SEJARAH
KELUARGA BAPAK MATKURNA'IM DAN IBU SITI FATIMAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu
Sejarah
yang dibina
oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan
Ibu Indah W.P.
Utami, S.Pd., S.Hum, M.Pd
Oleh
Nafisatul
Farida
130732607186
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
September
2013
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Keluarga
adalah suatu pranata sosial yang sangat penting fungsinya dalam masyarakat.
Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil. Terdiri dari sepasang suami,
istri, dan anak-anak mereka. Keluarga terbentuk dari hasil ikatan cinta antara
pria dewasa dan wanita dewasa yang diresmikan dalam perkawinan sesuai dengan
ketentuan agama dan hukum yang berlaku. Menurut Undang – Undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Di dalam keluarga, antar
individu memiliki ikatan, kewajiban, dan tanggung jawab di antara individu
tersebut. Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau
anak-anak, keluarga
konjugal yang terdiri
dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat
interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu
terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,
keluarga kakek, dan keluarga nenek (Wikipedia, 2013).
Keluarga
mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi seseorang untuk mengembangkan kepribadian
diri. Watak sesorang juga dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan
kelompok primer, yaitu sekelompok manusia yang memiliki hubungan yang sangat
akrab atau intim, bersifat informal, personal, dan total. Pergaulan antar
anggota keluarga ditandai oleh kerja sama dan tatap muka yang intim dan
menghasilkan keterpaduan individu dalam kesatuan,. Sehingga membuat seseorang
dapay berkelompok dan memiliki tujuan yang sama.
Masing
– masing individu dalam sebuah keluarga memiliki peran. Ayah berperan sebagai
kepala rumah tangga sekaligus mencari nafkah. Ibu berperan dalam mendidik anak,
megurus segala keperluan yang berhubungan dengan rumah tangga, menjadi kepala
rumah tangga disaat ayah sedang tidak dirumah, dan menjaga nama baik keluarga.
Anak berperan psikosial sesuai dengan pekembangannya, jika sudah besar anak
berperan dalam membantu pekerjaan rumah dan menjaga nama baik keluarga
sekaligus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Keluarga
Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah merupakan sebuah keluarga yang ternyata
masih meiliki hubungan kekerabatan namun terpisah jauh. Didalam makalah ini
penulis memilih topik mengenai silsilah keluarga Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti
Fatimah dan juga sejarah pernikahan Bapak Matkurna`in dan Ibu Siti Fatimah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah?
2.
Bagaimana
sejarah Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah?
C. Tujuan
1.
Untuk
mendeskripsikan sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti
Fatimah
2.
Untuk
mendeskripsikan sejarah Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
D. Metode
Secara sederhana
penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan
historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
1.
Pemilihan
Topik
Penulis memilih topik yang membahas mengenai sejarah
keluara Bapak Matkurna'im yang merupakan Bapak kandung dari penulis. Penulis
memilih topik ini karena penulis ingin mengetahui lebih rinci mengenai sejarah
silsilah keluarga dari pihak ayah yaitu Bapak Matkurna'im dan dari pihak ibu
yaitu Ibu Siti Fatimah yang masih memiliki hubungan saudara yang sangat jauh.
2.
Heuristik
Melakukan pelacakan dan pengumpulan sumber-sumber
sejarah (Sjamsuddin, 1996: 22). Metode pengumpulan data yang penulis lakukan
yaitu metode wawancara mendalam kapada Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
mengenai sejarah keluarga kedua belah pihak yang masih saling berkaitan.
3.
Kritik
eksternal dan kritik internal terhadap sumber – sumber primer (otentisitas
sumber, saksi mata yang kompeten, testimoni yang dapat dipercaya) (Sjamsuddin,
1996: 22). Penulis mengumpulkan hasil wawancara dari narasumber dan penulis
juga mengumpulkan data-data yang didapat untuk lebih menguatkan hasil
wawancara.
4.
Interpretasi
Untuk mendapatkan kesimpulan dan maknanya (Sjamsuddin,
1996:22). Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengajak pembaca
menginterpretasikan sejarah silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti
Fatimah.
5.
Historiografi
Laporan atau gambaran masa lalu yang tersusun secara
sistematis, bulat dan jelas dalam bentuk ceritera sejarah (Sjamsuddin, 1996:22).
Penulis menjelaskan latar belakang serta metode dalam penulisan sejarah
mengenai silsilah keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah terdapat pada
Bab 1. Sedangkan di Bab 2 penulis memaparkan sejarah silsilah keluarga serta
sejarah pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah.
BAB II
Pembahasan
A. Sejarah
Silsilah Keluarga Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
Keluarga
dari Bapak Matkurna'im dan Ibu siti Fatimah sebenarnya masih terdapat hubungan
kekerabatan yang sangat jauh. Orang yang berjasa dalam mengenalkan Bapak
Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah adalah mbah Wakid yang merupakan pakde dari
Bapak Matkurna`im dari pihak ibu. Sedangkan mbah Wakid adalah saudara dari mbah
Sarini yang merupakan nenek dari Ibu Siti Fatimah. Berikut silsilah keluarga
dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah:
Silsilah keluarga Bapak
Matkurna`im
Bapak
Matkurna`im adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Orang tua dari Bapak
Matkurna`im adalah Abdul Wakid dan Hajah Markamah. Abdul Wakid memiliki buyut
seorang pemuka agama (kiai) dari daerah Ponorogo, Jawa Timur bernama Mbah Abu
Muntholib. Mbah Abu Muntholib memiliki anak bernama mbah Abu Salim yang juga
berasal dari Ponorogo. Mbah Abu Salim hijrah ke daerah Kediri tepatnya daerah
Ngadiluwih untuk menyebarkan agama Islam. Selain menjadi pemuka agama di daerah
Ngadiluwih, mbah Abu Salimjuga menjadi seorang petani untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Mbah Abu Salim kemudian menikah dengan seorang wanita bernama mbah
Siti Maimunah dan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama mbah Abu Tajam
dan yang kedua bernama mbah Abdul Rouf. Mbah Abdul Rouf meninggal sewaktu masih
muda. sedangkan Mbah Abu Tajam menikah dengan Mbah Dilah dari desa Bawang dan
menetap disana. Dari mbah Dilah, Mbah Abu Tajam memiliki dua orang anak, yaitu
Abdul Karim dan Patemi. Selain menikah dengan mbah Dilah, mbah Abu Tajam juga
menikah dengan mbah Tuminah yang juga berasal dari desa Bawang. Dari mbah
Tuminah, mbah Abu Tajam memiliki 7 orang anak, yaitu mbah Abdul Sangit, mbah
Abdul Wakid, mbah Rubangi, mbah Siti Amilah, mbah Tukilah, mbah Pajeri, mbah
Rajikan, dan mbah Maulan. Ayah dari Bapak Matkurna`im adalah anak kedua dari
mbah Abu Tajam yaitu Abdul Wakid.
Sedangkan
ibu dari Bapak Matkurna`im dalah mbah Markamah yang berasal dari daerah Ngronggo,
kota Kediri. Mbah Markamah adalah anak dari mbah Mukayat dari Ngronggo dan mbah
Sariyah dari Toyoresemi Kabupaten Kediri. Mbah Markamah adalah anak ke-7 dari 9
bersaudara. Saudara dari mbah Markamah yaitu: mbah Kayun, mbah Khadar, mbah
Kayah, mbah Kamdiyah, mbah Sartonah, mbah Juremi, mbah Markamah, mbah Sartini,
dan mbah Markasih yang meninggal diusia muda. Suami dari mbah Sartonah adalah
mbah wakid yang mengenalkan Bapak Matkurna`im dengan Ibu Siti Fatimah.
Dari
pernikahan Mbah Abdul wakid dengan mbah Markamah memiliki 3 orang anak. Yang
pertama yaitu Siti Munawaroh yang lahir tahun 1958, yang kedua Siti Qomariyah
yang lahir pada tahun 1960, dan yang terakhir Bapak Matkurna`im yang lahir pada
tahun 1964. Mbah Abdul Wakid meninggal tahun 1990 dikarenakan sakit kepala.
Sekarang mbah Markamah tetap tinggal di desa Bawang. Anak – anak dari mbah
Markamah juga menetap di desa Bawang. Mbah Markamah sekarang berumur 77 tahun
dan sehat.
Silsilah keluarga Ibu
Siti Fatimah
Ibu
Siti Fatimah Merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara. Ayah dari Ibu Siti Fatimah adalah
mbah kakung Ridwan dan Ibunya adalah mbah putri Musobikah. Mbah kakung Ridwan adalah
cucu dari Mbah Saini yang merupakan buyut dari Ibu Siti Fatimah. Mbah Saini
adalah istri dari Mbah Ponen. Pekerjaan mbah Saini dulu adalah seorang
pengrajin batik. Sedangkan mbah Ponen adalah petani. Pada zaman itu, mereka
adalah keluarga yang tergolong mampu di desa Gampengrejo, kabupaten Kediri.
Mbah Saini dan mbah Ponen hanya memiliki satu orang anak bernama Mbah Abdul
Jaiz yang merupakan eyang dari Ibu Siti Fatimah. Mbah Abdul jaiz menikah dengan
mbah Sarini dan memiliki tiga keturunan. Yang pertama bernama mbah kakung
Ridwan, yang kedua bernama mbah putri Umirah, yang terakhir bernama mbah Saripatun.
Semua anak-anak dari mbah Abdul Jaiz dan mbah Sarini sekarang bertempat tinggal
di desa Gampengrejo kabupaten Kediri.
Ibu
dari Ibu Siti Fatimah adalah mbah putri Musobikah. Mbah putri Musobikah adalah
anak ke - 2 dari enam bersaudara. Berasal dari daerah Joho, kabupaten Kediri
(sekarang dekat Simpang Lima Gumul). Orang tua dari mbah puri Musobikah adalah
Haji Yusuf dan Hajah Siti Khodijah yang merupakan Eyang Ibu Siti Fatimah. Mbah
Yusuf dulu adalah seorang kepala desa daerah Sumberjo, Gampeng (sekarang
Ngasem). Sedangkan Mbah Siti Khodijah adalah seorang ibu rumah tangga yang
mengasuh 6 anaknya. Mbah Yusuf wafat pada tahun 1967 disaat Ibu Siti Fatimah
belum menginjak usia 1 tahun. Sedangkan mbah Siti Khodijah wafat pada tahun
2000 dan masih bisa melihat anak-anak dari Ibu Siti Fatimah.
Mbah
kakung Ridwan lahir di masa kolonial Belanda akhir, tahun 1935, sekarang
berumur 75 tahun dan sehat. Mbah putri Musobikah lahir di akhir masa penjajahan
Belanda tahun 1940, sekarang berumur 70 tahun dan juga sehat. Mbah kakung dan
Mbah putri memiliki enak orang anak. Yang pertama bernama Muhammada Mukid yang
lahir tahun1961, yang kedua adalah Siti Fatimah yang lahir pada 1967, ketiga
adalah Mohammad Munir yang lahir tahun 1968, yang keempat adalah Siti Kalimah
yang lahir tahun 1970 yang kelima adalah Siti Aminah yang lahir tahun 1973, dan
terakhir adalah Ida Lailiyah yang lahir pada tahun 1986. Pekerjaan dari Mbah kakung adalah awalnya
selain seorang petani, mbha kakung juga peternak, mulai dari ayam, kambing,
sapi, kelinci hingga bebek. Sedangkan Mbah putri dulu waktu anak-anaknya belum
ada yang menikah, memiliki toko di rumah. Namun setelah anak-anaknya sudah
menikah menjadi Ibu rumah tangga. Sekarang yang menemani mbah kakung dan mbah
putri di rumah adalah anak terakhir yaitu Ida Lailiyah dan suaminya.
B. Sejarah
Pernikahan Bapak Matkurna'im dan Ibu Siti Fatimah
Ibu
Siti Fatimah berasal dari sebuah keluarga sederhana dari desa Kepuhrejo,
kecamatan Gampengrejo, kabupaten Kediri. Sedangkan Bapak Matkurna'im juga
berasal dari keluarga biasa dari desa Bawang, kecapamatan Pesantren, kota
Kediri. Ibu Siti Fatimah bisa bertemu dengan Bapak Matkurna`im karena usaha
dari seorang saudara dari Bapak Matkurn`in yang bernama pakdhe Wakid. Alm.
Pakdhe Wakid yang pada waktu itu bertempat tinggal di daerah Toyoresemi,
kabupaten Kediri yang berjarak lumayan dekat dengan rumah Ibu Siti Fatimah
meminta Bapak Matkurna`im untuk ikut dengan pakdhe Wakid kerumah salah satu
saudaranya. Sesampainya di tempat tujuan Ibu Siti Fatimah yang saat itu baru
saja menyelesaikan studi keagamaan di pondok pesantren Darul Ulum Jombang,
berkenalan dengan Bapak Matkurna`im. Proses kenalan tersebut terjadi di bulan
Juli 1987. Pada waktu itu umur Bapak Matkurna`im 25 tahun, dan Ibu Siti Fatimah
berumur 22 tahun.
Keluarga
Ibu Siti Faimah adalah keluarga penganut islam taat dan tidak mengenal hubungan pacaran jadi Ibu Siti
Fatimah dan Bapak Matkurna`im menjalani proses ta`aruf atau saling mengenal. Proses
kenalan atau ta`arauf dalam bahasa Arab berlangsung selama 2 bulan. Setiap dua
minggu sekali Bapak Matkurna`im akan mengunjungi kediaman Ibu Siti Fatimah
bersama Bapak Fatah yang merupakan guru agama dari Bapak Matkurn`im. Karena Ibu
Siti Fatimah merupakan anak kedua dari enam bersaudara, setiap mengunjungi
kediaman Ibu Siti Fatimah Bapak Matkurna`im tidak pernah lupa untuk membawa
buah tangan untuk adik-adik dari Ibu Siti Fatimah. Pada waktu itu saudara –
saudari Ibu Siti Fatimah masih sekolah dan adik termuda Ibu Siti Fatimah baru
berumur 3 tahun.
Setelah proses perkenalan hubungan Ibu Siti
Fatimah dan Bapak Matkurna`im berlanjut pada prosesi lamaran pada bulan September
1987. Dan pada tahun 1987, tepatnya pada tanggal 22 – 25 Desember, acara
pernikahan di adakan di dua tempat. Yaitu di kediaman Bapak Matkurn`im dan di
kediaman Ibu Siti Fatimah. Acara pernikahan berlangsung dengan sederhana namun
berjalan khidmat. Acara pernikahan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah masih
menggunakan tradisi Jawa. Sehari sebelum pernikahan berlangsung, pintu gerbang
dari rumah orang tua mempelai wanita dihias dengan tarub (dekorasi tumbuhan),
yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, buah kelapa, dan daun kelapa muda
atau sering disebut dengan janur kuning. Akad nikah daidakan pada tanggal 24
Desember 1987 ba`da ashar dirumah mempelai wanita. Prosesi berlanjut pada malam
hari yaitu midodarenan. Mempelai wanita dipaes menjadi wanita tercantik di
malam itu menjadikan mempelai wanita secantik Dewi Widodari. Keesokan harinya, tanggal 25 Desember 1987
mempelai pria beserta pengiringnya mendatangi kediaman mempelai wanita. Dalam
acara ini sanak saudara dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah berkumpul
untuk memberikan restu atas dilaksanakannya upacara pernikahan.
Pada
tangga 3 Januari 1989, Bapak Matkurn`im dan Ibu Siti Fatimah dikaruniani
seorang bayi laki-laki yang diberi nama Mohammad Muchlas Aditya Mufti. Proses
kelahiran melalui operasi sesar di rumah sakit Babtis kota Kediri. Anak pertama
dari Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah ini lahir premature karena pada
saat hamil Ibu Siti Fatimah mengalami kejang sehingga harus melahirkan lebih cepat.
Dan pada 22 Juni 1994 Bapak Matkurna`im
dan Ibu Siti Fatimah dikaruniai anak kedua berjenis perempuan bernama Nafisatul
Farida. Proses kelahiran berjalan normal
di rumah sakit Babtis kota Kediri. Nafisatul Farida merupakan anak bungsu dari
pasangan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Bapak
Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah masih terikat hubungan kekerabatan. Orang yang
berjasa dalam mengenalkan Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah adalah mbah
Wakid yang merupakan pakdhe dari Bapak Matkurna`im dari pihak ibu. Sedangkan
mbah Wakid adalah saudara dari mbah Sarini yang merupakan nenek dari Ibu Siti
Fatimah dari pihak ayah.
B. Saran
Dalam suatu keluarga
sudah sepatutnya kita mengetahui bagaimana sejarah keluarga kita sendiri. Mulai
dari keluarga inti kemudian melebar pada sanak family. Jadi asal usul dari
keluarga akan diketahui oleh keturunan – keturunan dari masing – masing
individu yang masih saling berkerabat. Karena biasanya seseorang yang masih
memiliki hubungan kekerabatan tidak mengetahui bahwa orang yang kita kenal
ternyata masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kita. Jadi Historiografi
memberikan bantuan kepada seseorang untuk mengenal kerabat mereka lebih dekat.
DAFTAR RUJUKAN
Haryono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif.
Malang: Pustaka Jaya.
Sjamsuddin, H dan H. Ismaun. 1996. Pengantar
Ilmu Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Bapak Matkurn`im, 49
tahun, Desa Bawang Rt/Rw : 01/06 Kecamatan Pesantren Kota Kediri, 6 Desember
2013, dikediaman Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah
Ibu Siti Fatimah, 46
tahun, Desa Bawang Rt/Rw : 01/06 Kecamatan Pesantren Kota Kediri, 6 Desember
2013, dikediaman Bapak Matkurna`im dan Ibu Siti Fatimah
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
(online) diakses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 01.57 wib.
lampiran fotonya saya kirim lewat e-mail... dragon.nafis8894@gmail.com
BalasHapus