Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 08 Desember 2013

HISTORIOGRAFI



Napak Tilas Keluarga Satikam Al Putro

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan Ibu Indah W. P . Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd


Oleh :
Erwin Hidayat
130732607195
Offering G





Description: logo.png
 










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
Desember 2013

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Napak Tilas Keluarga Satikam Al Putro dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd. selaku dosen Pengantar Ilmu Sejarah kami yang senantiasa membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah Napak Tilas Keluarga Satikam Al Putro ini.
            Tugas makalah ini merupakan tugas yang menarik karena menjelaskan tentang sejarah keluarga kami sendiri. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara lengkap dan rinci mengenai sejarah singkat dari keluarga Satikam Al Putro. Sehingga dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kami sendiri maupun yang membaca makalah ini.
              Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna sehingga kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan makalah kami. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.



Malang, 1 Desember 2013

                                                                                    Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
       Perkataan “sejarah” mula-mula berasal dari bahasa Arab “syajaratun” (baca ; syajarah) artinya “pohon kayu”. Pohon menggambarkan pertumbuhan terus menerus dari bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga serta buah. Memang di dalam kata sejarah itu tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah menurut Yamin dalam (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 2)
       Sejarah bukan hanya berarti pohon, dalam arti “pohon keluarga” juga tidak hanya berarti keturunan, asal-usul dan silsilah. Walaupun demikian kalau mempelajari sejarah, sedikit-sedikitnya tentu mempelajari cerita, keturunan, silsilah, riwayat, asal-usul tentang seseorang atau kejadian. Sepintas lalu telah diuraikan arti kata sejarah ditinjau dari sudut etimologi, yang menggambarkan sifat seperti pohon yang tumbuh. Namun demikian bukanlah dimaksudkan bahwa sejarah itu secara biologis, tumbuh, berkembang, berbuah atau tidak dan akhirnya mati. Sejarah memang tumbuh, hidup, berkembang dan bergerak terus dan akan berjalan terus tiada hentinya sepanjang masa.
       Sejarah keluarga merupakan salah satu contoh yang paling dasar. Setiap orang pasti memiliki sejarah keluarganya. Dalam sejarah keluarga Satikam Al Putro terdapat sejarah yang menarik mulai dari peran sertanya dalam perang kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga secara tidak langsung beliau juga turut serta dalam penyebaraan agama Islam di Desa Wonoasih.

1.2  Rumusan Masalah
1.        Bagaimana latar belakang sejarah keluarga Satikam Al Putro?
2.        Bagaimana peran serta keluarga Satikam Al Putro dalam perang kemerdekaan NKRI hingga membantu penyebaran agama islam di Desa Wonoasih?



1.3  Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui latar belakang sejarah keluarga Satikam Al Putro.
2.        Untuk mengetahui peranan keluarga Satikam Al Putro dalam perang kemerdekaan NKRI hingga membantu penyebaran agama islam di Desa Wonoasih.

1.4  Metode
1.    Pemilihan Topik
              Sejarah keluarga merupakan pemilihan topik yang saya gunakan dalam
penelitian sejarah. Karena sejarah keluarga merupakan sesuatu yang dekat
dengan kita dan mudah dalam mencari sumber sejarah.
2.    Kritik
       a)    Kritik Ekstrinsik
                        Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan ayah saya menjelaskan bahwa, Satikam Al Putro yang tidak lain adalah ayahnya sendiri kala itu turut serta dalam perang kemerdekaan NKRI melawan Kolonial Belanda yang berada di Kota Probolinggo. Beliau memang bukan seorang prajurit militer, bahkan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan militer. Namun, beliau turut serta dalam perang kemerdekaan dikaarenakan kecintaannya terhadap NKRI yang mendrongnya untuk turut membantu Negara ini mencapai kemerdekaannya. Beliau juga secara tidak langsung membantu penyebaran agama Islam di Desa Wonoasih, dengan cara mendirikan sebuah langgar atau yang biasa disebut dengan surau.

       b)    Kritik Intrinsik
                        Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan ayah saya
              menjelaskan bahwa Satikam Al Putro turut dalam perang kemerdekaan di Kota Probolinggo hanya bermodalkan tekad dan kecintaannya terhadap NKRI meskipun tidak memiliki pengetahuan dalam bidang militer.
                        Selain itu, dari hasil wawancara dengan ayah saya, juga mendapatkan informasi bahwa peran Satikam Al Putro dalam hal keagamaan masih terasa sangat kental dalam keluarga hingga saat ini.  

3.        Interprestasi
            Menurut pendapat saya, Satikam Al Putro merupakan tokoh yang patut ditulis cerita sejarahnya, karena beliau merupakan tokoh yang sangat penting baik itu dalam keikut sertaannya dalam perang kemerdekaan NKRI dan membantu penyebaran agama Islam di Desa Wonoasih meskipun itu hanya dengan endirikan sebuah langgar kecil yang bisa digunakan sebagai tempat beribadah.

4.    Historigraf
·           Bab I
                 Berisi tentang latar belakang dari judul makalah yang saya buat, yakni “Napak Tilas Sejarah Keluarga Satikam Al Putro”. Sehingga masalah umum dalam makalah ini dapat dirumuskan yaitu, bagaimana sekilas sejarah keluarga Satikam Al Putro? Sebaliknya, masalah khusus dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana latar belakang sejarah keluarga Satikam Al Putro?
2.      Bagaimana peran serta keluarga Satikam Al Putro dalam perang kemerdekaan NKRI hingga penyebaran agama islam di Desa Wonoasih?
Dalam bab I juga terdapat metode yang saya gunakan dalam penelitian sejarah. Sejarah keluarga merupakan topik yang saya pilih dalam meneliti sejarah, karena dekat dengan lingkungan kita dan dalam menemukan sumber penelitian sangat mudah didapat.

·         Bab II
          Dalam bab II berisi tentang pembahasan yang saya bahas dari rumusan masalah. Saya membahas mulai dari latar belakang keluarga Satikam Al Putro. Dalam latar belakang keluarga Satikam Al Putro ini,
                        Dijelaskan bahwa Satikam Al Putro merupakan sosok yang dihormati di Desa Wonoasih dikarenakan sifat pribadinya yang baik, tegas dan disiplin.
                        Dalam perkembangannya beliau semakin dikenal oleh warga di Desa Wonoasih karena perannya dalam hal keaagamaan, yang mayoritas warga Desa Wonoasih adalah penganut agama Islam.

·         Bab III
          Dalam bab III berisi tentang penutup. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perjalanan Satikam Al Putro mulai dari peran sertanya dalam perang kemerdekaan, penyebaran agama Islam, membuat beliau dikenal dan dihormati oleh warga Desa Wonoasih sebagai sosok yang baik. Hingga akhir hayatnya beliau tetap dikenal dan dihormati oleh warga Desa Wonoasih, bahkan hingga saat ini keluarga beliau juga tetap dikenal oleh warga Desa Wonoasih karena seluruh jasa dari Satikam Al Putro itu sendiri.
                        Dari kesimpulan tersebut dapat kita sarankan agar memiliki pribadi yang baik agar diingat oleh orang lain, dan tidak lupa kita harus memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi juga diimbangi sifat Religius yang sama seperti Satikam Al Putro. Seperti pepatah yang mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, Manusia mati menonggalkan nama”.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Sejarah Keluarga Satikam Al Putro
       Alkisah Satikam Al Putro adalah seorang putra dari pasangan Satiman Al Sapu’ah dan Sanima Al Sapu’ah, lahir pada 9 Oktober 1922. Beliau terlahir dari keluarga yang sederhana di Desa Wonoasih, dalam kehidupan bermasyarakat keluarga Beliau juga termasuk baik kepada tetangga di Desa Wonoasih.
       Ketika masa kemerdekaan, hampir semua keluarganya beserta Satikam Al Putro turut serta dalam perang kemerdekaan karena rasa nasionalisme Beliau, meskipun dalam bidang militer Beliau tidak memiliki pengetahuan sama sekali.
       Istri Beliau bernama Supiati Al Putro, keluarga Beliau memang bukan termasuk keluarga Bangsawan. Namun, Beliau dikenal oleh warga desa karena pribadi Beliau yang baik dan peran Beliau dalam membantu penyebaran agama Islam di Desa Wonoasih.
       Setelah berakhirnya perang kemerdekaan Satikam Al Putro bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Wonoasih, sebagai seorang Penghulu. Karena pekerjaannya, Beliau semakin dikenal masyarakat hamper di seluruh wilayah Kecamatan Wonoasih. Selain itu di Desa Wonoasih, Beliau juga semakin dihormati karena Beliau adalah seoarng Pegawai Negeri, dari hal ini kami dapat menyimpulkan bahwa Warga Desa pada zaman dahulu dalam hal stratifikasi sosial lebih memandang kepada hal Prestis atau Jabatan, di mana orang yang memiliki jabatan tertinggi dianggap sebagai seorang yang patut dijadikan pemimpin atau bisa dikatakan sebagai pandangan hidup dalam masyarakat.
       Satikam Al Putro meninggal pada 20 Agustus 2001 di usia 79 Tahun, tepat 3 hari setelah Hari Kemerdekaan RI yang ke 56, artinya Beliau masih sempat merasakan kemerdekaan Indonesia lebih dari separuh dari usianya.
2.2  2.    Bagaimana Peran Serta Keluarga Satikam Al Putro Dalam Perang Kemerdekaan NKRI Hingga Membantu Penyebaran Agama Islam Di Desa Wonoasih
     Keluarga Satikam Al Putro memang bukan dari keluarga militer ataupun bangsawan dan priyayi. Namun, keluarga Satikam Al Putro adalah keluarga yang memiliki sifat yang ramah, baik, religius dan nasionalis. Terbukti meskipun Satikam Al Putro tidak memiliki kemampuan di bidang militer, Beliau tetap turut serta dalam perang kemerdekaan RI di Kota Probolinggo. Satikam Al Putro sendiri memang turut memanggul bedil dalam perang kemerdekaan, hal ini dapat dibuktikan dari peninggalan Beliau yaitu berupa longsongan peluru yang Beliau miiki mulai dari yang sudah kosong sampai yang masih orisinil buatan dari PINDAD 90. Selain itu, juga dari cerita istri Beliau, Supiati Al Putro (Almh) yang menceritakan kepada saya sendiri sebagai cucu dari Satikam Al Putro.
              Dalam bidang agama, keluarga Beliau memang bukan menyebarkan Islam secara langsung seperti Wali Songo, namun Beliau secara tidak langsung membantu persebaran Islam di Desa Wonoasih dengan mendirikan sebuah langgar kecil yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya, yaitu RT 06/RW 01 Kelurahan Wonoasih atau yang dulu dikenal dengan nama Dusun Wonoasih. Hingga saat ini warga di Desa Wonoasih, khusunya di wilayah tempat tinggal keluarga Satikam Al Putro semua warganya menganut agama Islam, dan langgar kecil yang dulu dibangun sendiri oleh Satikam Al Putro kini sudah berkembang karena sudah direnovasi dari bantuan seluruh warga desa dan mushola ini hingga sekarang tetap dijadikan sebagai tempat beribadah dan melaksanakan kegiatan Islami.







BAB III
PENUTUP

1.1    Kesimpulan
       Alkisah Satikam Al Putro adalah seorang putra dari pasangan Satiman Al Sapu’ah dan Sanima Al Sapu’ah, lahir pada 9 Oktober 1922. Beliau terlahir dari keluarga yang sederhana di Desa Wonoasih, dalam kehidupan bermasyarakat keluarga Beliau juga termasuk baik kepada tetangga di Desa Wonoasih. Istri Beliau bernama Supiati Al Putro, keluarga Beliau memang bukan termasuk keluarga Bangsawan. Namun, Beliau dikenal oleh warga desa karena pribadi Beliau yang baik dan peran Beliau dalam membantu penyebaran agama Islam di Desa Wonoasih.
       Ketika masa kemerdekaan, hampir semua keluarganya beserta Satikam Al Putro turut serta dalam perang kemerdekaan karena rasa nasionalisme Beliau, meskipun dalam bidang militer Beliau tidak memiliki pengetahuan sama sekali.
       Setelah berakhirnya perang kemerdekaan Satikam Al Putro bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Wonoasih, sebagai seorang Penghulu. Satikam Al Putro meninggal pada 20 Agustus 2001 di usia 79 Tahun, tepat 3 hari setelah Hari Kemerdekaan RI yang ke 56, artinya Beliau masih sempat merasakan kemerdekaan Indonesia lebih dari separuh dari usianya.
       Kepada anak cucunya Beliau selalu berpesan agar tetap menjaga nama baik keluarga dan dan jangan menjadi manusia yang sombong. Meskipun Beliau tidak bisa mengenyam bangku pendidikan secara menyeluruh, namun Beliau tetap berusaha membuat anak cucunya menjadi manusia yang lebih baik dari pada dirinya. Beliau juga mendidik anak cucunya dengan disiplin dan tegas, agar anak cucunya tidak menjadi manusia yang gagal dalam hidup mereka masing-masing.



3.2  Saran
   Dari kesimpulan tersebut dapat kita sarankan agar memiliki pribadi yang baik agar diingat oleh orang lain, dan tidak lupa kita harus memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi juga diimbangi sifat Religius yang sama seperti Satikam Al Putro. Seperti pepatah yang mengatakan “Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, Manusia mati menonggalkan nama”.






















     

   
DAFTAR RUJUKAN

Sjamsuddin, Helius & Ismaun, H. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
       Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Pendidikan Tenaga Akademik.


SILSILAH KELUARGA SATIKAM AL PUTRO

Satikam Al Putro(Alm)         +          Supiati Al Putro(Almh)
Murni Utami                           +          Djajadi                                                (Probolinggo)
Nurhidayat                              +          Erni Maimunah                       (Probolinggo)
Lilik                                         +          Sumadi                                    (Probolinggo)
Ummi Huzaimah                     +          Sukam Iswanto                       (Probolinggo)

Murni Utami                          +          Utami
Sri Utami Hidayati                                                                              (Probolinggo)
Irawati Wijaya                                    +          Slamet Budi Santoso              (Malang)
            Nasywa Haniyah                                                                     (Malang)
Layla Risqiyah                                                                                    (Probolinggo)

Nurhidayat                            +          Erni Maimunah
Rina Hidayati                          +          Seto Aji Kusumantoro                        (Probolinggo)
            -Rhaka Caesar Oktavian Putrantoro                                       (Probolinggo)
            -Chaka Caesar Oktavian Putrantoro                                       (Probolinggo)
Erwin Hidayat                                                                                                (Probolinggo)
Wahyu Hidayat                                                                                   (Probolinggo)

Lilik                                        +          Sumadi
Dewi Ratna Virdausi              +          Holisun                                    (Probolinggo)
            Safna Ikrima Virdausi                                                             (Probolinggo)
Is Aida Latifa                                                                                     (Probolinggo)
Rusoifah Himamie                                                                              (Probolinggo)

Ummi Huzaimah                   +          Sukam Iswanto
Aris Abdillah                                                                                      (Probolinggo)
Siti Rohma(Almh)
Najma Saroyana Zahro                                                                       (Probolinggo)
Qonita Azzila                                                                                      (Probolinggo)
DOKUMENTASI FOTO



Satikam Al Putro(Alm)
9 Oktober 1922 - 20 Agustus 2001

1 komentar: