SILSILAH
DAN SEJARAH KELUARGA BAPAK KASBI
PADA
TAHUN 1985-1995
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr.
Hariyono, M. Pd. dan
Ibu Indah W.P.
Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.
Oleh :
Mei Wulandhari
130732616146
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
Desember
2013
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya
selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “SILSILAH
DAN SEJARAH KELUARGA BAPAK KASBI PADA
TAHUN 1985-1995“. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penyusunan
historiografi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd.
dan Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.yang
telah membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menambah kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan
pelajaran hidup kepada pembaca.
Jombang,
07 Desember2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga juga merupakan
tempat bagi kita untuk mencurahkan segala keluh dan kesah yang kita hadapi
dalam hidup. Karena dalam keluarga ada saling ketergantungan, maka sudah seharusnya
dalam sebuah keluarga terdapat sebuah kekompakan dalam berbagai hal dan antar
anggota keluarga juga harus saling membantu karena antar anggota keluarga itu
saling membutuhkan.
Pada umumnya
yang disebut sebuah keluarga adalah mereka yang tinggal satu atap yang biasanya
terdiri dari Ayah, Ibu dan anak. Namun, menurut penulis keluarga bukan hanya
itu, yang disebut dengan keluarga adalah mereka yang masih mempunyai hubungan
darah bahkan tidak sedikit orang yang yang menganggap orang lain adalah
keluarga sendiri karena kedekatan dan intensitas pertemuan.
Arti keluarga
sendiri bagi penulis adalah segalanya karena keluarga sebuah tempat untuk
mencari ketenangan dan tempat kita untuk berbagi dalam segala hal. Keluarga mempunyai
peran besar dalam hidup penulis dalam berbagai peristiwa yang dialami oleh
penulis. Bagi sebagian orang terutama anak remaja terkadang kurang mengerti
arti dari keluarga, mereka terkadang kurang menghargai peran dari keluarga
mereka bahkan ada juga yang tidak mengahargai serta tidak menghormati orang tua
mereka tapi saat jauh atau saat merantau barulah terasa betapa penting arti
serta peran dari keluarga.
Keluarga adalah
orang-orang yang mendidik serta berinterkasi dengan kita semenjak kita masih
balita. Maka dari itu, tidaklah suatu yang mengherankan jika pribadi seseorang
itu dibentuk dari keluarga. Keluarga juga merupakan salah satu factor
kesuksesan dalam hidup sesorang. Selain mendidik keluarga juga mempunyai
banyak fungsi lainnya yaitu mulai dari fungsi ekonomi, fungsi
sosialisasi, fungsi perlindungan. Karena berbagai macam fungsi tersebut maka
dapat kita ketahui jika kelurga benar-benar nemjalankan fungsinya maka anggota
keluarga akan menjadi pribadi yang baik, berguna pada masyarakat serta
mempunyai tindakan dan pemikiran yang positif. Melalui fungsi keluarga tersebut penulis ingin
mengungkapkan bagaimana sejarah keluarga bapak Kasbi dalam menghadapi berbagai
macam cobaan hidup yang pernah dihadapi dan bagaimana pula peran keluarga dalam
menghadapi cobaan yang dialami bapak Kasbi. Serta dampak dari setiap masalah
hidup yang dihadapi terhadap perkembangan anak-anak beliau. Penulis mengangkat
sejarah hidup keluarga bapak Kasbi pada tahun 1985-1995 karena pada tahun
tersebut adalah salah satu masa tersulit dalam kehidupan keluarga bapak Kasbi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
silsilah keluraga bapak Kasbi?
2.
Bagaimana
sejarah perjalanan hidup keluarga bapak Kasbi pada tahun 1985-1995?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mendeskripsikan silsilah keluarga bapak Kasbi.
2.
Untuk
mendeskripsikan sejarah perjalanan hidup bapak Kasbi pada tahun 1985-1995
D.
Metode
Dalam penelitian sejarah terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh. Berikut adalah langkah-langkah sederhana
dalam penelitian sejarah: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi
(Hariyono, 1995:109-112).
(1.) Pemilihan Topik
Penulis memilih
topik yang berjudul silsilah keluarga dan sejarah perjalanan hidup keluarga
bapak Kasbi karena penulis ingin menceritakan sejarah hidup keluarga bapak
Kasbi pada tahun 1985-1995 yang
mengalami banyak masalah dalam hidupnya .
(2.) Heuristik
Penulis
mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan istri dari bapak Kasbi dan dilengkapi informasi
dari dokumen yang dimiliki keluarga bapak Kasbi.
(3.) Kritik/
Verifikasi
Dari hasil
wawancara penulis membandingkan dengan posisi rumah saat ini dan memang rumah
saat ini tidak lagi lurus dengan rumah adik bapak Kasbi.
(4.) Interpretasi
Menurut penulis
berobat pada dukun/paranormal masih dipercayai oleh sebagian masyarakat dan
masih dilakukan sampai sekarang.
(5.) Historiografi
Pada bab 1
penulis akan menceritakan silsilah keluarga bapak Kasbi dan pada bab 2 penulis
akan meceritakan sejarah perjalanan hidup bapak Kasbi pada tahun 1985-1995.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Silsilah Keluarga Bapak
Kasbi
Keluarga Bapak Kasbi bisa dikategorikan sebagai keluarga kecil
karena hanya terdiri dari bapak Kasbi beserta istrinya dan kedua anak
perempuannya. Bapak Kasbi merupakan putra ke-5 dari pasangan suami istri bapak
Jafar dan Ibu Kamuni. Bapak Kasbi lahir pada 30 November 1963. Sejak usianya
masih 8 tahun ayahnya telah meninggal karena sakit sejak saat itu bapak Kasbi
dan ke-7 saudaranya menjadi anak yatim. Meskipun telah ditinggalkan oleh
ayahnya tapi keluarga ini masih mampu bertahan untuk hidup karena jumlah harta
warisan yang ditinggalkan oleh bapak Jafar yang berupa sawah,tanah beserta sapi
yang cukup banyak. Warisan ini tetap dipegang oleh ibu dari bapak Kasbi sampai
anak-anaknya dewasa. Setiap anaknya yang telah menikah selalu mendapat bagian
berupa tanah untuk didirikan sebuah rumah serta sepetak sawah untuk bekal
kehidupan. Jika dalam agama Islam ditentukan bagaimana seharusnya pembagian
harta warisan, dalam keluarga ini tidak digunakan karena jika dilihat dari
pembagian sawah, setiap anak mendapat bagian yang sama tidak peduli laki-laki
maupun perempuan.
Ibu Suminah merupakan
istri dari bapak Kasbi, beliau lahir di Desa Santrean, Kecamatan Tembelang pada
tanggal 16 April 1966. Beliau adalah putri dari pasangan bapak Mustar dan Ibu
Kasimah,beliau adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara. Jika bapak Kasbi telah
menjadi anak yatim sejak masih kecil ibu Suminah tidak demikian karena orang
tua beliau baru meninggal ketika beliau sudah berkeluarga. Ibu beliau meninggal
pada tahun 2001 dan ayah beliau meninggal pada tahun 2007.
Bapak Kasbi
sendiri menikah dengan ibu Suminah pada tanggal 13 Maret 1983. Pertama kali mereka
bertemu adalah di lapangan Tembelang pada saat ada acara pasar malam. Keduanya
dikenalkan oleh salah satu teman dari Ibu Suminah. Sejak saat itu mereka mulai
ada kecocokan dan akhirnya sering pergi bersama. Karena merasa ada kecocokan,
maka mereka melanjutkan hubungan kearah yang lebih serius yaitu pacaran. Satu
tahun mereka menjalin hubungan dan memutuskan
menikah pada 13 Maret 1983. Setelah menikah mereka kemudian menetap
dirumah orang tua bapak Kasbi. Dan pada tahun 1984 mereka menempati rumah baru
mereka dan memisahkan diri dari orang tua bapak Kasbi, kemudian pada tahun yang
sama bapak Kasbi dan ibu Suminah telah dikarunia anak pertama yang diberi nama
Nur Khasanah. Anak pertama ini dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan
setempat. Namun, 2 minggu setelah kelahiran anak pertama mereka meninggal
karena sakit panas. 2 bulan setelah meninggalnya anak pertama, ibu Suminah
kembali mengandung anak ke-2 yang kemudian lahir pada tanggal 13 Juni 1985 yang
diberi nama Siti Aidah anak kedua juga dilahirkan secara normal dengan bantuan
bidan setempat. Anak ke-3 lahir 10 tahun setelah lahirnya kedua yaitu pada
tanggal 29 Mei 1995 yang diberi nama Mei Wulandhari. Anak ke-3 ini juga
dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan setempat.
Anak kedua
kedua beliau telah menikah pada tahun 2005 dengan laki-laki yang bernama Subeki
Antoro. Pada saat pernikahan putri beliau terdapat salah satu ritual yang dinamakan
manakib. Ritual ini dilakukan karena bapak
Kasbi memiliki dua orang anak yang keduanya adalah perempuan. Menurut
masyarakat Jawa ritual ini harus dilakukan saat anak tersebut menikah, jika
tidak dilakukan maka salah satu atau bahkan kedua anak akan mengalami musibah.
Meskipun menurut keterangan dari istri bapak Kasbi, keluarga ini sudah tidak
lagi percaya akan hali seperti itu. Ritual ini dilakukan hanya untuk
menghormati serta menghargai sesepuh dan anggota keluarga yang sudah tua yang
ingin agar ritual ini tetap dilakukan sesuai dengan tradisi keluarga. Sebenarnya
ritual ini sama dengan syukuran, yang membedakan hanya terletak dari makanan
yang diberikan kepada undangan. Jika dalam acara syukuran biasa, makanan yang
dibagikan kepada warga yang datang bebas sesuai dengan keinginan tuan rumah.
Namun, dalam ritual yang disebut manakib ini makanan yang harus dibgikan adalah
nasi kuning dan ayam bekem yang kemudian
diletakkan pada sebuah wadah yang disebut rege. Nasi dan ayam tadi
kemudian dibagikan kepada warga setempat setelah diberi doa oleh sesepuh
setempat. Dari pernikahan tersebut kini anak bapak Kasbi yang bernama Siti
Aidah telah mempunyai satu orang anak yang bernama M. Dicky Indra Pratama.
B.
Sejarah Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Kasbi Pada Tahun 1985-1995
Diantara
tahun 1985 sampai dengan tahun 1995 bapak Kasbi sering mengalami sakit. Sakit
itu selalu terjadi pada saat beliau mempunyai anak yang masih kecil, karena hal
itu bahkan sampai muncul sebuah anggapan bahwa sakit yang dialami bapak Kasbi
disebabkan karena beliau mempunyai anak kecil. Setiap satu atau dua bulan
setelah kelahiran anaknya, beliau selalu mengalami sakit.
Sakit
yang diderita bapak Kasbi bermula saat anaknya yang bernama Siti Aidah mulai
menginjak usia 2 bulan. Pada saat itu beliau mengeluh perutnya sakit, kemudian
dibawa oleh Ibu Suminah ke dokter. Oleh dokter beliau dinyatakan sakit maag,
namun sakit ini tidak kunjung sembuh kurang lebih enam bulan. Sembuhnya beliau
karena rutin pergi ke dokter dan menjaga pola makannya.
Namun,
pada waktu tahun 1995 beliau kembali mengalami sakit. Saat itu usia anak
ketiganya baru beranjak 2 bulan. Menurut dokter sakit maag yang dulu pernah
diderita kambuh lagi, namun yang ini lebih parah. Berkali-kali pergi dokter
tapi sakit beliau tidak juga sembuh. Akhirnya istri beliau menuruti saran dari
keluarga untuk berobat ke dukun. Dukun pertama yang beliau kunjungi tidak
memberikan solusi apapun dan tidak ada perubahan yang dialami bapak Kasbi.
Kemudiaan
istri beliau kembali membawa bapak Kasbi berobat ke dokter, tapi belum juga ada perubahan. Rasa bingung dan
sedih mulai dirasakan oleh istri beliau, keadaan itu diperparah dengan menipisnya
uang tabungan mereka dan banyak orang yang mengatakan bahwa sakit yang diderita
beliau karena anak yang beliau punya. Bahkan sempat ada rasa menyesal dalam
hati istri beliau karena telah memiliki anak yang ketiga ini. Tapi apa daya
karena anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa beliau tidak mampu berbuat
apa-apa selain berusaha dan mendoakan agar bapak Kasbi segera sembuh.
Setelah
berobat ke dokter akhirnya ada keluarga yang kembali menyarankan untuk pergi ke
salah satu dukun. Istri beliau memutuskan untuk pergi ke dukun tersebut meski
dengan segala keraguannya. Dari dukun tersebut beliau disarankan untuk pindah
rumah, namun istri bapak Kasbi tidak menuruti hal tersebut dengan alasan untuk
pindah rumah membutuhkan banyak biaya, sementara uang tabungan mereka sudah
menipis dan tidak ada pemasukan selain dari hasil panen sawah.
Karena
keadaan ini adik dari bapak Kasbi dimintai tolong oleh istri bapak Kasbi untuk
menggeser rumahnya. Awalnya rumah bapak Kasbi lurus dan membelakangi rumah
adiknya, kemudian karena bapak Kasbi menderita sakit ini maka adik beliau
bersedia menggeser rumahnya ke sebelah timur jadi rumah bapak Kasbi tidak
langsung lurus dengan rumah adiknya. Saat itu rumah bapak Kasbi sudah terbangun
dari batu bata sedangkan rumah adiknya masih terbuat dari bambu jadi lebih
mudah untuk dipindahkan. Setelah rumah adik bapak Kasbi di pindah secara
berangsur-angsur sakit yang diderita bapak Kasbi sembuh dan beliau mulai
beraktifitas seperti biasa.
Saat
bapak Kasbi sakit tidak ada keluarga yang peduli dengan beliau dan
anak-anaknya, hanya adik yang bertempat tinggal di belakang rumah beliau yang
peduli dengan keadaan bapak Kasbi dan keluarganya. Susahnya hidup pada saat itu
sangat dirasakan pada anak bapak Kasbi yang kedua yang saat itu berusia 10
tahun. Dia harus makan dengan makanan seadanya dan membantu ibunya dalam
mengurus bapak Kasbi dan adiknya yang masih kecil. Pengalaman seperti ini
membuat dia tumbuh menjadi anak yang lebih kuat dari anak sebayanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Harta
warisan yang diberikan oleh orang tua jangan terlalu diandalkan karena harta
itu hanya titipan dan bisa kapan saja harta itu diambil oleh Tuhan. Saat
menghadapi segala masalah kehidupan janganlah mudah menyerah dan putus asa
karena pasti ada jalan yang telah disiapkan oleh Tuhan untuk kita, seperti yang
dialami oleh Bapak Kasbi dan keluarganya yang tetap berusaha untuk sembuh dari
penyakit yang dideritanya.
B.
Saran
Dalam
menjalani kehidupan ini janganlah mudah menyerah dalam mengahadapi setiap
permasalahan yang ada. Dalam sebuah keluarga harusnya kita saling membantu jika
ada keluarga yang sedah mengalami musibah.
Daftar Rujukan
Suminah,
47 tahun, Dusun Plosokendal RT/RW 003/007 Desa Plosogeneng, kec. Jombang kab.
Jombang, 6 Desember 2013, di tempat kediaman Ibu Suminah.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah
Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
LAMPIRAN
Daftar
Wawancara
Biodata
narasumber
Nama : Suminah
Tempat lahir : Jombang
Tanggal lahir : 16 April 1966
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Wawancara
dilakukan di rumah bapak Kasbi pada hari jumat tanggal 6 Desember 2013 sekitar
pukul 19.00 sampai 19.45
Daftar
Pertanyaan
1.
Bapak
Kasbi lahir pada tanggal berapa bu?
Bapak
Kasbi lahir pada tanggal 30 November 1963
2.
Orang
tua bapak Kasbi namanya siapa bu?
Bapak
Jafar dan Ibu Kamuni
3.
Ibu
sendiri lahir pada tanggal berapa?
Tanggal
16 April 1966
4.
Siapa
nama orang tua Ibu?
Mustar
dan Kamuni
5.
Bagaimana
awal pertemuan Ibu dengan bapak Kasbi?
Awalnya
kami bertemu dilapangan Tembelang pada saat ada pasar malam, salah satu teman
ibu mengenalkan ibu dengan bapak mu, karena merasa ada sebuah kecocokan maka
ibu sering keluar dengan bapakmu kemudian kami pacaran dan akhirnya sampai menikah.
6.
Pada
tanggal berapa Ibu menikah dengan bapak Kasbi?
13
Maret 1983
7.
Berapa
lama setelah menikah ibu punya anak?
Satu
tahun setelah menikah ibu melahirkan anak pertama, tapi anak pertama ibu
meninggal setelah usia 2minggu karena sakit panas. Kemudian anak
kedua
lahir satu tahun kemudian dan yang terakhir anak ketiga lahir 10 tahun
kemudian.
8.
Mbak
menikah tahun berapa bu?
Mbak
kamu menikah tahun 2005. Saat mbak mu menikah ini keluarga kita mengadakan
acara manakib yaitu semacam syukuran tapi berkatnya harus nasi kuning dan ayam
bekem yang kemudian diletakkan di rege dan dibagikan kepada tetangga yang datang
setelah berkat itu didoai oleh sesepuh setempat.
9.
Jika
tidak mengdakan acara ini kenapa bu?
Orang
Jawa percaya bagi orang yang mempunyai 2 anak perempuan harus mengadakan acara
manakib pada saat anak tersebut menikah karena menurut orang Jawa jika tidak
mengadakan acara ini maka kedua anak akan mengalami musibah.
10.
Apa
ibu percaya dengan hal itu?
Ibu
sendiri tidak percaya tapi acara itu ibu adakan untuk menghargai sesepuh dan
para keluarga yang sudah tua.
11.
Bapak
kan juga pernah sakit bu, itu tahun berpa?
Bapak
sakit itu tahun 1985 pada saat mbak mu masih bayi dan pada tahun 1995 saat kamu
masih bayi.
12.
Bapak
sakit apa bu pada waktu itu?
Menurut
dokter sakit maag tapi tidak juga sembuh meski sudah ke dokter berkali-kali
13.
Kemudian
sembuhnya diobati apa bu?
Sembuhnya
setelah kurang lebih 6 bulan itu bolak-balik ke dokter, kemudian jaga pola
makan dan rutin minum susu.
14.
Lalu
saat saya kcil bapak juga sakit lagi?
Iya,
menurut dokter saat itu bapak kembali terkena maag tapi sudah berkali-kali ke
dokter tidak juga sembuh.
15.
Kenapa
bapak sakit selalu setelah punya anak?
Ibu
sendiri juga tidak mengerti bahkan banyak orang yang bilang itu karena efek
dari anak. Bahkan sampai ibu bilang “habis ini uda tidak mau punya anak lagi.”
16.
Kemudian
apa yang ibu lakukan setelah bapak tidak kunjung sembuh?
Saat
itu mulai mencoba berobat ke dukun atas saran dari keluarga bapak. Menurut
dukun ada yang mengguna-ngguna bapak. Tapi setelah dari dukun tersebut tidak
juga ada perubahan. Setelah itu kembali lagi saya obatkan ke dokter dank e
dukun yang lain, tapi belum juga ada perubahan. Dari salah satu dukun bahkan
menyarankan agar kami sekeluarga harus pindah rumah.
17.
Lalu
ibu mau pindah rumah?
Saya
tidak mau pindah karena jika pindah maka akan membutuhkan banyak biaya
sedangkan pada saat itu kami tidak apa-apa selain hasil dari sawah.
18.
Kemudian
apa yang ibu lakukan?
Karena
awalnya rumah kita itu membelakangi rumah dari adik bapak dan rumah kita itu
lurus dengan adik bapak, maka ibu minta yang menggeser rumah adalah adik bapak.
19.
Kenapa
begitu? Apa paklek mau rumahnya digeser?
Karena
rumah kita itu sudah terbuat dari bata dan susah untuk memindahkan, sedangkan
rumah paklek masih dari bambu. Paklek mu mau menggeser rumahnya karena ingin
agar kakaknya cepat sembuh.
20.
Rumahnya
digeser kemana bu?
Yang
awalnya lurus dengan kita kemudian digeser agak keseblah timur.
21.
Setelah
begitu bapak sembuh?
Iya,
setelah rumahnya digeser bapak sembuh.
22.
Reaksi
keluarga saat bapak sakit bagaiman bu?
Tidak
ada yang peduli selain paklek mu yang rumahnya dibelakng kita.
23.
Berarti
ibu berjuang sendiri?
Iya,
semuanya ibu atasi sendiri dengan hutang pada tetangga untuk obat dan makan
kita. 6 bulan dalam keadaan seperti itu kemudian bapak mulai kerja dan hidup
kita mulai membaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar