Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 07 Desember 2013



Sejarah Perjalanan Keluarga Ibu Siti Khomsah Pada Tahun 1990-2008
MAKALAH HISTORIOGRAFI KELUARGA
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh

bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan Ibu Indah W.P Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd




oleh

Abdul Harits                           130732607175




http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ48S8Y3AtZtL_XE0vsiPJB2ZpeGAztvNgxFE147mGI10-HV262Dg







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
November 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
  
  Keluarga adalah sebuah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan bebebrapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi peulis adalah segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena keluarga tempat kita untuk menyampaikan keluh kisah dalam keseharian melakukan kegiatan. Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita dan tidak pernah mengelu mengahadapi kita semua.
   Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari itu. Antara lain fungsi tersebut yaitu, pertama keluarga sebagai pendidik artinya keluarga mendidik kita dalam hal perilaku, tata auturan, kelakuan, cara bersosialisasi, dan dalam hal apapun agar kita semua bisa mempunyai bekal di hari nanti meski kita sudah sekolah di tempat yang formal. Fungsi kedua adalah sosialisasi, mengajarkan kita cara bergaul dan cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar kita tidak terjerumus dalam hal negativ. Fungsi ketiga adalah sebagi perlindungan yatu melindungi kita dalam kesehatan lahir dan batin. Yang keempat yaitu agama, memberikan cara kita pengajaran tentang agama mengenalkan kita terhadap Tuhan dan cara kita sholat denganNya. Yang kelima dalam segi ekonomis memberikan ekonomi kita agar kita bisa hidup. Yang terakhir memberikan kita kasih sayang, perhatian terhadap kita.
   Keluarga juga mempunyai banyak tugas antara lain yang disebitkan penulis adalah dalam pemeliharaan fisik keluarga, yaitu memberikan perlindungan terhadap keluarganya. Yang kedua pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, agar setiap anggota keluarga terpenuuhi apa yang diinginkan.
   Setiap keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya. Entah itu permasalahan internal maupun permasalahan eksternal. Dalam masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa terselesaikan dengan baik dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam menghadapi masalah tersebut. Maka dari itu penulis membuat topik sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga   dari Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008.

B.     Rumusan Masalah
(1.)  Bagaimana sejarah perjalanan hidup keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008?
(2.)  Bagaimana permasalahan sosial dan ekomomi keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008?

C.    Tujuan
(1.)  Untuk menjelaskan sejarah perjalanan hidup keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008.
(2.)  Untuk menjelaskan permasalahan sosial dan ekonomi keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008.

D.    Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
(1.)  Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup dan permasalahan sosial keluarga kartika dari Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008. Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dan permasalahan yang pernah dihadapi atau dijalani oleh keluarga Ibu Siti Khomsah. Begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh Ibu Siti Khomsah yang sangat bagus untuk di jelaskan, meskipun penulis tidak sepenuhnya menulis semua permasalahan tersebut karena narasumber tidak ingin semua tahu tentang permasalahannya tersebut.
(2.)  Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Ibu Siti Khomsah dan mengumpulkan data dari internet untuk mengumpulkan data yang penulis inginkan. Penulis mengumpulkan data dari wawancara dan dari internet agar bisa dibandingkan dan bisa mengetahui perbedaannya.
(3.)  Kritik/ Verifikasi
Penulis mengupulkan data-data dari wawancara dengan salah satu keluarga Ibu Siti Khomsah dan mengumpulkan data dari internet agar dapat dibandingkan antara lain dari wawancara menyebutkan cara melakukan ruwatan dan pengertian ruwatan yang hampir berbeda. Jika dari wawancara ruwatan tersebut digunakan untuk membersikan diri dari penyucian diri jika ada orang tua yang mempunyai 2 anak  yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan anak tunggal entah itu laki-laki ataupun perempuan dan anak laki-laki yang diapit dua perempuan ataupun sebaliknya harus diruwat agar anak tersebut tidak sengsarahidupnya. Sedangkan dari internet ruwatan tersebut sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya/kesalahannya yang berdampak kesialan didalam hidupnya.
(4.)  Interpretasi
Jika  menurut penulis tradisi ini sangat lah masih dipercayai dan digunakan bagi para warga ataupun di seluruh jawa masih menggunakan tradisi ini.
(5.)  Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari internet yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi.sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup dari permasalahan hidup yang dijalani oleh keluarga Ibu Siti Khomsah.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Sejarah Perjalanan Hidup Keluarga Ibu Siti Khomsah Pada Tahun 1990-2008.
Keluarga ibu Siti Khomsah adalah sebuah keluarga yang bisa dikatakan keluarga besar karena terdiri dari 5 orang anggota keluarga. Nama suami beliau adalah Bapak Mathokan. Anak pertama beliau adalah seorang puteri yang bernama Mustaghfiroh yang menikah pada tahun 2002 dengan seoarng laki-laki bernama Zainal Muttaqin. dan anak Ibu Siti Khomsah yang kedua adalah Abdul Harits yang lahir pada tahun 1992 dan anak beliau yang terakhir adalah seorang putera yang bernama Baihaqy Ahmad yang lahir pada 2008. kedua anak putera mereka lahir pada bulan yang sama dan tanggal yang berurutan.
Ibu Siti Khomsah di lahirkan pada tahun 26 Mei 1963 dari pasangan suami istri yaitu ibu Sumiyati dan bapak Mukran. ibu Siti Khomsah mempunyai 6 bersaudara. ibu Siti Khomsah adalah saudara tertua. Pada zaman dulu adat di jodohkan oleh orang tua adalah hal yang harus di laksanakan oleh anaknya. Ketika itu Ibu Siti Khomsah di jodohkan dengan seorang laki-laki yang bernama bapak Mathokan yang lahir pada 5 Agustus tahun 1952 anak dari bapak Ngatimin dan ibu Yatimah yang pekerjaanya adalah seorang petani. Setelah itu mereka di pertemukan oleh ayah di ibu Siti Khomsah yang bernama bapak Jayadi atau lebih tepatnya suami yang kedua dari ibu sumiyati. Mereka bertemu di atas tengah lahan sawah.( Muntamah. 2013)
Pada bulan Maret tahun 1979, umur ibu Siti Khomsah baru menginjak kira-kira 16 tahun akhirnya  menikah dengan bapak Mathokan. Dulu mereka adalah keluarga petani yang setiap harinya menghabiskan waktu di sawah. Mereka mulai berangkat ke sawah kira-kira jam 4 pagi atau habis subuh dengan membawa perangkat alat sawah yang biasanya mereka pakai, mereka berngkat dengan membawa sepeda onthel dengan jarak dari rumah ke sawah kira-kira 6-7 km. walaupun kadang-kadang mereka merasa lelah tapi mereka bahagia dengan menjalani semuanya bersama-sama. Tetapi berselang 2 tahun kemudian hal bahagia tersebut tidak berlangsung lama. Karena watak dari bapak Mathokan sendiri begitu keras mereka sering bertengkar mulut dan sesekali bapak Mathokan menggunakan tangannya untuk melakukan kekerasan tersebut, “mungkin kalau saya hidup di kota, saya adukan ke pengadilan dengan kasus KDRT seperti sekarang ini” tutur ibu Siti Khomsah.
Walaupun sering bertengkar mulut, pada 08 Agustus tahun 1980 lahirlah anak pertama beliau yang bernama Mustaghfiroh. Pada saat itu bapak Mathokan masih menunjukan sikap keras kepalanya kepada ibu Siti Khomsah. Walaupun sudah mempunyai anak, tetapi di dalam keluarga kecil beliau masih sering bertengkar mulut di hadapan anak mereka.
Pada usia 4 tahun anak beliau memulai pendidikannya, dengan biaya yang seadanya anak beliau masih bisa mengikuti sekolah. Pada saat itu lah pada tahun 1985, bapak Mathokan mencoba merantau ke negri jiran Malaysia dengan tidak begitu ikhlas karena beliau masih menginginkan tetap kerja di atas lahan sawah. Tetapi kebutuhan keluarga mereka semakin banyak, tidak mungkin juga mereka mengandalakan pekerjaan di sawah. ( Muniroh. 2013).
Dulu setelah 1 tahun merantau, bapak Mathokan kembali lagi ke rumah. Bukan yang diinginkan keluarga mereka yang datang, tetapi beliau tidak membawa apapun dari perantauaanya. Setelah itu beliau kembali lagi mejadi petani, beliau sering ke sawah dari pagi sampai malam hari, dan ibu Siti Khomsah mengurus anak pertamanya.
Pada januari tahun 1992, beliau di karuniai anak kedua yang bernama Abdul harits. bapak Mathokan  bahagia sekali mempunyai anak laki-laki, karena bapak Mathokan menginkan ada yang membantunya bekerja di sawah setiap harinya. Tetapi pada saat itu bapak Mathokan kembali lagi bekerja di Malaysia. Tapi pernah sekali beliau di pulangkan oleh dubes Malaysia karena surat-surat kelengkapan beliau sebagai seorang TKI tidaklengkap. (Mustaghfiroh. 2013 ).
Pada tahun 1994 ibu Siti Khomsah mencoba membuka usaha kecil-kecilan yakni membuka warung nasi uduk. sampai sekarang. Walaupun pertamanya ibu Siti Khomsah membuka daganganya di dapur dulunya, tetapi meski begitu, pada saat itu sudah banyak pelanggan nasinya walaupun tetangga-tetangga dekat.
Pada tahun 1998, saudara  ke tiga dari ibu Siti Khomsah  bernama Azizul Ghofar yang melanjutkan pendidikan di Universitas Negri Malang meninggal saat melakukan kegiatan liburanya setelah wisuda jenjang S1 prodi pendidikan sejarah. Azizul Ghofar meninggal di bawah air terjun dengan luka di kepalanya, Azizul Ghofar meninggal di RS. Syaiful Anwar Malang. Pada saat itu ibu Siti Khomsah pun terkejut karena adiknya yang paling beliau banggakan meninggal, meskipun adik beliau yang ke empat yang bernama Ikhwanul Musyafa’ juga menempuh pendidikan yang sama dengan adik beliau yang ke tiga, tetapi pada saat kejadian itu adik beliau yang ke empat tidak mau menemani lama-lam kakakanya yang sedang di rawat di RS. Syaiful Anwar dengan alasan mengulang mata kuliah yang tidak lulus dan mengikuti pelatihan skripsi. Ikwanul Musyafa’ cuma sekedar menjunguknya. ( Mustaghfiroh. 2013).
Pada tahun 2000, keluarga ibu Siti Khomsah  membangun rumah sendiri setalah kurang lebih 21 tahun satu rumah dengan ibunya yang bernama Sumiyati. Rumah yang bisa dibuat membuka usaha warung nasinya. Pada tahun 2002, ibu Siti Khomsah bisa menikahkan anaknya pertamanya yang bernama Mustaghfiroh dengan seorang laki-laki satu desanya yang bernama Zainal Muttaqin yang pekerjaanya juga adalah seorang TKI yang bekerja di Malaysia. Sebenarnya Zainal Muttaqin masih saudara sepupu atau dalam bahasa di desa kami “mindhoan” . (ibu Siti Khomsah. 2013)
    Mustaghfiroh akhirnya mempunyai keluarga kecil sendiri dengan Zainal Muttaqin. Mereka di Karuniai anak pertamanya seorang puteri yang bernama Putri Widya Dana. Walauapun sampiai saat ini Mustaghfiroh masih satu rumah dengan ibu Siti Khomsah tetapi di dalam satu rumah yang sederhana itu pula mereka menjadi keluarga besar dan  bekerja sama sama.
Pada saat anak yang ketiga itu bertumbuh besar kira-kira pada usia 2 tahun, ibu Siti Khomsah kembali lagi kepada profesi usaha pertamanya sebagai penjual nasi sampai sekarang dan mampu meluluskan sekolah SMA anaknya yang pertama dan kedua, kemudian yang ketiga masih duduk  di bangku SD dan anak yang kedua masih bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negri berkat kegigihanya menekuni profesi dari menjual nasi setiap paginya tanpa ada bantuan dari suaminya karena suaminya yang semakin tua dan mempunyai penyakit. Hanya Mustaghfiroh anaknya yang pertama membantu berjualan nasi sambil mengantar dan menjemput adik dan anaknya yang sama sama duduk di bangku SD. Sampai Sekarangpun keluarga ibu Siti Khomsah juga bisa membuka lapak jualan nasinya di pasar.  .
                
1.2.Permasalahan sosial dan ekomomi keluarga Ibu Siti Khomsah pada tahun 1990-2008

  Disetiap kehidupan atau dalam rumah tangga pasti ada permasalahan. Dalam masalah tersebut kita harus menyelesaikannya. Setiap keluarga pasti mempunyai permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya. Entah itu permasalahan internal maupun permasalahan eksternal. Dalam masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa terselesaikan dengan baik dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam menghapi masalah tersebut.
Pada tahun 2000, ketika baru saja keluarga ibu Siti Khomsah menempati rumah yang baru, masalah didalam keluarganya kembali lagi, masalah ekonomi yang membuat suami beliau marah marah tidak jelas, padahal yang harus menghidupi keluarga adalah seorang suami, istri hanya bisa membantu berdagang kecil kecilan. suami beliau tiba tiba marah dan membuat beliau pinsan didepan suaminya.Setelah itu bukan menolong beliau yang pinsan tetapi malah marah marah tidak jelas. (Mustaghfiroh.2013)
Pada tahun 2005, ibu Siti Khomsah memutuskan bekerja menjadi TKW di Brunei karena kebutuhan keluarga yang semakin besar, walaupun menantunya juga membantu bekerja di Malaysia tapi itu belum cukup untuk kebutuhan keluarga karena bapak Mathokan yang sudah semakin tua dan mempunyai penyakit asam urat. Tetapi tidak berlangsung lama ibu Siti Khomsah bekerja sebagai TKW di brunei. Karena masalah administrasi yang kurang lengkap dan disuruh majikanya pulang ke Indonesia. Pada awal bulan Maret tahun 2007 ibu Siti Khomsah akhirnya pulang, walaupun beliau pulang karena kelengkapan administrasinya beliau setidaknya mendapatkan uang yang cukup untuk menambahi usahanya. ( Muniroh. 2013 )
Pada saat setelah pulang dari Brunei tersebut, ibu Siti Khomsah mengandung anak yang ke tiga. Bukan hal bahagia yang di dapatkan, tetapi gunjingan dari tetangga yang menuduh anak yang di kandung itu adalah anak dari majikannya yang berda di Brunei karena jarak dari kepulangan beliau sangat dekat dengan beliau mengandung tersebut.  Akhirnya para tetangga pun menggunjing keluaraga ibu Siti Khomsah. (Siti Khomsah.2013).
Walaupun hal itu tidak berlangsung lama karena keluarga ibu Siti Khomsah tidak begitu menghiraukan gunjingan para tetangga yang tidak tahu sebenarnya, tetapi gunjingan tersebut membuat  keluarga ibu Siti Khomsah sempat sakit hati dengan tetangga. Namun ada salah satu tetangga yang bernama Ngatari yang menjadi ketua RT dikeluarga ibu Siti Khomsah percaya kalau ibu Siti Khomsah itu mengandung dengan suaminya bapak Mathokan kerana pada saat bapak Ngatari disawah yang deket pembuangan sampah, bapak Ngatari melihat bapak Mathokan yang sedang membuang kotoran dari hubungan  intim beliau.
saya sempat berbincang-bincang dengan bapak mathokan, saya bertanya kepada beliau apa itu? kemudian bapak mathokan jawab” hal biasa tadi malam yang di lakukan suami istri”.tutur bapak Ngatari. (2013).
Tetapi hal yang terpenting adalah perhitungan tanggal yang tepat yang bisa membuktikan kalau ibu Siti Khomsah mengandung anak dari suaminya sendiri. karena baru berselang 2 bulan ibu Siti Khomsah mengandung dan periksa ke bidan, dan perhitungan itu tepat karena baru pada 16 januari 2008 ibu Siti Khomsah melahirkan anak yang ketiga berjenis kelamin laki-laki yang di beri nama Baihaqy Ahmad. (Mustaghfiroh.2013).





BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Dalam kehidupan  ibu Siti Khomsah masalah itu selalu ada dan datang silir berganti tetapi permasalahan tersebut bisa dijalani dan diselesaikan dengan ikhlas tanpa ada kata mengeluh dari ibu Siti Khomsah. Masalah tersebut adalah masalah ekonomi, sosial dan lain lain.
2.2. Saran
Dalam menghadapi sebuah masalah kita seharusnya tidak boleh mengeluh dalam menghadapinya. Dalam suatu masalah tidak haruslah dicampurkan dengan masalah yang lain karena ini bisa membuat kita bingung dengan masalah tersebut, malah membuat masalah tersebut tidak terselesaikan. Sebaiknya diselesaikan dengan satu persatu tidak harus dicampurkan semuanya.













DAFTAR RUJUKAN

Muntamah, 55 tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 16 November 2013, di tempat kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Mustagfiroh, 33 tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 16 November 2013, di tempat kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Muniroh, 43 tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 17 November 2013, di tempat kediaman rumah Ibu Siti Khomsah.
Ngatari,61 tahun, Desa Payaman rt 05 rw 03 kec. Solokuro kab. Lamongan, 17 November 2013, di tempat kediaman rumah bapak Nagatari.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
















LAMPIRAN
Pertanyaan terkait wawancara                       
Hari/tanggal                                        : Sabtu/16 November 2013
Pukul                                                   : 16.30-17.00
Metode                                                : Wawancara
Informasi                                             : Muntamah
Tempat/tanggal lahir                           :Lamongan, 09 Mei 1957
Pekerjaan                                             : Ibu rumah tangga
Alamat                                                : Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara                             : di rumah kediaman Ibu Siti Khomsah

Apakah dulu Ibu Siti Khomsah sudah memakai listrik?
Belum nak, dulu itu masih menggunakan lampu minyak yang namanya lampu teplok jadi penerangan waktu dulu itu masih kurang nak pada waktu malam hari jadi banyak orang yang tidak keluar malam. Dulu banyak orang lebih memilih untuk keluar pagi atau siang dari pada keluar malam.
Rumah Beliau dulu apakah sudah menggunakan batu bata?
Pada zaman dulu semua rumah masih menggunakan bilik bambu, dan rumah Bapak Sokari dulu itu terbuat dari bilik bambu dan masih beralaskan tanah dan masih berukuran 4 m dan 12 m.


Hari/tanggal                                        : Sabtu/16 November 2013
Pukul                                                   : 16.30-17.00
Metode                                                : Wawancara
Informasi                                             : Mustaghfiroh
Tempat/tanggal lahir                           :Lamongan, 08 Agustus 1980
Pekerjaan                                             : Anak dari Ibu Siti Khomsah
Alamat                                                : Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara                             : di rumah kediaman Ibu Siti Khomsah
Bagaimana permaslahan ekonomi yang di hadapi keluarga ibu Siti Khomsah?
Ya permasalahan pertama yang di alami ibuk adalah ketika bapak tidak mau bekerja lagi karena alasan sakit, padahal sudah beberapa kali di bawa ke rumah sakit dan dukun untuk mengobati penyakitnya yang diduga penyakit asam urat itu. tetapi bukan bapak berusaha sembuh tetapi malah bapak malas buat bekerja lagi, cuma bisa ke sawah berangkat pagi dan pulang malam.
Apakah keluarga ibu Siti Khomsah pernah berusaha untuk membiayai keluarga tanpa bantuan suaminya ?
Pernah, ibuk pernah menjadi TKW di Brunei tetapi gimana ya... kalau di bilang kurang beruntung ya kurang tetapi kita tetp mensyukuri
Bagaimana dengan suami ibu Siti Khomsah ?  Adakah usaha unutk bekerja dulunya?
Ada , pernah berusaha menjadi TKI tetapi di sana bukan bekerja gitu, tetapi terlalu sering ibadah. padahal ya kalau ibadah juga harus berusah bekerja bukan terus terusan berdo’a tanpa ada usaha. kemudian juga sering pulang ke rumah, disana bapak Cuma sebentar-sebentar, 2 bulan sudah pulng, 1 bulan sudah pulang gitu.




Hari/tanggal                                        : Minggu/17 November 2013
Pukul                                                   : 18.30-19.00
Metode                                                : Wawancara
Informasi                                             : Muniroh
Tempat/tanggal lahir                           :Lamongan, 29 Agustus 1972
Pekerjaan                                             : Adik ipar Ibu Siti Khomsah
Alamat                                                : Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara                             : di rumah kediaman Ibu Siti Khomsah

Permasalahan apa saja yang dihadapi oleh Ibu Siti Khomsah Bu lek?
Pada tahun 2005, ibukmu memutuskan bekerja menjadi TKW di Brunei karena kebutuhan keluarga yang semakin besar, walaupun menantunya juga membantu bekerja di Malaysia tapi itu belum cukup untuk kebutuhan keluarga karena bapak Mathokan yang sudah semakin tua dan mempunyai penyakit asam urat. Tetapi tidak berlangsung lama ibukmu bekerja sebagai TKW di brunei. Karena masalah administrasi yang kurang lengkap dan disuruh majikanya pulang ke Indonesia. Pada awal bulan Maret tahun 2007 ibuku akhirnya pulang, walaupun beliau pulang karena kelengkapan administrasinya beliau setidaknya mendapatkan uang yang cukup untuk menambahi usahanya. Pada saat setelah pulang dari Brunei tersebut, ibukmu mengandung adikmu. Bukan hal bahagia yang di dapatkan, tetapi gunjingan dari tetangga yang menuduh anak yang di kandung itu adalah anak dari majikannya yang berda di Brunei karena jarak dari kepulangan beliau sangat dekat dengan beliau mengandung tersebut.  Akhirnya para tetangga pun menggunjing keluaraga ibukmu.


Hari/tanggal                                        : Minggu/17 November 2013
Pukul                                                   : 18.30-20.00
Metode                                                : Wawancara
Informasi                                             : Ngatari
Tempat/tanggal lahir                           :Lamongan, 24 Februari 1952
Pekerjaan                                             : Ketua RT.
Alamat                                                : Desa Payaman Kec. Solokuro Kab. Lamongan
Tempat wawancara                             : di rumah kediaman Bapak Ngatari
Bagaimana keluaraga Ibu Siti Khomsah Menyelesaikan masalah dan gunjingan dari tetangga pak?
Walaupun hal itu tidak berlangsung lama karena keluarga ibukmu tidak begitu menghiraukan gunjingan para tetangga yang tidak tahu sebenarnya, tetapi gunjingan tersebut membuat  keluarga ibukmu sempat sakit hati dengan tetangga. Namun karena saya sebagai ketua RT tidak mau warga saya sampai ada masalah. ketika itu bapakmu membuang sebuah sampah yang di bungkus yang tidak jelas.setelah itu  saya sempat berbincang-bincang dengan bapak mathokan, saya bertanya kepada beliau apa itu? kemudian bapak mathokan jawab” hal biasa tadi malam yang di lakukan suami istri”.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar