HISTORIOGRAFI: SEJARAH
KELUARGA BAPAK AGUS MUSLIMIN
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar
Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan Ibu
Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.
Oleh
Prita
Yulianti
130732607199
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 SEJARAH
Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejarah merupakan sebuah peristiwa
masa lampau yang unik, abadi dan tidak dapat terulang persis seperti kejadian
sebelumnya. Dalam bahasa arab, sejarah atau “syajaratun” diartikan sebagai
“pohon”. “pohon” dalam artian tersebut, memiliki makna sama dengan “silsilah”.
Mendengar kata “silsilah”, pikiran
pun langsung terlintas menuju ke arah artian silsilah keluarga. Walapun tidak
selamanya artian “silsilah” tersebut merupakan silsilah keluarga, tetapi artian
“silsilah” didalam makalah ini digambarkan dengan keturunan dari sebuah
keluarga. Tidak hanya itu saja “silsilah” dalam artian ini juga digambarkan
sebagai riwayat, asal-usul, dan kronologisnya sebuah keluarga.
Keluarga
merupakan satuan unit kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (Soekanto,
2009:98). Jika ditinjau lebih jauh, kakek, nenek, paman, bibi, dll juga
merupakan bagian dari anggota keluarga yang saling melengkapi hingga
terciptanya sebuah keluarga besar. Didalam keluarga besar, pastinya memiliki
silsilah keturunan dari kakek nenek buyut hingga sampai ke generasi yang
terbaru.
Tidak
hanya silsilah keturunan saja, keluarga juga memiliki sejarah, riwayat dan
asal-usul yang membedakannya dengan keluarga yang lain (Goode, 1983:126).
Terlintas dari
itu semua, penulis bermaksud untuk menyusun sebuah historiografi tentang
keluarga khususnya keluarga penulis. Dalam makalah ini, penulis akan
menceritakan bagaimana kronologis pertemuan yang singkat antara ayah dan ibu
penulis, hingga pada akhirnya pertemuan tersebut berujung pada pelaminan.
Semakin tinggi sebuah pohon pasti juga akan semakin kencang angin yang akan
menerpa pohon tersebut, ungkapan inilah yang sama dengan apa yang terjadi
didalam hubungan pernikahan antara ayah dan ibu penulis. Dan didalam makalah
ini juga akan disinggung apa saja permasalahan yang pernah terjadi dalam
hubungan pernikahan antara ayah dan ibu penulis.
Terlepas dari itu semua, makalah
ini tidak hanya sebatas untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Pengantar Ilmu
Sejarah saja, tetapi juga sebagai bahan refleksi khusunya bagi penulis agar
lebih mengetahui sejarah keluarga dan bisa mengambil sebuah pelajaran agar
kelak dapat menimalisir sebuah permasalahan dalam sebuah hubungan baik hubungan
antar keluarga, kerabat bahkan orang
lain.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah pertemuan Ibu Insyaniah dengan Bapak Agus hingga menjajaki ke hubungan
yang lebih serius atau memutuskan untuk menikah?
2. Bagaimana
permasalahan yang timbul antara Ibu Insyaniah dengan Bapak Agus setelah
memutuskan untuk menikah?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mendeskripsikan sejarah pertemuan Ibu Insyaniah dan Bapak Agus hingga sampai
memutuskan untuk menikah.
2. Untuk
mendeskripsikan permasalahan yang timbul setelah menikah antara Ibu Insyaniah
dengan Bapak Agus
BAB II
METODE PENELITIAN
Dalam (Hariyono, 1995:109-112) dijelaskan
secara
sederhana penelitian sejarah dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi.
- 1. Pemilihan Topik
Dalam makalah ini, penulis memilih topik tentang sejarah keluarga
khususnya sejarah tentang keluarga penulis. Ini dikarenakan dalam mendapatkan
sumber data lebih mudah dan penulis juga bisa lebih menguasai tentang topik
ini.
- 2. Heuristik
Penulis
menggunakan metode wawancara yang kemudian
penulis mewawancarai langsung kepada informan yang tidak
lain dan
tidak bukan merupakan Bapak Agus dan Ibu
Insyaniyah yaitu kedua orang tua penulis. Tidak hanya
mewawancarai kedua para pelaku sejarah tersebut tetapi Penulis juga menggunakan kajian
pustaka dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan demi menunjangnya dalam
penyusunan makalah ini.
- 3. Kritik/ Verifikasi
- · Kritik Eksternal
Dalam
makalah ini, setelah penulis mengumpulkan berbagai data baik dari hasil data
wawancara sampai dengan dokumen-dokumen yang mewakili saksi bisu sejarah pada masa itu. Didapatkan surat nikah yang masih
otentik yang keontentikannya sangat mencerminkan surat nikah pada masa itu
yaitu tahun 1988. Tidak hanya itu saja penulis juga mendapatkan Kartu Keluarga
yang didalamnya terdapat informasi yang penulis butuhkan dan dilihat dari
keontetikannya Kartu Keluarga tersebut benar-benar otentik karena Kartu
Keluarga tersebut keluaran baru atau Kartu Keluarga yang sudah diperbaharui.
- · Kritik Internal
Dari
hasil wawancara yang penulis dapatkan, perisiwa-peristiwa yang dilami Bapak
Agus dan Ibu Insyaniyah benar adanya karena pada saat proses menanyakan
pertanyaan untuk wawancara, Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah sangat meningat betul
setiap kronologi peristiwa yang mereka alami.
- 4. Interpretasi
Menurut penulis, sejarah pada keluarga Bapak Agus
mulai dari kehidupan pasca menikah hingga permasalahan yang timbul sangat
memberikan inspiratif. Kehidupan yang terbelit dengan masalah ekonomi hingga
dapat sedikit demi sedikit bangkit dari keterpurukan dan ini merupakan
pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.
- 5. Historigrafi
- · Bab I
Topik yang penulis ambil yaitu tentang
sejarah keluarga khususnya sejarah keluarga penulis. Selain topik tersebut
merupakan topik yang diminta untuk menyusun historiografi dalam rangka memenuhi
tugas akhir Pengantar Ilmu Sejarah, ini juga disebabkan karena sejarah keluarga
merupakan sejarah yang mendasar yang harus diketahui oleh para sejarawan
sebelum dia menguasai sejarah-sejarah lainnya. Ini dimaksudkan untuk para
sejarawan yang tidak hanya dapat menguasai sejarah-sejarah lainnya tetapi juga
mengetahui dasar dari pada sejarawan itu sendiri termasuk sejarah keluarga. Dan
bukan hanya itu saja tetapi dalam mendapatkan sumber data, sejarah keluarga lah
yang mudah untuk dapat ditelusuri jejak-jejak sejarahnya dan juga mudah
mendapatkan sumber data yang dibutuhkan. Dalam bab ini berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang membahas tentang sejarah keluarga
Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah khususnya kronologi pertemuan anttara Bapak Agus
dengan Ibu Insyaniyah dan permasalahan yang terjadi setelah memutuskan untuk
menikah.
- · Bab II
Penyusunan
sistematika dalam penelitian sejarah yaitu dengan dalam (Hariyono, 1995:109-112) dijelaskan
secara
sederhana penelitian sejarah dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Dan didalam makalah ini semua telah dijabarkan secara
berurutan demi terciptanya historiografi yang otentik dan kualitas yang baik.
- · Bab III
Bab
III dalam makalah ini berisi tentang pembahasan dari penjabaran dari rumusan
yang penulis sudah menyusunnya. Pembahasan tersebut dimulai dari sejarah ayah
dan ibu penulis yaitu Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah, kemudian dilanjutkan
dengan sejarah kronologisnya Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah pada saat pertama
kalinya bertemu hingga pada akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius atau
menikah. Dan pembahasan yang terakhir yaitu permasalahan yang terjadi pasca
Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah menikah.
- · Bab IV
Didalam
bab III berisi tentang penutup. Penutup disini terdiri dari kesimpulan dan
saran khususnya tentang makalah ini. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pertemuan
yang singkat antara Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah ternyata berujung pada
hubungan yang lebih serius yaitu dengan menikah. Dapat diketahui pula
permasalahan apa saya yang timbul setelah Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah
mememutuskan untuk menikah. Dari banyaknya permasalahan yang datang silih
berganti seiring berjalannya waktu, ingatan mereka tertuju pada permasalahan
ekonomi yang membelit pada saat itu dimana mereka memulai hidup mandiri tanpa
bantuan orang lain termasuk kedua orang tua mereka.
Dan dari makalah ini dapat dipetik
pelajarannya bahwa kita seharusnya dapat mandiri tanpa meminta belas kasihan
orang lain dalam menjalankan hidup ini karena jika tidak kita akan selalu
bergantung dengan orang lain jika itu terus terjadi kita akan selalu terpuruk
dan tak akan pernah maju. Juga dalam menhadapi segala bentuk cobaan yang
diberikan Tuhan sebaiknya kita selalu bersabar, ikhtiar dan selalu mengharapkan
kebaikan dari-Nya. Dan tidak kalah penting pula jika kita merasa ada seseorang
yang dirasa dia merupakan seseorang yang diciptakan Tuhan untuk hidup
berdampingan dengannya maka kejarlah dan yakinkan lah dia bahwa dia juga
mencari pendamping hidup yang akan melangkapinya yaitu anda!
BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum
ke topik pembahasan ada baiknya untuk mengetahui riwayat atau asal-usul Bapak
Agus Muslimin dan Ibu Insyaniyah, berikut penjelasannya:
2.1
Sejarah
Ayah
Bapak
Agus Muslimin merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Beliau lahir di
Jakarta pada 29 Agustus 1963. Beliau merupakan anak dari hasil pernikahan yang
pertama antara Alm. Bapak Musa Silasa dengan Ibu Tuty Nuryati. Beliau semasa
kecil hidup berpisah jauh dengan Ibunya karena berbagai alasan mulai dari
keadaan jakarta yang masih diselimuti akan ancaman GESTOK khususnya didaerah
Lubang Buaya, Jakarta Timur hingga ancaman dari berbagai pihak mengingat Ayah
Beliau merupakan anggota ABRI atau sekarang sama dengan TNI AD. Kemudian Beliau
dititipkan oleh keluarga Ayahnya didaerah Ujung Pandang atau lebih dikenal
dengan Makassar, Sulawesi Selatan. Dan pada akhirnya masa kecil Beliau
dihabiskan bersama keluarga Ayah Beliau.
2.2
Sejarah
Ibu
Ibu Insyaniyah merupakan anak
pertama dari lima bersaudara. Beliau lahir di Jombang 31 Desember 1965. Beliau
merupakan anak dari hasil pernikahan yang pertama antara Alm. Bapak Ngasran
dengan Almh. Ibu Masunah. Beliau terlahir ditengah-tengah keluarga yang
religius mengingat kedua orang tua Beliau merupakan guru ngaji dan masih sangat
berpegang teguh dengan nilai dan norma yang dianut didaerah sekitar rumah
Beliau. Dengan otomatis semasa kecil, Beliau ditanamkan ajaran-ajaran Islam
dari kedua orang tuanya.
2.3
Kronologi
Pertemuan antara Bapak Agus Muslimin dengan Ibu Insyaniah
Setelah
menginjak remaja Bapak Agus Muslimin memutuskan untuk kembali ke Jakarta pada tahun untuk melanjutkan
sekolah tingakat menengah atau SMA. Tidak lama setelah lulus, Beliau
mencari-cari pekerjaan ini dikarenakan dari dampak ayah dan ibu Beliau yang
sudah menginjak usia senja dan dinyatakan untuk pensiun dini oleh instansi yang
memperkerjakan kedua orang tua Beliau. Tidak hanya itu saja, Beliau juga
dibebani dengan adik-adik Beliau yang masih ada tanggungan untuk sekolak,
mengingat Beliau merupakan anak laki-laki pertama jadi, Beliau berusaha sendiri
membanting tulang dan bertanggungjawab demi kelangsungan kehidupan keluarganya.
Setelah berbagai badai yang menerpa akhirnya Beliau bisa tersenyum lega dengan
apa yang selama ini dilakukannya
yaitu bias menyekolahkan adik-adiknya sampai selesai.
Setelah memasuki usia matang, Beliau belum mendapatkan seorang pun untuk
dijadikan pendamping, hingga pada suatu saat Beliau berlibur di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII), Beliau secara tidak sengaja bertemu dengan seorang
perempuan yaitu Ibu Insyaniyah itu sendiri yang belum dikenalnya dan sejak saat
itu Beliau merasa bahwa Ibu Insyaniyah merupakan sosok yang tetap untuk
dijadikan sebagai pendamping hidupnya. “sejak bapak melihat Ibu mu pertama kali, bapak merasa ini merupakan
sebuah anugerah yang diberikan Allah untuk bapak, kalau hanya Ibu mu lah yang
bisa menerima bapak apa adanya” itulah salah satu kalimat yang dikatakan Beliau
tentang Ibu Insyaniyah saat Beliau untuk pertama kali jatuh cinta pada
pandangan pertama. Dan tak ketinggalan Ibu Insyaniyah pun merespon
sinyal-sinyal cinta yang diberikan Bapak Agus, hingga pada akhirnya mereka pun
menjalankan suatu ikatan cinta. “dulu sih kita berpacaran yaaa jalan-jalan,
menonton film layar lebar di lapangan dekat rumah, pokoknya hampir sama deh
pacarannya kaya zaman sekarang tetapi bedanya dulu itu pacarannya ngga
seekstrim zaman sekarang” ujar Ibu Insyaniyah.
Ternyata hubungan percintaan mereka pun berjalan terus hingga pada
akhirnya pada 25 Desember 1988 mereka memutuskan untuk meresmikan hubungan itu
kearah yang lebih serius yaitu menikah. Pada saat itu yang menjadi wali nikah
dari mempelai perempuan yaitu Bapak Selamet Raharjo, Beliau merupakan adik
kandung dari Ibu Insyaniyah. Ini dikarenakan Alm. Bapak Ngasran yang merupakan
Ayah dari Ibu Insyaniyah tersebut telah meninggal saat Ibu Insyaniyah masih
kanak-kanak.
Dengan mas kawin sebesar Rp.5.000,- akhirnya pernikahan tersebut
berjalan lancar hingga saat ini belum ada terlintas untuk mengakhiri hubungan
pernikahan mereka.
Setahun menikah Ibu Insyaniyah dikabarkan mengandung anak pertama
tepatnya pada 12 September 1989 lahirlah seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Balqis Zulmy yang tidak lain merupakan kakak dari penulis sendiri.
Hingga pada akhirnya menyusul dengan jarak 6 tahun tepatnya pada 16 Juli 1995,
lahir lah seorang anak perempuan yang diberi nama Prita Yulianti yang merupakan
penulis sendiri. Kini dengan memiliki 2 anak yang saling melengkapi yaitu 1
laki-laki dan 1 perempuan dirasa cukup untuk menciptakan keluarga yang
harmonis, sejarahtera, dan bahagia yang dilandaskan dengan rasa saling
memiliki. “dengan semua apa yang telah Bapak dapatkan yaitu dengan menikahi Ibu
mu dan memiliki 2 orang anak yang saling melengkapi tersebut, Bapak merasakan
sudah memiliki semuanya yaitu kebahagian yang dunia dan akhirat” ujar Bapak
Agus yang tidak disadari Ibu Inyaniyah mengiyakannya.
2.4 Permasalahan
yang Terjadi pada
Bapak Agus Muslimin
dan
Ibu Insyaniyah Setelah Menikah
Suatu hubungan tidak akan selalu berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan, terkadang ada kalanya dimana ada suatu permasalahan yang mewarnai
dan memberikan bumbu tersendiri dari suatu hubungan tersebut. Sama halnya
dengan hubungan pernikahan yang dialami Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah.
Dari pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah
banyak permasalahan yang dialami salama 25 tahun setelah menikah. Mulai dari
permasalahan keuangan hingga masalah yang hampir membuat hubungan pernikahan mereka
kandas diparuh jalan.
Salah satu masalah yang pernah dialami oleh Bapak Agus dan Ibu
Insyaniyah tersebut yaitu ketika mereka memulai hidup mandiri. Mereka tidak
tinggal bersama di rumah kedua orang tua mereka, tetapi mereka memutuskan untuk mengontrak disebuah
rumah di daerah kawasan Tanggerang. Disana lah awal kehidupan mereka yang ingin
mandiri dan jauh dari kedua orang tua mereka. “kita memutuskan untuk tidak
berpangku tangan sama orang lain termasuk kedua orang tua dan saudara-saudara
yang pada saat itu sangat ingin membantu” ujar Bapak Agus.
Seiring waktu berjalan yang kemudian disusul dengan keberadaan anggota
keluarga baru, mereka dilatih untuk menjadi kedua orang tua yang mampu
mengahadapi segala permasalahan yang terjadi. Dengan kondisi keadaan ekonomi
yang terjepit Bapak Agus kebingungan untuk menghidupi seluruh anggota keluarga
yang baru Beliau rangkai. Akhirnya Bapak Agus dituntut untuk dapat mencari
nafkah demi keluarga yang sedang menunggu Beliau dirumah. Beliau melakukan
berbagai cara dengan bergonta-ganti pekerjaan yang dirasa penghasilannya cukup
untuk memenuhi kehidupan keluarganya sampai menawarkan diri untuk bekerja
serabutan untuk orang yang membutuhkan tenaga dan pikirannya. Sampai pada
akhirnya Beliau memutuskan untuk hijrah ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan
dan meninggalkan keluarganya di Tanggerang.
Tidak terasa, anak pertama dari hasil pernikahan Bapak Agus dan Ibu
Insyaniyah pun mulai memasuki usia untuk bersekolah. Bapak Agus kebingungan
bagaimana cara untuk menyekolahkan anaknya tersebut. Akhirnya kebinggungan
Bapak Agus pun sirna dengan adanya bantuan untuk bersekolah gratis selama 6
tahun tanpa pikir panjang Bapak Agus pun langsung mendaftarkan anaknya
pertamanya untuk bersekolah. Harapannya adalah dengan anakanya bersekolah
setidaknya dapat mengangkat nasib keluarganya menjadi lebih baik dan untuk
bekal sebagai jaminan hidup yang layak bagi masa depannya kelak. Begitu pun
menyusul anak kedua yang sudah mulai memasuki umur untuk bersekolah dengan
harapan yang sama.
Kini Bapak dan Ibu Insyaniyah bisa tersenyum lega, karena permasalahan
perekonomian yang membelit keluarganya ,kini sudah hampir terselesaikan
mengingat anak pertama sudah tumbuh dewasa dan bisa membantu memenuhi kehidupan
keluarganya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari realita hubungan Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah
ternyata sejarah mereka bertemu dan memutuskan untuk menikah itu sanagat
inspiratif. Mulai dari jatuh cinta pada pandangan pertama hingga Bapak Agus
memberanikan diri untuk melamar Ibu Insyaniyah yang pada kenyataanya Ibu
Insyaniyah juga ternyata mencintai Bapak
Agus.
Selama menikah banayak permasalahan yang dialami oleh
Bapak Agus dan Ibu insyaniyah salah satunya adalah kesulitan ekonomi yang
membelit. Masalah tersebut merupakan resiko yang harus dijalani oleh Bapak Agus
dan Ibu Insyaniyah mengingat mereka memulai kehidupan mulai dari 0 atau dari
awal. Mereka enggan untuk dibantu oleh kedua orang tuanya. Mereka ingin hidup
mandiri dan tidak ingin berpangku tangan dengan orang lain.
Dengan memilih untuk hidup mandiri, banyak
permasalahan yang timbul dan kesulitan ekonomi lah yang paling mendominasi
terlebih menambahnya anggota keluarga baru. Maka dari itu Bapak Agus dituntut
untuk dapat mencari nafkah lebih untuk menghidupi keluarganya tersebut. Hingga
pada akhirnya indah pada waktunya ketika permasalah tersebut perlahan mulai
menurun dan menunjukkan peningkatan ekonomi dalam keluarga Bapak Agus.
3.2 Saran
Dalam menjalankan kehidupan kadang kala mengalami
kesulitan dan diterjang permasalahan yang bertubi-tubi. Bersabarlah, Ikhtiar
dan selalu mengharapkan kebaikan-Nya lah yang dapat menyelesaikan setiap
permasalahan yang kita hadapi. Juga dari makalah ini dapat dipetik pelajarannya
bahwa kita seharusnya dapat mandiri tanpa meminta belas kasihan orang lain
dalam menjalankan hidup ini karena jika tidak kita akan selalu bergantung
dengan orang lain jika itu terus terjadi kita akan selalu terpuruk dan tak akan
pernah maju. Dan tidak kalah penting pula jika kita merasa ada seseorang yang
dirasa dia merupakan seseorang yang diciptakan Tuhan untuk hidup berdampingan
dengannya maka kejarlah dan yakinkan lah dia bahwa dia juga mencari pendamping
hidup yang akan melangkapinya yaitu anda!
DAFTAR PUSTAKA
Hariyono.
1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif.
Malang: Pustaka Jaya.
Goode, William. 1983. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bina Aksara.
Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN
WAWANCARA
Nama :
Bapak Agus Muslimin
Umur :
50 tahun
Alamat : Jalan Kemanggisan Ilir Gang 3 RT. 04/ RW. 013 Kelurahan:
Palmerah, Kecamatan: Palmerah, Jakarta Barat
·
Dimana Bapak pertama kali bertemu
dengan Ibu Insyaniyah? Berikan penjelasannya!
Di TMII, pada saat itu Bapak sedang
jalan-jalan dan saat itu Bapak melihat Ibu mu di Anjungan. Kemudian disaat itu
pula Bapak merasakan cinta pada pandangan pertama.
·
Apa yang membuat Bapak menyukai Ibu
Insyaniyah?
Penampilan yang sederhana tetapi
memiliki kepribadian yang luar biasa
·
Bagimana Bapak meyakinkan Ibu
Insyaniyah untuk membuka hatinya dan dapat membrikan kebahagian yang abadi
yaitu dengan menikah dengan Bapak?
Awalnya memang Ibu mu itu masih
ragu-ragu dengan pernyataan Bapak yang secara terang-terangan mengungkapkan isi
hati kalau Bapak jatuh cinta kepadanya, tetapi dengan memberikan bukti yang
nyata dan selalu meyakinkan akhirnya Ibu mu mau membuka hatinya buat Bapak dan
tak berselang lama Ibu mu yakin untuk menikah dengan Bapak.
Nama :
Ibu Insyaniyah
Umur :
47 tahun
Alamat : Jalan Kemanggisan Ilir Gang 3 RT. 04/ RW. 013 Kelurahan:
Palmerah, Kecamatan: Palmerah, Jakarta Barat
·
Bagaimana permasalahan yang timbul
setelah Bapak dan Ibu menikah?
Yang paling Ibu ingat dari banyaknya
permasalahan yang selama ini datang silih berganti itu yaaa masalah keadaan
ekonomi pasca pernikahan yang memutuskan untuk hidup sendiri atau mandiri.
·
Apa yang membuat Ibu yakin kalau
Bapak bisa membuat Ibu bahagia? Ya, karena Bapak mu bisa meyakinkan
Ibu dengan banyak hal dan dibuktikan dengan sungguh-sungguh. Dan menurut itu
sudah cukup memberikan keyakina buat Ibu hidup berdampingan dengan Bapak mu.
·
Pendapat Ibu tentang kepribadian
Bapak pertama kali bertemu?
Pribadi yang romantis, baik, pekerja
keras dan terkadang lebay.
LAMPIRAN
DOKUMEN
(sumber: dokumen pribadi)
(sumber: dokumen pribadi)
(sumber: dokumen pribadi)
(sumber: dokumen pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar