menggunakan
tangannya untuk melakukan kekerasan tersebut, “mungkin kalau saya hidup di kota, saya adukan ke pengadilan dengan kasus
KDRT seperti sekarang ini” tutur ibu Siti
Khomsah.
Walaupun sering
bertengkar mulut, pada 08 Agustus tahun 1980 lahirlah anak pertama beliau yang
bernama Mustaghfiroh. Pada saat itu bapak Mathokan masih menunjukan sikap keras
kepalanya kepada ibu Siti
Khomsah. Walaupun sudah mempunyai anak, tetapi di dalam keluarga kecil beliau
masih sering bertengkar mulut di hadapan anak mereka.
Pada usia 4 tahun anak
beliau memulai pendidikannya, dengan biaya yang seadanya anak beliau masih bisa
mengikuti sekolah. Pada saat itu lah pada tahun 1985, bapak Mathokan mencoba
merantau ke negri jiran Malaysia dengan tidak begitu ikhlas karena beliau masih
menginginkan tetap kerja di atas lahan sawah. Tetapi kebutuhan keluarga mereka
semakin banyak, tidak mungkin juga mereka mengandalakan pekerjaan di sawah. (
Muniroh. 2013).
Dulu setelah 1 tahun
merantau, bapak Mathokan kembali lagi ke rumah. Bukan yang diinginkan keluarga
mereka yang datang, tetapi beliau tidak membawa apapun dari perantauaanya.
Setelah itu beliau kembali lagi mejadi petani, beliau sering ke sawah dari pagi
sampai malam hari, dan ibu
Siti
Khomsah mengurus anak pertamanya.
Pada januari tahun
1992, beliau di karuniai anak kedua yang bernama Abdul harits. bapak
Mathokan bahagia sekali mempunyai anak
laki-laki, karena bapak Mathokan menginkan ada yang membantunya bekerja di
sawah setiap harinya. Tetapi pada saat itu bapak Mathokan kembali lagi bekerja
di Malaysia. Tapi pernah sekali beliau di pulangkan oleh dubes Malaysia karena
surat-surat kelengkapan beliau sebagai seorang TKI tidaklengkap. (Mustaghfiroh.
2013 ).
Pada tahun 1994 ibu Siti Khomsah mencoba membuka usaha
kecil-kecilan yakni membuka warung nasi uduk. sampai sekarang. Walaupun
pertamanya ibu Siti
Khomsah membuka daganganya di dapur dulunya, tetapi meski begitu, pada saat itu
sudah banyak pelanggan nasinya walaupun tetangga-tetangga dekat.
Pada tahun 1998,
saudara ke tiga dari ibu Siti Khomsah bernama Azizul Ghofar yang melanjutkan
pendidikan di Universitas Negri Malang meninggal saat melakukan kegiatan
liburanya setelah wisuda jenjang S1 prodi pendidikan sejarah. Azizul Ghofar
meninggal di bawah air terjun dengan luka di kepalanya, Azizul Ghofar meninggal
di RS. Syaiful Anwar Malang. Pada saat itu ibu Siti Khomsah pun terkejut karena adiknya
yang paling beliau banggakan meninggal, meskipun adik beliau yang ke empat yang
bernama Ikhwanul Musyafa’ juga menempuh pendidikan yang sama dengan adik beliau
yang ke tiga, tetapi pada saat kejadian itu adik beliau yang ke empat tidak mau
menemani lama-lam kakakanya yang sedang di rawat di RS. Syaiful Anwar dengan
alasan mengulang mata kuliah yang tidak lulus dan mengikuti pelatihan skripsi. Ikwanul
Musyafa’ cuma sekedar menjunguknya. ( Mustaghfiroh. 2013).
Pada tahun 2000,
keluarga ibu Siti
Khomsah membangun rumah sendiri setalah
kurang lebih 21 tahun satu rumah dengan ibunya yang bernama Sumiyati. Rumah
yang bisa dibuat membuka usaha warung nasinya. Pada tahun 2002, ibu Siti Khomsah bisa menikahkan anaknya
pertamanya yang bernama Mustaghfiroh dengan seorang laki-laki satu desanya yang
bernama Zainal Muttaqin yang pekerjaanya juga adalah seorang TKI yang bekerja
di Malaysia. Sebenarnya Zainal Muttaqin masih saudara sepupu atau dalam bahasa
di desa kami “mindhoan” . (ibu
Siti
Khomsah. 2013)
Mustaghfiroh
akhirnya mempunyai keluarga kecil sendiri dengan Zainal Muttaqin. Mereka di
Karuniai anak pertamanya seorang puteri yang bernama Putri Widya Dana.
Walauapun sampiai saat ini Mustaghfiroh masih satu rumah dengan ibu Siti Khomsah tetapi di dalam satu rumah
yang sederhana itu pula mereka menjadi keluarga besar dan bekerja sama sama.
Pada saat anak yang
ketiga itu bertumbuh besar kira-kira pada usia 2 tahun, ibu Siti Khomsah kembali lagi kepada profesi
usaha pertamanya sebagai penjual nasi sampai sekarang dan mampu meluluskan
sekolah SMA anaknya yang pertama dan kedua, kemudian yang ketiga masih
duduk di bangku SD dan anak yang kedua
masih bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negri berkat kegigihanya
menekuni profesi dari menjual nasi setiap paginya tanpa ada bantuan dari
suaminya karena suaminya yang semakin tua dan mempunyai penyakit. Hanya
Mustaghfiroh anaknya yang pertama membantu berjualan nasi sambil mengantar dan
menjemput adik dan anaknya yang sama sama duduk di bangku SD. Sampai
Sekarangpun keluarga ibu Siti
Khomsah juga bisa membuka lapak jualan nasinya di pasar. .
1.2.Permasalahan
sosial dan ekomomi keluarga Ibu Siti
Khomsah pada tahun 1990-2008
Disetiap kehidupan atau dalam rumah tangga
pasti ada permasalahan. Dalam masalah tersebut kita harus menyelesaikannya.
Setiap keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya.
Entah itu permasalahan internal maupun permasalahan eksternal. Dalam masalah
tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa
terselesaikan dengan baik dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam
menghapi masalah tersebut.
Pada tahun 2000, ketika
baru saja keluarga ibu Siti
Khomsah menempati rumah yang baru, masalah didalam keluarganya kembali lagi,
masalah ekonomi yang membuat suami beliau marah marah tidak jelas, padahal yang
harus menghidupi keluarga adalah seorang suami, istri hanya bisa membantu
berdagang kecil kecilan. suami beliau tiba tiba marah dan membuat beliau pinsan
didepan suaminya.Setelah itu bukan menolong beliau yang pinsan tetapi malah
marah marah tidak jelas. (Mustaghfiroh.2013)
Pada tahun 2005, ibu Siti Khomsah memutuskan bekerja menjadi
TKW di Brunei karena kebutuhan keluarga yang semakin besar, walaupun menantunya
juga membantu bekerja di Malaysia tapi itu belum cukup untuk kebutuhan keluarga
karena bapak Mathokan yang sudah semakin tua dan mempunyai penyakit asam urat.
Tetapi tidak berlangsung lama ibu
Siti
Khomsah bekerja sebagai TKW di brunei. Karena masalah administrasi yang kurang
lengkap dan disuruh majikanya pulang ke Indonesia. Pada awal bulan Maret tahun
2007 ibu Siti
Khomsah akhirnya pulang, walaupun beliau pulang karena kelengkapan
administrasinya beliau setidaknya mendapatkan uang yang cukup untuk menambahi
usahanya. ( Muniroh. 2013 )
Pada saat setelah
pulang dari Brunei tersebut, ibu
Siti
Khomsah mengandung anak yang ke tiga. Bukan hal bahagia yang di dapatkan,
tetapi gunjingan dari tetangga yang menuduh anak yang di kandung itu adalah
anak dari majikannya yang berda di Brunei karena jarak dari kepulangan beliau
sangat dekat dengan beliau mengandung tersebut.
Akhirnya para tetangga pun menggunjing keluaraga ibu Siti Khomsah. (Siti Khomsah.2013).
Walaupun hal itu tidak
berlangsung lama karena keluarga ibu
Siti
Khomsah tidak begitu menghiraukan gunjingan para tetangga yang tidak tahu
sebenarnya, tetapi gunjingan tersebut membuat
keluarga ibu Siti
Khomsah sempat sakit hati dengan tetangga. Namun ada salah satu tetangga yang
bernama Ngatari yang menjadi ketua RT dikeluarga ibu Siti Khomsah percaya kalau ibu Siti Khomsah itu mengandung dengan
suaminya bapak Mathokan kerana pada saat bapak Ngatari disawah yang deket
pembuangan sampah, bapak Ngatari melihat bapak Mathokan yang sedang membuang kotoran
dari hubungan intim beliau.
saya
sempat berbincang-bincang dengan bapak mathokan, saya bertanya kepada beliau
apa itu? kemudian bapak mathokan jawab” hal biasa tadi malam yang di lakukan
suami istri”.tutur bapak Ngatari. (2013).
Tetapi hal yang
terpenting adalah perhitungan tanggal yang tepat yang bisa membuktikan kalau ibu Siti Khomsah mengandung anak dari
suaminya sendiri. karena baru berselang 2 bulan ibu Siti Khomsah mengandung dan periksa ke
bidan, dan perhitungan itu tepat karena baru pada 16 januari 2008 ibu Siti Khomsah melahirkan anak yang ketiga
berjenis kelamin laki-laki yang di beri nama Baihaqy Ahmad.
(Mustaghfiroh.2013).
BAB III
PENUTUP
2.1.
Kesimpulan
Dalam
kehidupan ibu Siti Khomsah masalah itu selalu ada dan
datang silir berganti tetapi permasalahan tersebut bisa dijalani dan
diselesaikan dengan ikhlas tanpa ada kata mengeluh dari ibu Siti Khomsah. Masalah tersebut adalah
masalah ekonomi, sosial dan lain lain.
2.2.
Saran
Dalam
menghadapi sebuah masalah kita seharusnya tidak boleh mengeluh dalam
menghadapinya. Dalam suatu masalah tidak haruslah dicampurkan dengan masalah
yang lain karena ini bisa membuat kita bingung dengan masalah tersebut, malah
membuat masalah tersebut tidak terselesaikan. Sebaiknya diselesaikan dengan
satu persatu tidak harus dicampurkan semuanya.
DAFTAR RUJUKAN
Muntamah, 55
tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 16 November 2013,
di tempat kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Mustagfiroh, 33 tahun, Desa
Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 16 November 2013, di tempat
kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Muniroh, 43 tahun, Desa
Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 17 November 2013, di tempat
kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Ngatari,61
tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 17 November 2013,
di tempat kediaman rumah bapak Nagatari.
Hariyono. 1995. Mempelajari
Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
LAMPIRAN
Pertanyaan terkait
wawancara
Hari/tanggal :
Sabtu/16 November 2013
Pukul :
16.30-17.00
Metode :
Wawancara
Informasi :
Muntamah
Tempat/tanggal
lahir :Lamongan,
09 Mei 1957
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Alamat :
Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara : di rumah kediaman Ibu Siti Khomsah
Apakah
dulu Ibu Siti Khomsah sudah memakai listrik?
Belum nak, dulu itu
masih menggunakan lampu minyak yang namanya lampu teplok jadi penerangan waktu
dulu itu masih kurang nak pada waktu malam hari jadi banyak orang yang tidak
keluar malam. Dulu banyak orang lebih memilih untuk keluar pagi atau siang dari
pada keluar malam.
Rumah
Beliau dulu apakah sudah menggunakan batu bata?
Pada zaman dulu semua
rumah masih menggunakan bilik bambu, dan rumah Bapak Sokari dulu itu terbuat
dari bilik bambu dan masih beralaskan tanah dan masih berukuran 4 m dan 12 m.
Hari/tanggal :
Sabtu/16 November 2013
Pukul :
16.30-17.00
Metode :
Wawancara
Informasi :
Mustaghfiroh
Tempat/tanggal
lahir :Lamongan,
08 Agustus 1980
Pekerjaan :
Anak dari Ibu Siti Khomsah
Alamat :
Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara : di rumah kediaman
Ibu Siti Khomsah
Bagaimana
permaslahan ekonomi yang di hadapi keluarga ibu Siti Khomsah?
Ya permasalahan pertama yang di alami ibuk adalah
ketika bapak tidak mau bekerja lagi karena alasan sakit, padahal sudah beberapa
kali di bawa ke rumah sakit dan dukun untuk mengobati penyakitnya yang diduga
penyakit asam urat itu. tetapi bukan bapak berusaha sembuh tetapi malah bapak
malas buat bekerja lagi, cuma bisa ke sawah berangkat pagi dan pulang malam.
Apakah
keluarga ibu Siti
Khomsah pernah berusaha untuk membiayai keluarga tanpa bantuan suaminya ?
Pernah, ibuk pernah menjadi TKW di Brunei tetapi
gimana ya... kalau di bilang kurang beruntung ya kurang tetapi kita tetp
mensyukuri
Bagaimana
dengan suami ibu Siti
Khomsah ? Adakah usaha unutk bekerja
dulunya?
Ada , pernah berusaha menjadi TKI tetapi di sana
bukan bekerja gitu, tetapi terlalu sering ibadah. padahal ya kalau ibadah juga
harus berusah bekerja bukan terus terusan berdo’a tanpa ada usaha. kemudian
juga sering pulang ke rumah, disana bapak Cuma sebentar-sebentar, 2 bulan sudah
pulng, 1 bulan sudah pulang gitu.
Hari/tanggal :
Minggu/17 November 2013
Pukul :
18.30-19.00
Metode :
Wawancara
Informasi :
Muniroh
Tempat/tanggal
lahir :Lamongan,
29 Agustus 1972
Pekerjaan :
Adik ipar Ibu Siti Khomsah
Alamat :
Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara : di rumah kediaman
Ibu Siti Khomsah
Permasalahan
apa saja yang dihadapi oleh Ibu Siti Khomsah Bu lek?
Pada tahun 2005, ibukmu memutuskan bekerja menjadi TKW di
Brunei karena kebutuhan keluarga yang semakin besar, walaupun menantunya juga
membantu bekerja di Malaysia tapi itu belum cukup untuk kebutuhan keluarga
karena bapak Mathokan yang sudah semakin tua dan mempunyai penyakit asam urat.
Tetapi tidak berlangsung lama ibukmu
bekerja sebagai TKW di brunei. Karena masalah administrasi yang kurang lengkap
dan disuruh majikanya pulang ke Indonesia. Pada awal bulan Maret tahun 2007 ibuku akhirnya pulang, walaupun beliau
pulang karena kelengkapan administrasinya beliau setidaknya mendapatkan uang
yang cukup untuk menambahi usahanya. Pada saat setelah pulang dari Brunei
tersebut, ibukmu
mengandung adikmu. Bukan hal bahagia yang di dapatkan, tetapi gunjingan dari
tetangga yang menuduh anak yang di kandung itu adalah anak dari majikannya yang
berda di Brunei karena jarak dari kepulangan beliau sangat dekat dengan beliau
mengandung tersebut. Akhirnya para
tetangga pun menggunjing keluaraga ibukmu.
Hari/tanggal :
Minggu/17 November 2013
Pukul :
18.30-20.00
Metode :
Wawancara
Informasi :
Ngatari
Tempat/tanggal
lahir :Lamongan,
24 Februari 1952
Pekerjaan :
Ketua RT.
Alamat :
Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara : di rumah kediaman
Bapak Ngatari
Bagaimana
keluaraga Ibu Siti Khomsah Menyelesaikan masalah dan gunjingan dari tetangga
pak?
Walaupun hal itu tidak
berlangsung lama karena keluarga ibukmu
tidak begitu menghiraukan gunjingan para tetangga yang tidak tahu sebenarnya,
tetapi gunjingan tersebut membuat
keluarga ibukmu
sempat sakit hati dengan tetangga. Namun karena saya sebagai ketua RT tidak mau
warga saya sampai ada masalah. ketika itu bapakmu membuang sebuah sampah yang
di bungkus yang tidak jelas.setelah itu saya
sempat berbincang-bincang dengan bapak mathokan, saya bertanya kepada beliau
apa itu? kemudian bapak mathokan jawab” hal biasa tadi malam yang di lakukan
suami istri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar