Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 07 Desember 2013

SILSILAH DAN SEJARAH KELUARGA BAPAK KASBI PADA TAHUN 1985-1995



SILSILAH DAN SEJARAH KELUARGA BAPAK KASBI
PADA TAHUN 1985-1995


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd. dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.


Oleh :
Mei Wulandhari
130732616146






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember 2013



Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas “SILSILAH DAN SEJARAH KELUARGA BAPAK KASBI  PADA TAHUN 1985-1995“. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas penyusunan historiografi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd. dan Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.yang telah membimbing penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menambah kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pelajaran hidup kepada pembaca.



                                                                                                   Jombang, 07 Desember2013

                                                                                                              Penyusun





 


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga juga merupakan tempat bagi kita untuk mencurahkan segala keluh dan kesah yang kita hadapi dalam hidup. Karena dalam keluarga ada saling ketergantungan, maka sudah seharusnya dalam sebuah keluarga terdapat sebuah kekompakan dalam berbagai hal dan antar anggota keluarga juga harus saling membantu karena antar anggota keluarga itu saling membutuhkan.
Pada umumnya yang disebut sebuah keluarga adalah mereka yang tinggal satu atap yang biasanya terdiri dari Ayah, Ibu dan anak. Namun, menurut penulis keluarga bukan hanya itu, yang disebut dengan keluarga adalah mereka yang masih mempunyai hubungan darah bahkan tidak sedikit orang yang yang menganggap orang lain adalah keluarga sendiri karena kedekatan dan intensitas pertemuan.
Arti keluarga sendiri bagi penulis adalah segalanya karena keluarga sebuah tempat untuk mencari ketenangan dan tempat kita untuk berbagi dalam segala hal. Keluarga mempunyai peran besar dalam hidup penulis dalam berbagai peristiwa yang dialami oleh penulis. Bagi sebagian orang terutama anak remaja terkadang kurang mengerti arti dari keluarga, mereka terkadang kurang menghargai peran dari keluarga mereka bahkan ada juga yang tidak mengahargai serta tidak menghormati orang tua mereka tapi saat jauh atau saat merantau barulah terasa betapa penting arti serta peran dari keluarga.
Keluarga adalah orang-orang yang mendidik serta berinterkasi dengan kita semenjak kita masih balita. Maka dari itu, tidaklah suatu yang mengherankan jika pribadi seseorang itu dibentuk dari keluarga. Keluarga juga merupakan salah satu factor kesuksesan dalam hidup sesorang. Selain mendidik keluarga juga mempunyai

banyak fungsi lainnya yaitu mulai dari fungsi ekonomi, fungsi sosialisasi, fungsi perlindungan. Karena berbagai macam fungsi tersebut maka dapat kita ketahui jika kelurga benar-benar nemjalankan fungsinya maka anggota keluarga akan menjadi pribadi yang baik, berguna pada masyarakat serta mempunyai tindakan dan pemikiran yang positif.  Melalui fungsi keluarga tersebut penulis ingin mengungkapkan bagaimana sejarah keluarga bapak Kasbi dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup yang pernah dihadapi dan bagaimana pula peran keluarga dalam menghadapi cobaan yang dialami bapak Kasbi. Serta dampak dari setiap masalah hidup yang dihadapi terhadap perkembangan anak-anak beliau. Penulis mengangkat sejarah hidup keluarga bapak Kasbi pada tahun 1985-1995 karena pada tahun tersebut adalah salah satu masa tersulit dalam kehidupan keluarga bapak Kasbi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana silsilah keluraga bapak Kasbi?
2.      Bagaimana sejarah perjalanan hidup keluarga bapak Kasbi pada tahun 1985-1995?

C.    Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan silsilah keluarga bapak Kasbi.
2.      Untuk mendeskripsikan sejarah perjalanan hidup bapak Kasbi pada tahun 1985-1995

D.    Metode
Dalam penelitian sejarah terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh. Berikut adalah langkah-langkah sederhana dalam penelitian sejarah: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
(1.)  Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul silsilah keluarga dan sejarah perjalanan hidup keluarga bapak Kasbi karena penulis ingin menceritakan sejarah hidup keluarga bapak Kasbi pada tahun 1985-1995  yang mengalami banyak masalah dalam hidupnya .
(2.)  Heuristik
Penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan istri  dari bapak Kasbi dan dilengkapi informasi dari dokumen yang dimiliki keluarga bapak Kasbi.
(3.) Kritik/ Verifikasi
Dari hasil wawancara penulis membandingkan dengan posisi rumah saat ini dan memang rumah saat ini tidak lagi lurus dengan rumah adik bapak Kasbi.
(4.) Interpretasi
Menurut penulis berobat pada dukun/paranormal masih dipercayai oleh sebagian masyarakat dan masih dilakukan sampai sekarang.
(5.) Historiografi
Pada bab 1 penulis akan menceritakan silsilah keluarga bapak Kasbi dan pada bab 2 penulis akan meceritakan sejarah perjalanan hidup bapak Kasbi pada tahun 1985-1995.




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Silsilah Keluarga Bapak Kasbi
            Keluarga Bapak Kasbi bisa dikategorikan sebagai keluarga kecil karena hanya terdiri dari bapak Kasbi beserta istrinya dan kedua anak perempuannya. Bapak Kasbi merupakan putra ke-5 dari pasangan suami istri bapak Jafar dan Ibu Kamuni. Bapak Kasbi lahir pada 30 November 1963. Sejak usianya masih 8 tahun ayahnya telah meninggal karena sakit sejak saat itu bapak Kasbi dan ke-7 saudaranya menjadi anak yatim. Meskipun telah ditinggalkan oleh ayahnya tapi keluarga ini masih mampu bertahan untuk hidup karena jumlah harta warisan yang ditinggalkan oleh bapak Jafar yang berupa sawah,tanah beserta sapi yang cukup banyak. Warisan ini tetap dipegang oleh ibu dari bapak Kasbi sampai anak-anaknya dewasa. Setiap anaknya yang telah menikah selalu mendapat bagian berupa tanah untuk didirikan sebuah rumah serta sepetak sawah untuk bekal kehidupan. Jika dalam agama Islam ditentukan bagaimana seharusnya pembagian harta warisan, dalam keluarga ini tidak digunakan karena jika dilihat dari pembagian sawah, setiap anak mendapat bagian yang sama tidak peduli laki-laki maupun perempuan.
Ibu Suminah merupakan istri dari bapak Kasbi, beliau lahir di Desa Santrean, Kecamatan Tembelang pada tanggal 16 April 1966. Beliau adalah putri dari pasangan bapak Mustar dan Ibu Kasimah,beliau adalah anak ke-4 dari 6 bersaudara. Jika bapak Kasbi telah menjadi anak yatim sejak masih kecil ibu Suminah tidak demikian karena orang tua beliau baru meninggal ketika beliau sudah berkeluarga. Ibu beliau meninggal pada tahun 2001 dan ayah beliau meninggal pada tahun 2007.
Bapak Kasbi sendiri menikah dengan ibu Suminah pada tanggal 13 Maret 1983. Pertama kali mereka bertemu adalah di lapangan Tembelang pada saat ada acara pasar malam. Keduanya dikenalkan oleh salah satu teman dari Ibu Suminah. Sejak saat itu mereka mulai ada kecocokan dan akhirnya sering pergi bersama. Karena merasa ada kecocokan, maka mereka melanjutkan hubungan kearah yang lebih serius yaitu pacaran. Satu tahun mereka menjalin hubungan dan memutuskan

menikah pada 13 Maret 1983. Setelah menikah mereka kemudian menetap dirumah orang tua bapak Kasbi. Dan pada tahun 1984 mereka menempati rumah baru mereka dan memisahkan diri dari orang tua bapak Kasbi, kemudian pada tahun yang sama bapak Kasbi dan ibu Suminah telah dikarunia anak pertama yang diberi nama Nur Khasanah. Anak pertama ini dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan setempat. Namun, 2 minggu setelah kelahiran anak pertama mereka meninggal karena sakit panas. 2 bulan setelah meninggalnya anak pertama, ibu Suminah kembali mengandung anak ke-2 yang kemudian lahir pada tanggal 13 Juni 1985 yang diberi nama Siti Aidah anak kedua juga dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan setempat. Anak ke-3 lahir 10 tahun setelah lahirnya kedua yaitu pada tanggal 29 Mei 1995 yang diberi nama Mei Wulandhari. Anak ke-3 ini juga dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan setempat.
Anak kedua kedua beliau telah menikah pada tahun 2005 dengan laki-laki yang bernama Subeki Antoro. Pada saat pernikahan putri beliau terdapat salah satu ritual yang dinamakan manakib. Ritual ini dilakukan karena  bapak Kasbi memiliki dua orang anak yang keduanya adalah perempuan. Menurut masyarakat Jawa ritual ini harus dilakukan saat anak tersebut menikah, jika tidak dilakukan maka salah satu atau bahkan kedua anak akan mengalami musibah. Meskipun menurut keterangan dari istri bapak Kasbi, keluarga ini sudah tidak lagi percaya akan hali seperti itu. Ritual ini dilakukan hanya untuk menghormati serta menghargai sesepuh dan anggota keluarga yang sudah tua yang ingin agar ritual ini tetap dilakukan sesuai dengan tradisi keluarga. Sebenarnya ritual ini sama dengan syukuran, yang membedakan hanya terletak dari makanan yang diberikan kepada undangan. Jika dalam acara syukuran biasa, makanan yang dibagikan kepada warga yang datang bebas sesuai dengan keinginan tuan rumah. Namun, dalam ritual yang disebut manakib ini makanan yang harus dibgikan adalah nasi kuning dan  ayam bekem yang kemudian diletakkan pada sebuah wadah yang disebut rege. Nasi dan ayam tadi kemudian dibagikan kepada warga setempat setelah diberi doa oleh sesepuh setempat. Dari pernikahan tersebut kini anak bapak Kasbi yang bernama Siti Aidah telah mempunyai satu orang anak yang bernama M. Dicky  Indra Pratama.
B.     Sejarah Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Kasbi  Pada Tahun 1985-1995
Diantara tahun 1985 sampai dengan tahun 1995 bapak Kasbi sering mengalami sakit. Sakit itu selalu terjadi pada saat beliau mempunyai anak yang masih kecil, karena hal itu bahkan sampai muncul sebuah anggapan bahwa sakit yang dialami bapak Kasbi disebabkan karena beliau mempunyai anak kecil. Setiap satu atau dua bulan setelah kelahiran anaknya, beliau selalu mengalami sakit.
Sakit yang diderita bapak Kasbi bermula saat anaknya yang bernama Siti Aidah mulai menginjak usia 2 bulan. Pada saat itu beliau mengeluh perutnya sakit, kemudian dibawa oleh Ibu Suminah ke dokter. Oleh dokter beliau dinyatakan sakit maag, namun sakit ini tidak kunjung sembuh kurang lebih enam bulan. Sembuhnya beliau karena rutin pergi ke dokter dan menjaga pola makannya.
Namun, pada waktu tahun 1995 beliau kembali mengalami sakit. Saat itu usia anak ketiganya baru beranjak 2 bulan. Menurut dokter sakit maag yang dulu pernah diderita kambuh lagi, namun yang ini lebih parah. Berkali-kali pergi dokter tapi sakit beliau tidak juga sembuh. Akhirnya istri beliau menuruti saran dari keluarga untuk berobat ke dukun. Dukun pertama yang beliau kunjungi tidak memberikan solusi apapun dan tidak ada perubahan yang dialami bapak Kasbi.
Kemudiaan istri beliau kembali membawa bapak Kasbi berobat ke dokter, tapi  belum juga ada perubahan. Rasa bingung dan sedih mulai dirasakan oleh istri beliau, keadaan itu diperparah dengan menipisnya uang tabungan mereka dan banyak orang yang mengatakan bahwa sakit yang diderita beliau karena anak yang beliau punya. Bahkan sempat ada rasa menyesal dalam hati istri beliau karena telah memiliki anak yang ketiga ini. Tapi apa daya karena anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa beliau tidak mampu berbuat apa-apa selain berusaha dan mendoakan agar bapak Kasbi segera sembuh.
Setelah berobat ke dokter akhirnya ada keluarga yang kembali menyarankan untuk pergi ke salah satu dukun. Istri beliau memutuskan untuk pergi ke dukun tersebut meski dengan segala keraguannya. Dari dukun tersebut beliau disarankan untuk pindah rumah, namun istri bapak Kasbi tidak menuruti hal tersebut dengan alasan untuk pindah rumah membutuhkan banyak biaya, sementara uang tabungan mereka sudah menipis dan tidak ada pemasukan selain dari hasil panen sawah.
Karena keadaan ini adik dari bapak Kasbi dimintai tolong oleh istri bapak Kasbi untuk menggeser rumahnya. Awalnya rumah bapak Kasbi lurus dan membelakangi rumah adiknya, kemudian karena bapak Kasbi menderita sakit ini maka adik beliau bersedia menggeser rumahnya ke sebelah timur jadi rumah bapak Kasbi tidak langsung lurus dengan rumah adiknya. Saat itu rumah bapak Kasbi sudah terbangun dari batu bata sedangkan rumah adiknya masih terbuat dari bambu jadi lebih mudah untuk dipindahkan. Setelah rumah adik bapak Kasbi di pindah secara berangsur-angsur sakit yang diderita bapak Kasbi sembuh dan beliau mulai beraktifitas seperti biasa.
Saat bapak Kasbi sakit tidak ada keluarga yang peduli dengan beliau dan anak-anaknya, hanya adik yang bertempat tinggal di belakang rumah beliau yang peduli dengan keadaan bapak Kasbi dan keluarganya. Susahnya hidup pada saat itu sangat dirasakan pada anak bapak Kasbi yang kedua yang saat itu berusia 10 tahun. Dia harus makan dengan makanan seadanya dan membantu ibunya dalam mengurus bapak Kasbi dan adiknya yang masih kecil. Pengalaman seperti ini membuat dia tumbuh menjadi anak yang lebih kuat dari anak sebayanya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Harta warisan yang diberikan oleh orang tua jangan terlalu diandalkan karena harta itu hanya titipan dan bisa kapan saja harta itu diambil oleh Tuhan. Saat menghadapi segala masalah kehidupan janganlah mudah menyerah dan putus asa karena pasti ada jalan yang telah disiapkan oleh Tuhan untuk kita, seperti yang dialami oleh Bapak Kasbi dan keluarganya yang tetap berusaha untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.
B.     Saran
Dalam menjalani kehidupan ini janganlah mudah menyerah dalam mengahadapi setiap permasalahan yang ada. Dalam sebuah keluarga harusnya kita saling membantu jika ada keluarga yang sedah mengalami musibah.



Daftar Rujukan
Suminah, 47 tahun, Dusun Plosokendal RT/RW 003/007 Desa Plosogeneng, kec. Jombang kab. Jombang, 6 Desember 2013, di tempat kediaman Ibu Suminah.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.



LAMPIRAN
Daftar Wawancara
Biodata narasumber
Nama               : Suminah
Tempat lahir    : Jombang
Tanggal lahir   : 16 April 1966
Pekerjaan         : Ibu rumah Tangga
Wawancara dilakukan di rumah bapak Kasbi pada hari jumat tanggal 6 Desember 2013 sekitar pukul 19.00  sampai 19.45

Daftar Pertanyaan
1.      Bapak Kasbi lahir pada tanggal berapa bu?
Bapak Kasbi lahir pada tanggal 30 November 1963
2.      Orang tua bapak Kasbi namanya siapa bu?
Bapak Jafar dan Ibu Kamuni
3.      Ibu sendiri lahir pada tanggal berapa?
Tanggal 16 April 1966
4.      Siapa nama orang tua Ibu?
Mustar dan Kamuni
5.      Bagaimana awal pertemuan Ibu dengan bapak Kasbi?
Awalnya kami bertemu dilapangan Tembelang pada saat ada pasar malam, salah satu teman ibu mengenalkan ibu dengan bapak mu, karena merasa ada sebuah kecocokan maka ibu sering keluar dengan bapakmu kemudian kami pacaran dan akhirnya sampai menikah.
6.      Pada tanggal berapa Ibu menikah dengan bapak Kasbi?
13 Maret 1983
7.      Berapa lama setelah menikah ibu punya anak?
Satu tahun setelah menikah ibu melahirkan anak pertama, tapi anak pertama ibu meninggal setelah usia 2minggu karena sakit panas. Kemudian anak

kedua lahir satu tahun kemudian dan yang terakhir anak ketiga lahir 10 tahun kemudian.
8.      Mbak menikah tahun berapa bu?
Mbak kamu menikah tahun 2005. Saat mbak mu menikah ini keluarga kita mengadakan acara manakib yaitu semacam syukuran tapi berkatnya harus nasi kuning dan ayam bekem yang kemudian diletakkan di rege dan dibagikan kepada tetangga yang datang setelah berkat itu didoai oleh sesepuh setempat.
9.      Jika tidak mengdakan acara ini kenapa bu?
Orang Jawa percaya bagi orang yang mempunyai 2 anak perempuan harus mengadakan acara manakib pada saat anak tersebut menikah karena menurut orang Jawa jika tidak mengadakan acara ini maka kedua anak akan mengalami musibah.
10.  Apa ibu percaya dengan hal itu?
Ibu sendiri tidak percaya tapi acara itu ibu adakan untuk menghargai sesepuh dan para keluarga yang sudah tua.
11.  Bapak kan juga pernah sakit bu, itu tahun berpa?
Bapak sakit itu tahun 1985 pada saat mbak mu masih bayi dan pada tahun 1995 saat kamu masih bayi.
12.  Bapak sakit apa bu pada waktu itu?
Menurut dokter sakit maag tapi tidak juga sembuh meski sudah ke dokter berkali-kali
13.  Kemudian sembuhnya diobati apa bu?
Sembuhnya setelah kurang lebih 6 bulan itu bolak-balik ke dokter, kemudian jaga pola makan dan rutin minum susu.
14.  Lalu saat saya kcil bapak juga sakit lagi?
Iya, menurut dokter saat itu bapak kembali terkena maag tapi sudah berkali-kali ke dokter tidak juga sembuh.
15.  Kenapa bapak sakit selalu setelah punya anak?
Ibu sendiri juga tidak mengerti bahkan banyak orang yang bilang itu karena efek dari anak. Bahkan sampai ibu bilang “habis ini uda tidak mau punya anak lagi.”
16.  Kemudian apa yang ibu lakukan setelah bapak tidak kunjung sembuh?
Saat itu mulai mencoba berobat ke dukun atas saran dari keluarga bapak. Menurut dukun ada yang mengguna-ngguna bapak. Tapi setelah dari dukun tersebut tidak juga ada perubahan. Setelah itu kembali lagi saya obatkan ke dokter dank e dukun yang lain, tapi belum juga ada perubahan. Dari salah satu dukun bahkan menyarankan agar kami sekeluarga harus pindah rumah.
17.  Lalu ibu mau pindah rumah?
Saya tidak mau pindah karena jika pindah maka akan membutuhkan banyak biaya sedangkan pada saat itu kami tidak apa-apa selain hasil dari sawah.
18.  Kemudian apa yang ibu lakukan?
Karena awalnya rumah kita itu membelakangi rumah dari adik bapak dan rumah kita itu lurus dengan adik bapak, maka ibu minta yang menggeser rumah adalah adik bapak.
19.  Kenapa begitu? Apa paklek mau rumahnya digeser?
Karena rumah kita itu sudah terbuat dari bata dan susah untuk memindahkan, sedangkan rumah paklek masih dari bambu. Paklek mu mau menggeser rumahnya karena ingin agar kakaknya cepat sembuh.
20.  Rumahnya digeser kemana bu?
Yang awalnya lurus dengan kita kemudian digeser agak keseblah timur.
21.  Setelah begitu bapak sembuh?
Iya, setelah rumahnya digeser bapak sembuh.
22.  Reaksi keluarga saat bapak sakit bagaiman bu?
Tidak ada yang peduli selain paklek mu yang rumahnya dibelakng kita.
23.  Berarti ibu berjuang sendiri?
Iya, semuanya ibu atasi sendiri dengan hutang pada tetangga untuk obat dan makan kita. 6 bulan dalam keadaan seperti itu kemudian bapak mulai kerja dan hidup kita mulai membaik.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar