Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 08 Desember 2013

HISTORIOGRAFI: SEJARAH KELUARGA BAPAK AGUS MUSLIMIN



HISTORIOGRAFI: SEJARAH KELUARGA BAPAK AGUS MUSLIMIN



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd dan Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.




Oleh
Prita Yulianti
130732607199






 






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 SEJARAH
Desember  2013







BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

              Sejarah merupakan sebuah peristiwa masa lampau yang unik, abadi dan tidak dapat terulang persis seperti kejadian sebelumnya. Dalam bahasa arab, sejarah atau “syajaratun” diartikan sebagai “pohon”. “pohon” dalam artian tersebut, memiliki makna sama dengan “silsilah”.
              Mendengar kata “silsilah”, pikiran pun langsung terlintas menuju ke arah artian silsilah keluarga. Walapun tidak selamanya artian “silsilah” tersebut merupakan silsilah keluarga, tetapi artian “silsilah” didalam makalah ini digambarkan dengan keturunan dari sebuah keluarga. Tidak hanya itu saja “silsilah” dalam artian ini juga digambarkan sebagai riwayat, asal-usul, dan kronologisnya sebuah keluarga.
                   Keluarga merupakan satuan unit kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (Soekanto, 2009:98). Jika ditinjau lebih jauh, kakek, nenek, paman, bibi, dll juga merupakan bagian dari anggota keluarga yang saling melengkapi hingga terciptanya sebuah keluarga besar. Didalam keluarga besar, pastinya memiliki silsilah keturunan dari kakek nenek buyut hingga sampai ke generasi yang terbaru.
            Tidak hanya silsilah keturunan saja, keluarga juga memiliki sejarah, riwayat dan asal-usul yang membedakannya dengan keluarga yang lain (Goode, 1983:126).
Terlintas dari itu semua, penulis bermaksud untuk menyusun sebuah historiografi tentang keluarga khususnya keluarga penulis. Dalam makalah ini, penulis akan menceritakan bagaimana kronologis pertemuan yang singkat antara ayah dan ibu penulis, hingga pada akhirnya pertemuan tersebut berujung pada pelaminan. Semakin tinggi sebuah pohon pasti juga akan semakin kencang angin yang akan menerpa pohon tersebut, ungkapan inilah yang sama dengan apa yang terjadi didalam hubungan pernikahan antara ayah dan ibu penulis. Dan didalam makalah ini juga akan disinggung apa saja permasalahan yang pernah terjadi dalam hubungan pernikahan antara ayah dan ibu penulis.
              Terlepas dari itu semua, makalah ini tidak hanya sebatas untuk memenuhi tugas akhir matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah saja, tetapi juga sebagai bahan refleksi khusunya bagi penulis agar lebih mengetahui sejarah keluarga dan bisa mengambil sebuah pelajaran agar kelak dapat menimalisir sebuah permasalahan dalam sebuah hubungan baik hubungan antar keluarga, kerabat  bahkan orang lain.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana sejarah pertemuan Ibu Insyaniah dengan Bapak Agus hingga menjajaki ke hubungan yang lebih serius atau memutuskan untuk menikah?
2.      Bagaimana permasalahan yang timbul antara Ibu Insyaniah dengan Bapak Agus setelah memutuskan untuk menikah?

1.3  Tujuan

1.      Untuk mendeskripsikan sejarah pertemuan Ibu Insyaniah dan Bapak Agus hingga sampai memutuskan untuk menikah.
2.      Untuk mendeskripsikan permasalahan yang timbul setelah menikah antara Ibu Insyaniah dengan Bapak Agus





BAB II
METODE PENELITIAN


            Dalam (Hariyono, 1995:109-112) dijelaskan secara sederhana penelitian sejarah dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.


  • 1.       Pemilihan Topik

Dalam makalah ini, penulis memilih topik tentang sejarah keluarga khususnya sejarah tentang keluarga penulis. Ini dikarenakan dalam mendapatkan sumber data lebih mudah dan penulis juga bisa lebih menguasai tentang topik ini.


  • 2.       Heuristik

Penulis menggunakan metode wawancara yang kemudian penulis mewawancarai langsung kepada informan yang tidak lain dan tidak bukan merupakan Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah yaitu kedua orang tua penulis. Tidak hanya mewawancarai kedua para pelaku sejarah tersebut tetapi Penulis juga menggunakan kajian pustaka dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan demi menunjangnya dalam penyusunan makalah ini.


  • 3.       Kritik/ Verifikasi

  • ·         Kritik Eksternal

Dalam makalah ini, setelah penulis mengumpulkan berbagai data baik dari hasil data wawancara sampai dengan dokumen-dokumen yang mewakili saksi bisu sejarah pada masa itu. Didapatkan surat nikah yang masih otentik yang keontentikannya sangat mencerminkan surat nikah pada masa itu yaitu tahun 1988. Tidak hanya itu saja penulis juga mendapatkan Kartu Keluarga yang didalamnya terdapat informasi yang penulis butuhkan dan dilihat dari keontetikannya Kartu Keluarga tersebut benar-benar otentik karena Kartu Keluarga tersebut keluaran baru atau Kartu Keluarga yang sudah diperbaharui.


  • ·         Kritik Internal

   Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan, perisiwa-peristiwa yang dilami Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah benar adanya karena pada saat proses menanyakan pertanyaan untuk wawancara, Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah sangat meningat betul setiap kronologi peristiwa yang mereka alami.


  • 4.       Interpretasi

Menurut penulis, sejarah pada keluarga Bapak Agus mulai dari kehidupan pasca menikah hingga permasalahan yang timbul sangat memberikan inspiratif. Kehidupan yang terbelit dengan masalah ekonomi hingga dapat sedikit demi sedikit bangkit dari keterpurukan dan ini merupakan pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.


  • 5.      Historigrafi

  • ·           Bab I

          Topik yang penulis ambil yaitu tentang sejarah keluarga khususnya sejarah keluarga penulis. Selain topik tersebut merupakan topik yang diminta untuk menyusun historiografi dalam rangka memenuhi tugas akhir Pengantar Ilmu Sejarah, ini juga disebabkan karena sejarah keluarga merupakan sejarah yang mendasar yang harus diketahui oleh para sejarawan sebelum dia menguasai sejarah-sejarah lainnya. Ini dimaksudkan untuk para sejarawan yang tidak hanya dapat menguasai sejarah-sejarah lainnya tetapi juga mengetahui dasar dari pada sejarawan itu sendiri termasuk sejarah keluarga. Dan bukan hanya itu saja tetapi dalam mendapatkan sumber data, sejarah keluarga lah yang mudah untuk dapat ditelusuri jejak-jejak sejarahnya dan juga mudah mendapatkan sumber data yang dibutuhkan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang membahas tentang sejarah keluarga Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah khususnya kronologi pertemuan anttara Bapak Agus dengan Ibu Insyaniyah dan permasalahan yang terjadi setelah memutuskan untuk menikah.


  • ·         Bab II

          Penyusunan sistematika dalam penelitian sejarah yaitu dengan dalam (Hariyono, 1995:109-112) dijelaskan secara sederhana penelitian sejarah dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dan didalam makalah ini semua telah dijabarkan secara berurutan demi terciptanya historiografi yang otentik dan kualitas yang baik.


  • ·      Bab III

    Bab III dalam makalah ini berisi tentang pembahasan dari penjabaran dari rumusan yang penulis sudah menyusunnya. Pembahasan tersebut dimulai dari sejarah ayah dan ibu penulis yaitu Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah, kemudian dilanjutkan dengan sejarah kronologisnya Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah pada saat pertama kalinya bertemu hingga pada akhirnya menjalin hubungan yang lebih serius atau menikah. Dan pembahasan yang terakhir yaitu permasalahan yang terjadi pasca Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah menikah.


  • ·      Bab IV

          Didalam bab III berisi tentang penutup. Penutup disini terdiri dari kesimpulan dan saran khususnya tentang makalah ini. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pertemuan yang singkat antara Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah ternyata berujung pada hubungan yang lebih serius yaitu dengan menikah. Dapat diketahui pula permasalahan apa saya yang timbul setelah Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah mememutuskan untuk menikah. Dari banyaknya permasalahan yang datang silih berganti seiring berjalannya waktu, ingatan mereka tertuju pada permasalahan ekonomi yang membelit pada saat itu dimana mereka memulai hidup mandiri tanpa bantuan orang lain termasuk kedua orang tua mereka.
Dan dari makalah ini dapat dipetik pelajarannya bahwa kita seharusnya dapat mandiri tanpa meminta belas kasihan orang lain dalam menjalankan hidup ini karena jika tidak kita akan selalu bergantung dengan orang lain jika itu terus terjadi kita akan selalu terpuruk dan tak akan pernah maju. Juga dalam menhadapi segala bentuk cobaan yang diberikan Tuhan sebaiknya kita selalu bersabar, ikhtiar dan selalu mengharapkan kebaikan dari-Nya. Dan tidak kalah penting pula jika kita merasa ada seseorang yang dirasa dia merupakan seseorang yang diciptakan Tuhan untuk hidup berdampingan dengannya maka kejarlah dan yakinkan lah dia bahwa dia juga mencari pendamping hidup yang akan melangkapinya yaitu anda!





BAB III
PEMBAHASAN



Sebelum ke topik pembahasan ada baiknya untuk mengetahui riwayat atau asal-usul Bapak Agus Muslimin dan Ibu Insyaniyah, berikut penjelasannya:
2.1  Sejarah Ayah
Bapak Agus Muslimin merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Beliau lahir di Jakarta pada 29 Agustus 1963. Beliau merupakan anak dari hasil pernikahan yang pertama antara Alm. Bapak Musa Silasa dengan Ibu Tuty Nuryati. Beliau semasa kecil hidup berpisah jauh dengan Ibunya karena berbagai alasan mulai dari keadaan jakarta yang masih diselimuti akan ancaman GESTOK khususnya didaerah Lubang Buaya, Jakarta Timur hingga ancaman dari berbagai pihak mengingat Ayah Beliau merupakan anggota ABRI atau sekarang sama dengan TNI AD. Kemudian Beliau dititipkan oleh keluarga Ayahnya didaerah Ujung Pandang atau lebih dikenal dengan Makassar, Sulawesi Selatan. Dan pada akhirnya masa kecil Beliau dihabiskan bersama keluarga Ayah Beliau.
2.2  Sejarah Ibu
            Ibu Insyaniyah merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Beliau lahir di Jombang 31 Desember 1965. Beliau merupakan anak dari hasil pernikahan yang pertama antara Alm. Bapak Ngasran dengan Almh. Ibu Masunah. Beliau terlahir ditengah-tengah keluarga yang religius mengingat kedua orang tua Beliau merupakan guru ngaji dan masih sangat berpegang teguh dengan nilai dan norma yang dianut didaerah sekitar rumah Beliau. Dengan otomatis semasa kecil, Beliau ditanamkan ajaran-ajaran Islam dari kedua orang tuanya.



2.3    Kronologi Pertemuan antara Bapak Agus Muslimin dengan Ibu Insyaniah

Setelah menginjak remaja Bapak Agus Muslimin memutuskan untuk kembali ke Jakarta pada tahun untuk melanjutkan sekolah tingakat menengah atau SMA. Tidak lama setelah lulus, Beliau mencari-cari pekerjaan ini dikarenakan dari dampak ayah dan ibu Beliau yang sudah menginjak usia senja dan dinyatakan untuk pensiun dini oleh instansi yang memperkerjakan kedua orang tua Beliau. Tidak hanya itu saja, Beliau juga dibebani dengan adik-adik Beliau yang masih ada tanggungan untuk sekolak, mengingat Beliau merupakan anak laki-laki pertama jadi, Beliau berusaha sendiri membanting tulang dan bertanggungjawab demi kelangsungan kehidupan keluarganya. Setelah berbagai badai yang menerpa akhirnya Beliau bisa tersenyum lega dengan apa yang selama ini dilakukannya yaitu bias menyekolahkan adik-adiknya sampai selesai.
Setelah memasuki usia matang, Beliau belum mendapatkan seorang pun untuk dijadikan pendamping, hingga pada suatu saat Beliau berlibur di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Beliau secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yaitu Ibu Insyaniyah itu sendiri yang belum dikenalnya dan sejak saat itu Beliau merasa bahwa Ibu Insyaniyah merupakan sosok yang tetap untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. “sejak bapak melihat Ibu mu pertama kali, bapak merasa ini merupakan sebuah anugerah yang diberikan Allah untuk bapak, kalau hanya Ibu mu lah yang bisa menerima bapak apa adanya” itulah salah satu kalimat yang dikatakan Beliau tentang Ibu Insyaniyah saat Beliau untuk pertama kali jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan tak ketinggalan Ibu Insyaniyah pun merespon sinyal-sinyal cinta yang diberikan Bapak Agus, hingga pada akhirnya mereka pun menjalankan suatu ikatan cinta. “dulu sih kita berpacaran yaaa jalan-jalan, menonton film layar lebar di lapangan dekat rumah, pokoknya hampir sama deh pacarannya kaya zaman sekarang tetapi bedanya dulu itu pacarannya ngga seekstrim zaman sekarang” ujar Ibu Insyaniyah.
Ternyata hubungan percintaan mereka pun berjalan terus hingga pada akhirnya pada 25 Desember 1988 mereka memutuskan untuk meresmikan hubungan itu kearah yang lebih serius yaitu menikah. Pada saat itu yang menjadi wali nikah dari mempelai perempuan yaitu Bapak Selamet Raharjo, Beliau merupakan adik kandung dari Ibu Insyaniyah. Ini dikarenakan Alm. Bapak Ngasran yang merupakan Ayah dari Ibu Insyaniyah tersebut telah meninggal saat Ibu Insyaniyah masih kanak-kanak.
Dengan mas kawin sebesar Rp.5.000,- akhirnya pernikahan tersebut berjalan lancar hingga saat ini belum ada terlintas untuk mengakhiri hubungan pernikahan mereka.
Setahun menikah Ibu Insyaniyah dikabarkan mengandung anak pertama tepatnya pada 12 September 1989 lahirlah seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Balqis Zulmy yang tidak lain merupakan kakak dari penulis sendiri. Hingga pada akhirnya menyusul dengan jarak 6 tahun tepatnya pada 16 Juli 1995, lahir lah seorang anak perempuan yang diberi nama Prita Yulianti yang merupakan penulis sendiri. Kini dengan memiliki 2 anak yang saling melengkapi yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan dirasa cukup untuk menciptakan keluarga yang harmonis, sejarahtera, dan bahagia yang dilandaskan dengan rasa saling memiliki. “dengan semua apa yang telah Bapak dapatkan yaitu dengan menikahi Ibu mu dan memiliki 2 orang anak yang saling melengkapi tersebut, Bapak merasakan sudah memiliki semuanya yaitu kebahagian yang dunia dan akhirat” ujar Bapak Agus yang tidak disadari Ibu Inyaniyah mengiyakannya.

2.4  Permasalahan yang Terjadi pada Bapak Agus Muslimin dan Ibu Insyaniyah Setelah Menikah

Suatu hubungan tidak akan selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, terkadang ada kalanya dimana ada suatu permasalahan yang mewarnai dan memberikan bumbu tersendiri dari suatu hubungan tersebut. Sama halnya dengan hubungan pernikahan yang dialami Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah.
Dari pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah banyak permasalahan yang dialami salama 25 tahun setelah menikah. Mulai dari permasalahan keuangan hingga masalah yang hampir membuat hubungan pernikahan mereka kandas diparuh jalan.
Salah satu masalah yang pernah dialami oleh Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah tersebut yaitu ketika mereka memulai hidup mandiri. Mereka tidak tinggal bersama di rumah kedua orang tua mereka, tetapi  mereka memutuskan untuk mengontrak disebuah rumah di daerah kawasan Tanggerang. Disana lah awal kehidupan mereka yang ingin mandiri dan jauh dari kedua orang tua mereka. “kita memutuskan untuk tidak berpangku tangan sama orang lain termasuk kedua orang tua dan saudara-saudara yang pada saat itu sangat ingin membantu” ujar Bapak Agus.
Seiring waktu berjalan yang kemudian disusul dengan keberadaan anggota keluarga baru, mereka dilatih untuk menjadi kedua orang tua yang mampu mengahadapi segala permasalahan yang terjadi. Dengan kondisi keadaan ekonomi yang terjepit Bapak Agus kebingungan untuk menghidupi seluruh anggota keluarga yang baru Beliau rangkai. Akhirnya Bapak Agus dituntut untuk dapat mencari nafkah demi keluarga yang sedang menunggu Beliau dirumah. Beliau melakukan berbagai cara dengan bergonta-ganti pekerjaan yang dirasa penghasilannya cukup untuk memenuhi kehidupan keluarganya sampai menawarkan diri untuk bekerja serabutan untuk orang yang membutuhkan tenaga dan pikirannya. Sampai pada akhirnya Beliau memutuskan untuk hijrah ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan dan meninggalkan keluarganya di Tanggerang.
Tidak terasa, anak pertama dari hasil pernikahan Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah pun mulai memasuki usia untuk bersekolah. Bapak Agus kebingungan bagaimana cara untuk menyekolahkan anaknya tersebut. Akhirnya kebinggungan Bapak Agus pun sirna dengan adanya bantuan untuk bersekolah gratis selama 6 tahun tanpa pikir panjang Bapak Agus pun langsung mendaftarkan anaknya pertamanya untuk bersekolah. Harapannya adalah dengan anakanya bersekolah setidaknya dapat mengangkat nasib keluarganya menjadi lebih baik dan untuk bekal sebagai jaminan hidup yang layak bagi masa depannya kelak. Begitu pun menyusul anak kedua yang sudah mulai memasuki umur untuk bersekolah dengan harapan yang sama.
Kini Bapak dan Ibu Insyaniyah bisa tersenyum lega, karena permasalahan perekonomian yang membelit keluarganya ,kini sudah hampir terselesaikan mengingat anak pertama sudah tumbuh dewasa dan bisa membantu memenuhi kehidupan keluarganya.







BAB III
PENUTUP



3.1  Kesimpulan
Dari realita hubungan Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah ternyata sejarah mereka bertemu dan memutuskan untuk menikah itu sanagat inspiratif. Mulai dari jatuh cinta pada pandangan pertama hingga Bapak Agus memberanikan diri untuk melamar Ibu Insyaniyah yang pada kenyataanya Ibu Insyaniyah  juga ternyata mencintai Bapak Agus.
Selama menikah banayak permasalahan yang dialami oleh Bapak Agus dan Ibu insyaniyah salah satunya adalah kesulitan ekonomi yang membelit. Masalah tersebut merupakan resiko yang harus dijalani oleh Bapak Agus dan Ibu Insyaniyah mengingat mereka memulai kehidupan mulai dari 0 atau dari awal. Mereka enggan untuk dibantu oleh kedua orang tuanya. Mereka ingin hidup mandiri dan tidak ingin berpangku tangan dengan orang lain.
Dengan memilih untuk hidup mandiri, banyak permasalahan yang timbul dan kesulitan ekonomi lah yang paling mendominasi terlebih menambahnya anggota keluarga baru. Maka dari itu Bapak Agus dituntut untuk dapat mencari nafkah lebih untuk menghidupi keluarganya tersebut. Hingga pada akhirnya indah pada waktunya ketika permasalah tersebut perlahan mulai menurun dan menunjukkan peningkatan ekonomi dalam keluarga Bapak Agus.
3.2 Saran
Dalam menjalankan kehidupan kadang kala mengalami kesulitan dan diterjang permasalahan yang bertubi-tubi. Bersabarlah, Ikhtiar dan selalu mengharapkan kebaikan-Nya lah yang dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang kita hadapi. Juga dari makalah ini dapat dipetik pelajarannya bahwa kita seharusnya dapat mandiri tanpa meminta belas kasihan orang lain dalam menjalankan hidup ini karena jika tidak kita akan selalu bergantung dengan orang lain jika itu terus terjadi kita akan selalu terpuruk dan tak akan pernah maju. Dan tidak kalah penting pula jika kita merasa ada seseorang yang dirasa dia merupakan seseorang yang diciptakan Tuhan untuk hidup berdampingan dengannya maka kejarlah dan yakinkan lah dia bahwa dia juga mencari pendamping hidup yang akan melangkapinya yaitu anda!








DAFTAR PUSTAKA

Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.

Goode, William. 1983. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bina Aksara.

Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.





 

LAMPIRAN WAWANCARA

Nama   : Bapak Agus Muslimin
Umur   : 50 tahun
Alamat : Jalan Kemanggisan Ilir Gang 3 RT. 04/ RW. 013 Kelurahan: Palmerah, Kecamatan: Palmerah, Jakarta Barat

·                Dimana Bapak pertama kali bertemu dengan Ibu Insyaniyah? Berikan penjelasannya!
Di TMII, pada saat itu Bapak sedang jalan-jalan dan saat itu Bapak melihat Ibu mu di Anjungan. Kemudian disaat itu pula Bapak merasakan cinta pada pandangan pertama.
·                Apa yang membuat Bapak menyukai Ibu Insyaniyah?
Penampilan yang sederhana tetapi memiliki kepribadian yang luar biasa
·                Bagimana Bapak meyakinkan Ibu Insyaniyah untuk membuka hatinya dan dapat membrikan kebahagian yang abadi yaitu dengan menikah dengan Bapak?
Awalnya memang Ibu mu itu masih ragu-ragu dengan pernyataan Bapak yang secara terang-terangan mengungkapkan isi hati kalau Bapak jatuh cinta kepadanya, tetapi dengan memberikan bukti yang nyata dan selalu meyakinkan akhirnya Ibu mu mau membuka hatinya buat Bapak dan tak berselang lama Ibu mu yakin untuk menikah dengan Bapak.






Nama   : Ibu Insyaniyah
Umur   : 47 tahun
Alamat : Jalan Kemanggisan Ilir Gang 3 RT. 04/ RW. 013 Kelurahan: Palmerah, Kecamatan: Palmerah, Jakarta Barat

·                Bagaimana permasalahan yang timbul setelah Bapak dan Ibu menikah?
Yang paling Ibu ingat dari banyaknya permasalahan yang selama ini datang silih berganti itu yaaa masalah keadaan ekonomi pasca pernikahan yang memutuskan untuk hidup sendiri atau mandiri.
·                Apa yang membuat Ibu yakin kalau Bapak bisa membuat Ibu bahagia? Ya, karena Bapak mu bisa meyakinkan Ibu dengan banyak hal dan dibuktikan dengan sungguh-sungguh. Dan menurut itu sudah cukup memberikan keyakina buat Ibu hidup berdampingan dengan Bapak mu.
·                Pendapat Ibu tentang kepribadian Bapak pertama kali bertemu?
Pribadi yang romantis, baik, pekerja keras dan terkadang lebay.











LAMPIRAN DOKUMEN


 (sumber: dokumen pribadi)



 (sumber: dokumen pribadi)


 (sumber: dokumen pribadi)


 (sumber: dokumen pribadi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar