Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 07 Desember 2013

(HISTORIOGRAFI KELUARGA) SEJARAH KELUARGA BAPAK MATKURNA'IM DAN IBU SITI FATIMAH


SEJARAH KELUARGA BAPAK MATKURNA'IM DAN IBU SITI FATIMAH


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan
Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum, M.Pd



Oleh
Nafisatul Farida
130732607186









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
September 2013




BAB I
Pendahuluan


A.      Latar Belakang
Keluarga adalah suatu pranata sosial yang sangat penting fungsinya dalam masyarakat. Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil. Terdiri dari sepasang suami, istri, dan anak-anak mereka. Keluarga terbentuk dari hasil ikatan cinta antara pria dewasa dan wanita dewasa yang diresmikan dalam perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan hukum yang berlaku. Menurut Undang – Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan  membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di dalam keluarga, antar individu memiliki ikatan, kewajiban, dan tanggung jawab di antara individu tersebut. Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek (Wikipedia, 2013).
Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi seseorang untuk mengembangkan kepribadian diri. Watak sesorang juga dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer, yaitu sekelompok manusia yang memiliki hubungan yang sangat akrab atau intim, bersifat informal, personal, dan total. Pergaulan antar anggota keluarga ditandai oleh kerja sama dan tatap muka yang intim dan menghasilkan keterpaduan individu dalam kesatuan,. Sehingga membuat seseorang dapay berkelompok dan memiliki tujuan yang sama.
Masing – masing individu dalam sebuah keluarga memiliki peran. Ayah berperan sebagai kepala rumah tangga sekaligus mencari nafkah. Ibu berperan dalam mendidik anak, megurus segala keperluan yang berhubungan dengan rumah tangga, menjadi kepala rumah tangga disaat ayah sedang tidak dirumah, dan menjaga nama baik keluarga. Anak berperan psikosial sesuai dengan pekembangannya, jika sudah besar anak berperan dalam membantu pekerjaan rumah dan menjaga nama baik keluarga sekaligus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Keluarga Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah merupakan sebuah keluarga yang ternyata masih meiliki hubungan kekerabatan namun terpisah jauh. Didalam makalah ini penulis memilih topik mengenai silsilah keluarga Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah dan juga sejarah pernikahan Bapak Matkurna`in dan Ibu Siti Fatimah.
     
B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah?
2.      Bagaimana sejarah Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah?
C.      Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
2.      Untuk mendeskripsikan sejarah Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
D.      Metode
Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
1.    Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang membahas mengenai sejarah keluara Bapak Matkurna'im yang merupakan Bapak kandung dari penulis. Penulis memilih topik ini karena penulis ingin mengetahui lebih rinci mengenai sejarah silsilah keluarga dari pihak ayah yaitu Bapak Matkurna'im dan dari pihak ibu yaitu Ibu Siti Fatimah yang masih memiliki hubungan saudara yang sangat jauh.
2.    Heuristik
Melakukan pelacakan dan pengumpulan sumber-sumber sejarah (Sjamsuddin, 1996: 22). Metode pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu metode wawancara mendalam kapada Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah mengenai sejarah keluarga kedua belah pihak yang masih saling berkaitan.
3.    Kritik eksternal dan kritik internal terhadap sumber – sumber primer (otentisitas sumber, saksi mata yang kompeten, testimoni yang dapat dipercaya) (Sjamsuddin, 1996: 22). Penulis mengumpulkan hasil wawancara dari narasumber dan penulis juga mengumpulkan data-data yang didapat untuk lebih menguatkan hasil wawancara.
4.    Interpretasi
Untuk mendapatkan kesimpulan dan maknanya (Sjamsuddin, 1996:22). Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengajak pembaca menginterpretasikan sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah.
5.    Historiografi
Laporan atau gambaran masa lalu yang tersusun secara sistematis, bulat dan jelas dalam bentuk ceritera sejarah (Sjamsuddin, 1996:22). Penulis menjelaskan latar belakang serta metode dalam penulisan sejarah mengenai silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah terdapat pada Bab 1. Sedangkan di Bab 2 penulis memaparkan sejarah silsilah keluarga serta sejarah pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah.




BAB II
Pembahasan

A.      Sejarah Silsilah Keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
Keluarga dari Bapak Matkurna'im dan Ibu siti Fatimah sebenarnya masih terdapat hubungan kekerabatan yang sangat jauh. Orang yang berjasa dalam mengenalkan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah adalah mbah Wakid yang merupakan pakde dari Bapak Matkurna`im dari pihak ibu. Sedangkan mbah Wakid adalah saudara dari mbah Sarini yang merupakan nenek dari Ibu Siti Fatimah. Berikut silsilah keluarga dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah:
Silsilah keluarga Bapak Matkurna`im
Bapak Matkurna`im adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Orang tua dari Bapak Matkurna`im adalah Abdul Wakid dan Hajah Markamah. Abdul Wakid memiliki buyut seorang pemuka agama (kiai) dari daerah Ponorogo, Jawa Timur bernama Mbah Abu Muntholib. Mbah Abu Muntholib memiliki anak bernama mbah Abu Salim yang juga berasal dari Ponorogo. Mbah Abu Salim hijrah ke daerah Kediri tepatnya daerah Ngadiluwih untuk menyebarkan agama Islam. Selain menjadi pemuka agama di daerah Ngadiluwih, mbah Abu Salimjuga menjadi seorang petani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mbah Abu Salim kemudian menikah dengan seorang wanita bernama mbah Siti Maimunah dan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama mbah Abu Tajam dan yang kedua bernama mbah Abdul Rouf. Mbah Abdul Rouf meninggal sewaktu masih muda. sedangkan Mbah Abu Tajam menikah dengan Mbah Dilah dari desa Bawang dan menetap disana. Dari mbah Dilah, Mbah Abu Tajam memiliki dua orang anak, yaitu Abdul Karim dan Patemi. Selain menikah dengan mbah Dilah, mbah Abu Tajam juga menikah dengan mbah Tuminah yang juga berasal dari desa Bawang. Dari mbah Tuminah, mbah Abu Tajam memiliki 7 orang anak, yaitu mbah Abdul Sangit, mbah Abdul Wakid, mbah Rubangi, mbah Siti Amilah, mbah Tukilah, mbah Pajeri, mbah Rajikan, dan mbah Maulan. Ayah dari Bapak Matkurna`im adalah anak kedua dari mbah Abu Tajam yaitu Abdul Wakid.
Sedangkan ibu dari Bapak Matkurna`im dalah mbah Markamah yang berasal dari daerah Ngronggo, kota Kediri. Mbah Markamah adalah anak dari mbah Mukayat dari Ngronggo dan mbah Sariyah dari Toyoresemi Kabupaten Kediri. Mbah Markamah adalah anak ke-7 dari 9 bersaudara. Saudara dari mbah Markamah yaitu: mbah Kayun, mbah Khadar, mbah Kayah, mbah Kamdiyah, mbah Sartonah, mbah Juremi, mbah Markamah, mbah Sartini, dan mbah Markasih yang meninggal diusia muda. Suami dari mbah Sartonah adalah mbah wakid yang mengenalkan Bapak Matkurna`im dengan Ibu Siti Fatimah.
Dari pernikahan Mbah Abdul wakid dengan mbah Markamah memiliki 3 orang anak. Yang pertama yaitu Siti Munawaroh yang lahir tahun 1958, yang kedua Siti Qomariyah yang lahir pada tahun 1960, dan yang terakhir Bapak Matkurna`im yang lahir pada tahun 1964. Mbah Abdul Wakid meninggal tahun 1990 dikarenakan sakit kepala. Sekarang mbah Markamah tetap tinggal di desa Bawang. Anak – anak dari mbah Markamah juga menetap di desa Bawang. Mbah Markamah sekarang berumur 77 tahun dan sehat.

Silsilah keluarga Ibu Siti Fatimah

Ibu Siti Fatimah Merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara. Ayah dari Ibu Siti Fatimah adalah mbah kakung Ridwan dan Ibunya adalah mbah putri Musobikah. Mbah kakung Ridwan adalah cucu dari Mbah Saini yang merupakan buyut dari Ibu Siti Fatimah. Mbah Saini adalah istri dari Mbah Ponen. Pekerjaan mbah Saini dulu adalah seorang pengrajin batik. Sedangkan mbah Ponen adalah petani. Pada zaman itu, mereka adalah keluarga yang tergolong mampu di desa Gampengrejo, kabupaten Kediri. Mbah Saini dan mbah Ponen hanya memiliki satu orang anak bernama Mbah Abdul Jaiz yang merupakan eyang dari Ibu Siti Fatimah. Mbah Abdul jaiz menikah dengan mbah Sarini dan memiliki tiga keturunan. Yang pertama bernama mbah kakung Ridwan, yang kedua bernama mbah putri Umirah, yang terakhir bernama mbah Saripatun. Semua anak-anak dari mbah Abdul Jaiz dan mbah Sarini sekarang bertempat tinggal di desa Gampengrejo kabupaten Kediri.
Ibu dari Ibu Siti Fatimah adalah mbah putri Musobikah. Mbah putri Musobikah adalah anak ke - 2 dari enam bersaudara. Berasal dari daerah Joho, kabupaten Kediri (sekarang dekat Simpang Lima Gumul). Orang tua dari mbah puri Musobikah adalah Haji Yusuf dan Hajah Siti Khodijah yang merupakan Eyang Ibu Siti Fatimah. Mbah Yusuf dulu adalah seorang kepala desa daerah Sumberjo, Gampeng (sekarang Ngasem). Sedangkan Mbah Siti Khodijah adalah seorang ibu rumah tangga yang mengasuh 6 anaknya. Mbah Yusuf wafat pada tahun 1967 disaat Ibu Siti Fatimah belum menginjak usia 1 tahun. Sedangkan mbah Siti Khodijah wafat pada tahun 2000 dan masih bisa melihat anak-anak dari Ibu Siti Fatimah.
Mbah kakung Ridwan lahir di masa kolonial Belanda akhir, tahun 1935, sekarang berumur 75 tahun dan sehat. Mbah putri Musobikah lahir di akhir masa penjajahan Belanda tahun 1940, sekarang berumur 70 tahun dan juga sehat. Mbah kakung dan Mbah putri memiliki enak orang anak. Yang pertama bernama Muhammada Mukid yang lahir tahun1961, yang kedua adalah Siti Fatimah yang lahir pada 1967, ketiga adalah Mohammad Munir yang lahir tahun 1968, yang keempat adalah Siti Kalimah yang lahir tahun 1970 yang kelima adalah Siti Aminah yang lahir tahun 1973, dan terakhir adalah Ida Lailiyah yang lahir pada tahun 1986.  Pekerjaan dari Mbah kakung adalah awalnya selain seorang petani, mbha kakung juga peternak, mulai dari ayam, kambing, sapi, kelinci hingga bebek. Sedangkan Mbah putri dulu waktu anak-anaknya belum ada yang menikah, memiliki toko di rumah. Namun setelah anak-anaknya sudah menikah menjadi Ibu rumah tangga. Sekarang yang menemani mbah kakung dan mbah putri di rumah adalah anak terakhir yaitu Ida Lailiyah dan suaminya.   

B.       Sejarah Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah

Ibu Siti Fatimah berasal dari sebuah keluarga sederhana dari desa Kepuhrejo, kecamatan Gampengrejo, kabupaten Kediri. Sedangkan Bapak Matkurna'im juga berasal dari keluarga biasa dari desa Bawang, kecapamatan Pesantren, kota Kediri. Ibu Siti Fatimah bisa bertemu dengan Bapak Matkurna`im karena usaha dari seorang saudara dari Bapak Matkurn`in yang bernama pakdhe Wakid. Alm. Pakdhe Wakid yang pada waktu itu bertempat tinggal di daerah Toyoresemi, kabupaten Kediri yang berjarak lumayan dekat dengan rumah Ibu Siti Fatimah meminta Bapak Matkurna`im untuk ikut dengan pakdhe Wakid kerumah salah satu saudaranya. Sesampainya di tempat tujuan Ibu Siti Fatimah yang saat itu baru saja menyelesaikan studi keagamaan di pondok pesantren Darul Ulum Jombang, berkenalan dengan Bapak Matkurna`im. Proses kenalan tersebut terjadi di bulan Juli 1987. Pada waktu itu umur Bapak Matkurna`im 25 tahun, dan Ibu Siti Fatimah berumur 22 tahun.
Keluarga Ibu Siti Faimah adalah keluarga penganut islam taat dan tidak  mengenal hubungan pacaran jadi Ibu Siti Fatimah dan Bapak Matkurna`im menjalani proses ta`aruf atau saling mengenal. Proses kenalan atau ta`arauf dalam bahasa Arab berlangsung selama 2 bulan. Setiap dua minggu sekali Bapak Matkurna`im akan mengunjungi kediaman Ibu Siti Fatimah bersama Bapak Fatah yang merupakan guru agama dari Bapak Matkurn`im. Karena Ibu Siti Fatimah merupakan anak kedua dari enam bersaudara, setiap mengunjungi kediaman Ibu Siti Fatimah Bapak Matkurna`im tidak pernah lupa untuk membawa buah tangan untuk adik-adik dari Ibu Siti Fatimah. Pada waktu itu saudara – saudari Ibu Siti Fatimah masih sekolah dan adik termuda Ibu Siti Fatimah baru berumur 3 tahun. 
 Setelah proses perkenalan hubungan Ibu Siti Fatimah dan Bapak Matkurna`im berlanjut pada prosesi lamaran pada bulan September 1987. Dan pada tahun 1987, tepatnya pada tanggal 22 – 25 Desember, acara pernikahan di adakan di dua tempat. Yaitu di kediaman Bapak Matkurn`im dan di kediaman Ibu Siti Fatimah. Acara pernikahan berlangsung dengan sederhana namun berjalan khidmat. Acara pernikahan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah masih menggunakan tradisi Jawa. Sehari sebelum pernikahan berlangsung, pintu gerbang dari rumah orang tua mempelai wanita dihias dengan tarub (dekorasi tumbuhan), yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, buah kelapa, dan daun kelapa muda atau sering disebut dengan janur kuning. Akad nikah daidakan pada tanggal 24 Desember 1987 ba`da ashar dirumah mempelai wanita. Prosesi berlanjut pada malam hari yaitu midodarenan. Mempelai wanita dipaes menjadi wanita tercantik di malam itu menjadikan mempelai wanita secantik Dewi Widodari.  Keesokan harinya, tanggal 25 Desember 1987 mempelai pria beserta pengiringnya mendatangi kediaman mempelai wanita. Dalam acara ini sanak saudara dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah berkumpul untuk memberikan restu atas dilaksanakannya upacara pernikahan.
Pada tangga 3 Januari 1989, Bapak Matkurn`im dan Ibu Siti Fatimah dikaruniani seorang bayi laki-laki yang diberi nama Mohammad Muchlas Aditya Mufti. Proses kelahiran melalui operasi sesar di rumah sakit Babtis kota Kediri. Anak pertama dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah ini lahir premature karena pada saat hamil Ibu Siti Fatimah mengalami kejang sehingga harus melahirkan lebih cepat. Dan pada 22 Juni 1994  Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah dikaruniai anak kedua berjenis perempuan bernama Nafisatul Farida.  Proses kelahiran berjalan normal di rumah sakit Babtis kota Kediri. Nafisatul Farida merupakan anak bungsu dari pasangan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah.




BAB III
Penutup

A.      Kesimpulan
Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah masih terikat hubungan kekerabatan. Orang yang berjasa dalam mengenalkan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah adalah mbah Wakid yang merupakan pakdhe dari Bapak Matkurna`im dari pihak ibu. Sedangkan mbah Wakid adalah saudara dari mbah Sarini yang merupakan nenek dari Ibu Siti Fatimah dari pihak ayah.
B.       Saran
Dalam suatu keluarga sudah sepatutnya kita mengetahui bagaimana sejarah keluarga kita sendiri. Mulai dari keluarga inti kemudian melebar pada sanak family. Jadi asal usul dari keluarga akan diketahui oleh keturunan – keturunan dari masing – masing individu yang masih saling berkerabat. Karena biasanya seseorang yang masih memiliki hubungan kekerabatan tidak mengetahui bahwa orang yang kita kenal ternyata masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kita. Jadi Historiografi memberikan bantuan kepada seseorang untuk mengenal kerabat mereka lebih dekat.


DAFTAR RUJUKAN

Haryono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.

Sjamsuddin, H dan H. Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Bapak Matkurn`im, 49 tahun, Desa Bawang Rt/Rw : 01/06 Kecamatan Pesantren Kota Kediri, 6 Desember 2013, dikediaman Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah

Ibu Siti Fatimah, 46 tahun, Desa Bawang Rt/Rw : 01/06 Kecamatan Pesantren Kota Kediri, 6 Desember 2013, dikediaman Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga (online) diakses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 01.57 wib.

1 komentar:

  1. lampiran fotonya saya kirim lewat e-mail... dragon.nafis8894@gmail.com

    BalasHapus