SEJARAH SILSILAH
KELUARGA
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar
Ilmu Sejarah
Yang
dibina oleh Bapak prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan Ibu Indah W.P.Utami,
S.Pd.,M.Hum,M.Pd.
Oleh:
ADI
SUPRIYATNO
130732607176
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Desember
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah berasal
dari bahasa arab yaitu syajaratun, memiliki arti pohon kayu. Pohon selalu
tumbuh dan berkembang dari mulai daun sampai batang yang selalu bercabang. Arti
pohon yang bercabang dalam sejarah memiliki banyak makna silsilah dan
pertumbuhan menurut Yamin dalam (Sjamsuddin dan Ismaun,1996:2).
Pohon kayu dalam
arti pohon keluarga tidak hanya mempunyai arti keturunan, asal-usul dan
silsilah. Tetapi memiliki banyak hal seperti mempelajari cerita, keturunan,
silsilah, riwayat, asal-usul tentang seseorang atau kejadian yang pernah di
alaminya. Sepintas lalu telah diuraikan arti kata sejarah ditinjau dari sudut
etimologi, yang menggambarkan sifat seperti pohon yang tumbuh. Namun walaupun demikian
bukanlah dimaksudkan bahwa sejarah itu secara biologis, tumbuh, berkembang,
berbuah atau tidak dan lalu pada akhirnya mati. Sejarah memang tumbuh, hidup,
berkembang dan bergerak terus dan akan berjalan terus tiada hentinya sepanjang
masa sampai tidak ada lagi kehidupan di dunia ini, karena semua kegiatan dan
kebiasaan yang dilakukan manusia pada masa lampau adalah sebuah sejarah, baik
yang di alami langsung maupun tidak langsung.
Sejarah keluarga
merupakan contoh yang paling mendasar, karena setiap orang yang terlahir dan
hidup di dunia ini pasti memiliki sejarah keluarganya, bagaimana cara
kelahiranya dan bagaimana kehidupanya. Seperti sejarah dari keluarga bapak
Mahmudi, banyak cerita menarik untuk di bahas, mulai dari sejarah hidupnya,
pertemuanya dengan sang istri Wagiyem, hingga saat menikah dan di karuniai lima
anak. Perjuanganya untuk menafkaih keluarganya ia lakukan mulai dari bekerja menjadi tukang becak, kuli bangunan,
dan menjadi buruh tani dari tempat satu ke tempat lainya, semua itu ia lakukan
dengan iklas hanya untuk menghidupkan kompor di dapur dan untuk membeli
kebutuhan hidup keluarganya, yang selalu ia katakan hanya ingin melihat
keluarganya bahagia, supaya anaknya bias sekolah karena hanya itulah yang bisa
dilakukanya. Semua itu ia lakukan hingga anak-anaknya tumbuh dewasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah keluarga bapak Mahmudi
2.
Bagaimana
perjuangan bapak Mahmudi untuk menghidupi keluarganya
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mendeskripsikan sejarah keluarga bapak Mahmudi
2.
Untuk
mendeskripsikan perjuangan bapak Mahmudi untuk menghidupi keluarganya
D.
Metode
1.
Pemilihan Topik
Dalam
makalah ini penulis mengangkat tema sejarah keluarga, karena penulis ingin
menceritakan keluarganya, mulai dari perjuangan yang dilakukan bapak Mahmudi
untuk mengnhidupi dan membahagiakan keluarganya. Masih banyak hal menarik
lainya yang bisa menjadi hal yang mungkin bisa menjadi contoh dan pengalaman
dari setiap kejadian yang terjadi. Secara sederhana penelitian sejarah dapat
dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu, heuristik, kritik, intepretasi, dan
historiografi.
2.
Heuristik
Penulis
menggunakan metode wawancara kepada ayah dan ibu penulis, dan saksi lain yang
mengetahui sejarah keluarga penulis, sperti paman penulis dan kakek penulis.
Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui lebih jeas tentang sejarah
keluarga bapak Mahmudi (keluarga penulis).
3.
Kritik/Verivikasi
Dari pengumpulan
data yang dilakuka, perjuangan ayah
penulis patut di contoh seorang ayah yang rela melakukan pekerjaan apa saja
untuk menghidupi keluarganya,mulai dari menjadi sopir becak, kuli bangunan dan
buruh tani. Berharap anak yang di banggakanya kelak bisa hidup lebih layak dari
kehidupanya.
4.
Inepretasi
Bagi penulis
perjuangan yang dilakukan bapak Mahmudi memang sangat patut untuk di contoh,
karena dia adalah pahlawan yang nyata bagianak-anaknya (penulis).
5.
Historiografi
Pada bab 1
penulis menyampaikan bagaimanya memperoleh informasi yaitu dengan cara
wawancara kepada ayah dan ibu penulis untuk memperkuat suatu peristiwa yang
terjadi, Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana sejarah keluarga bapak Mahmudi
dan perjuangan bapak Mahmudi untuk menghidupi keluarganya. Bagaimana beliau
berjuang dalam keadaan yang berduka karena anak pertamanya meninggal dan
keadaan ekonomi yang menghimpitnya.
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Sejarah Keluarga Bapak Mahmudi
Pak Mahmudi adalah anak ke 3 dari 7 besaudara keluarga
bapak Rasidi dan ibu Minten. Beliau lahir pada tahun 1954. Dan nama istri
beliau adalah ibu Giyem, beliau lahir pada tahun 1958, adalah anak ke 2 dari 6
bersaudara pasangan bapak Mursidi dan ibu Samiem. Mereka bertemu ketika pak
Mahmudi bekerja di kebun yang saat itu juga ibu Giyem sedang membantu
orangtuanya yang sedang bekerja di kebunya, semula mereka hanya diam bahkan tak
saling sapa tapi karena sering bertemu dan hamper setiap hari dengan sendirinya
mereka saling mengenal tanpa harus saling berkenalan seperti yang dilakukan
anak sekarang ini. Karena sering bertemu merekapun semakin dekat satu sama lain
bahkan tak jarang pak Mahmudi sering berkunjung kerumah ibu Giyem mungkin pada
zaman sekarang yang disebut apel tapi berbeda pada saat itu, ketika seorang
laki-laki berkunjung kerumah seorang perempuan dan seorang perempuan itu
menerimanya maka mereka di anggap sudah memiliki hubungan atau pada zaman
sekarang dikenal dengan pacaran. Tapi berbeda dengan zaman dahulu, ketika
seorang perempuan sudah menerima kunjungan dari seorang laki-laki maka mereka
di anggap sudah siap untuk berlanjut ke hubungan yang lebih serius yaitu ke
jenjang pernikahan, karena pada saat itu tak ada pacaran yang terlalu lama
seperti zaman sekarang ini, apabila mereka sudah berani menjalin hubungan
berarti mereka sudah siap untuk di nikahkan, hal tersebut dilakukan untuk
menghindari kejadian yang tidak di inginkan. Karena kebiasaan tersebut sudah
sering terjdi merekapun tak lama kemudian melangsungkan pernikahan.
Setelah beberapa taun mereka
menikah mereka mempunyai 5 orang anak,anak pertama bernama Turyanto, ia lahir
pada tahun 1970, anak kedua bernama Trisno waluyo, ia lahir pada tahun 1979,
beliau menempuh jenjang pendidikan sampai Sekolah Menengah Kejuruan. Anak ke
tiga yaitu Turyanti, ia Kejuruan lahir pada tahun 1983, beliau hanya menempuh
pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama, karena pada saat beliau lulus anak
pertama pak Mahmudi mengalami patah tulang kaki dan harus di rawat jalan selama
tiga tahun. Lalu anak ke empat yaitu Susanto, ia lahir pada tahun1986, beliau
menempuh pendidikan sampai Sekolah Menengah Kejuruan. Dan yang terahir adalah
Adi Supriyatno (penulis), ia lahir pada tahun 1992, pada saat masih kecil ia
sudah mulai dikenalkan dengan kehidupan keagamaan maklum karena hampir dari
keseluruhan keluarga penulis adalah seorang yang bisa di katakan tekun dalam
kegiatan keagamaan. Tak jarang pak Mahmudi kesal dengan anaknya yang terahir
karena dari anak-anaknya yang lainya dia bisa dikatakan anak yang paling
bandel, mulai dari cara bergaul, dan dalam aturan keluarga ia sering sekali
mendapat teguran dari pak Mahmudi dan istrinya ibu Giyem.hal yang membuat
keluarga beliau bersedih yaitu pada sekitar tahun 2004 tepatnya bulan agustus,
anaknya yang pertama dan ke empat yaitu Turyanto dan Susanto mengalami
kecelakaan, nyawa anak pertama beliau tidak bisa diselamatkan ia meninggal
setelah 3 hari di rawat di Rumah Sakit Banyumas karena adanya pembekuan darah
di otaknya. Beliau pun sangat terpukul dengan kejadian itu sampai berapa hari
beliau tak percaya akan hal tersebut, keadaan ekonomi pada saat itupun sangat
memprihatinkan karena biaya perawatan rumah sakit sangat mahal, sedangkan beliau
harus di tambah lagi beban anak terakhirnya yang harus membayar sekolah.
Keadaan membuat beliau sempat stres karena terbebani oleh banyak masalah, namun
tidak hanya berdiam diri dirumah beliau setiap hari selalu membanting tulang
untuk membayar semuanya. Setelah beberapa bulan semuanya kembali normal seperti
biasa, anak ke empatya sudah mulai membaik keadaanya walaupun masih sedikit
merasakan trauma atas kejadian yang menimpanya. Saat itu Susanto masih duduk di
Sekolah Menengah Kejuruan, karena keadaanya belum memungkinkan ia harus
istirahat. Istri beliau terkadang masih masih merasakan kesedihan apabila
teringingat kejadian yang menimpa anak pertamanya, karena kurangnya nafsu makan
beliau sakit dan sempat dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Belum hilang
bekas kesedihan yang dahulu kini disusul dengan meninggalnya ibu dari istri pak
Mahmudi yaitu Ibu Samiem karena keadaanya yang sudah tua dan karena terkena
penyakit dalam yang sangat parah. Pak Mahmudi pun harus membantu untuk biaya
pemakaman dan biaya selamatan selama 7 hari, karena tradisi tersebut sudah
menjadi kebiasaan di masarakat sekitar kampung. Saat itu keadaan ekonomi pak
Mahmudi masih sangat memprihatinkan, untuk makan keluarganya sendiri saja
terkadang hanya mengandalkan tanaman di sekitarnya
B.perjuangan
bapak Mahmudi untuk menghidupi keluarganya
Permasalahan
pak Mahmudi tak berhenti sampai disitu
setelah anak ke empatnya lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, anak terakhirnya
lulus dari sekolah dasar dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama, pak
mahmudi semakin bekerja keras selain untuk membiayai sekolah anaknya yang
lumayan mahal beliau juga harus menghidupi keluarganya. Pada saat itu pak
Mahmudi mempunyai sawah warisan yang diperoleh istrinya Giyem dari orangtuanya
yang cukup untuk persediaan sehari-hari, tetapi apabila hanya mengandalkan
sawah saja kebutuhan keluarga beliau belum bisa tercukupi karena sawah hanya
bisa di panen tiga bulan sekali dan kadang-kadang hasilnya tak banyak karena
terserang oleh hama tanaman. Terkadang untu memperoleh hasil yang memuaskan
beliau harus bersusah payah, dari mencangkuli sawahnya yang tak bisa beliau
kerjakan karena biayanya yang lumayan mahal karena hasilnya saja tak seberapa,
setelah dicangkuli beliau harus meratakan sampai rata tetapi sekeras apapun
berusaha apabila tidak ada air semuanya akan sia-sia, sedangkan air di daerah
tersebut masih sangat minim dan harus ekstra berebut dengan petani lain untuk
mendapatkan air yang cukup untuk mengairi sawahnya. Setelah sawah rata beliau
dan iatrinyapun menanami sawahnya sendiri karena untuk membayar orang pada saat
itu tidak mampu karena panenya hanya cukup untuk kebutuhan keluarganya saja.
Setelah padi sudah di tanam beliau belum bisa santai justru dari saat itu
beliau harus semakin tlaten mengurus sawahnya, apabila tidak tlaten maka hasil
panen tidak memuaskan bahkan bisa tak mendapat hasil sedikitpun,dari situ
beliau harus mencabuti tanaman yang mengganggu padinya dan hama lainya sehingga
harus menunggu ekstra dan membuat orang-orangan sawah untuk mengusir burung
yang selalu memakan tanamanya tak jarang beliau harus melihat keadaan sawahnya
pada malam hari, pagi hari sebelum subuh, kegiatan seperti itu hampir
dilakukanya setiap hari hanya untuk memperoleh hasil yang memuaskan terkadang
walaupun sudah dilakukan penjagaan yang sangat ketat sekalipun hasil panen
beliau belum cukup memuaskan. Pernah pada saat itu beliau tidak mendapatkan
hasil apapun karena gagal panen,keadaan pada saat itu sangat memprihatinkan
karena beliau sudah bersusah payah mengurus sawahnya tetapi tak ada air yang mengaliri sawahnya
naas sawahnya hanya bisa terlihat padi yang sudah mengering dan tanah yang
sudah mengeras. Sejak saat itu beliau tidak hanya bergantung pada sawah saja
beliau mulai mengikuti tenyanya yang
menjadi tukang becak karena pada itu masih jarang bahkan langka
kendaraan bermotor di desa beliau, sehingga beliau tak pikir panjang dengan
simpanan uang dari hasil panen yang di dapatkanya beliau memberanikan untuk
membeli becak dan menjadi tukang becak. Sejak saat itu beliau menjadi tukang
becak walaupun panas hujan, bahkan hanya dengan menggunakan mantel yang terbuat
dari sobekan plastik yang besar beliau selalu berangkat untuk mangkal, tak
jarang beliau pulang dengan hanya membawa uang sepuluh ribu rupiah bahkan tanpa
membawa uang sekalipun karena tak setiap hari ada penumpang, saat itu orang
yang menumpang kendaraan di desa beliau hanya orang-orang yang sudah
berkecukupan. Beliau pun pulang dengan tersenyum walaupun sangat cape dan sedih
karena memikirkan keadaan di rumah yang sangat membutuhkan uang untuk makan dan kebutuhan lainya. karena pada saat
itu yang beliau pikirkan adalah bagaimana agar anaknya bisa tetap sekolah dan
kebutuhan keluarganya bisa tercukupi, apabila hanya mengandalkan narik becak
saja beliau tak mungkin bisa memenuhi kebutuhan keluarganya setelah kurang
lebih tiga tahun beliau menjadi tukang becak dan merasa kebutuhan keluarganya
belum bisa tercukupi beliau tak hanya bergantung pada becak, sejak itu beliau
bekerja serabutan apa saja yang menghasilkan uang selalu dikerjakan walaupun
uang yang didapatkanya tak seberapa tapi beliau selalu melakukan pekerjaanya
dengan iklas
Saat itu
beliau akan mengunjungi saudaranya sekitar tiga puluh kilo dari desanya,naas
kendaraan yang beliau tumpangi mengalami kecelakaan, beliau mengalami luka yang
lumayan parah sehingga harus istirahat yang cukup lama sampai tiga bulan,
keadaan ekonomi pada saat itu sangat memprihatinkan selain untuk makan
sehari-hari juga membutuhkan uang yang banyak untuk berobat jalan beliau. Sejak
saat itu kakak anak kedua beliau merantau ke kota dan bekerja di perusahaan
swasta, setiap bulan beliau memberikan uang untuk kehidupan di kampung, ketika
itu keadaan ekonomi keluarganya semakin membaik dan anak ke empat beliaupun
menyusul bekerja sehingga mereka berdua bisa membantu meringankan keadaan
ekonomi keluarganya.
Setelah
semuanya normal seperti biasanya muncul masalah baru anak terahir beliau
(penulis) berhenti sekolah, karena akibat dari pergaulan yang menyesatkanya
saat itu penulis baru mau naik ke kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Sontak
beliau sangat terpukul dengan keadaan itu karena usaha yang dilakukanya agar
anaknya bisa sekolah setinggi mungkin kandas karena anak terakhirnya kokoh keluar
sekolah. Anak terakhirnya (penulis) memutuskan kerja di bandung sebagai pegawai
pakbrik swasta yang gajinya tak seberapa dan selama bekerja dari pihak keluarga
selalu membujuk agar mau melanjutkan sekolah lagi anak terakhirnya tak
menghiraukanya sama sekali, tapi setelah hampi setiap hari di bujuk setelah
enam bulan penulis mulai merasakan susahnya mencari uang dengan pendidikan yang
sangat rendah maka sejak saat itu penulis memutuskan untuk pulang kampung dan
menunggu sampai beberapa bulan untuk menunggu melanjutkan sekolahnya lagi,
sontak keluarganya pun sangat bahagia mendengar kabar tersebut dan selalu
mendukung. Setelah masuk sekolah penulis langsung ke kelas dua karena saat
kluar seharusnya sudah kelas dua, sebulan dua bulan anak terakhirnya belajar
selayaknya siswa lain tetapi setelah dua bulan kesana tak belajar dengan baik tetapi palah menambah
masalah dengan hal berantem, malak, dan membolos sehingga, membuat pihak
sekolah memanggil orangtuanya, sejak saat itu pak Mahmudi sering di buat malu
oleh anak terakhirnya dengan masalah yang dilakukanya. Sekali dua kali dan
sampai yang ketiga kalinya beliau di panggil kesekolah atas kenakalan anak
terakhirnya (penulis), saat itu sekolah sudah tidak sanggup untuk mendidik
anaknya lagi sehingga anak terakrir beliau hampir dikeluarkan, karena berkat
belas kasian kepala sekolah akhirnya anak beliau tidak dikeluarkan tetapi
diberikan sangsi yang sangat teges yaitu apabila sekali lagi melakukan
pelanggaran akan dikeluarkan saat itu juga. Dengan ancaman tersebut anak
terakhirnya mulai sadar dan perlahan kelakuanya mulai membaik, sejak naik ke
kelas tiga dia mulai tekun belajar hingga lulus tak ada yang mengira pak
Mahmudi dibuat terkejut dengan pengumuman yang diumumkan saat beliau mengambil
hasil ujian atau surat kelulusan ternyata anaknya yan selama ini terkenal nakal
badung saat itu menjadi peringkat ke dua pada kelulusan sesekolahnya.
Setelah lulus
dengan hasil yang baik anak beliau melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah
Menengah Atas, dan diterima disekolah yang bisa dikatakan terbaik dikota itu,
setelah masuk sekolah kenakalanya mulai terlihat lagi dan membuat pak Mahmudi
di panggil kembali tetapi kenakalanya saat itu tak begitu parah dibandingkan
saat Sekolah Menengah Pertama. Dan anak beliau berhasil lulus dengan nilai yang
cukup memuaskan dan sekarang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi yang cukup
terkenal di kota malang yaitu Universitas Negeri Malang.pak Mahmudi sangat
bangga denganya karena anak yang dahulu sangat nakal kini ia bisa membanggakanya.
BAB 111
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keluarga Bapak Mahmudi dan Ibu Giyem
merupakan suatu keluarga yang sangat sederhana, perjuanganya untuk menghidupi
keluarganya, teteapi walaupun mereka mengalami banyak cobaan mulai dari anak
pertamanya meninggal,dan disusul orang tuanya mereka tetap sabar. Kenakalan
anaknya yang membuatnya lelah lelahpun pada akhirnya bisa beliau hadapi dan
selesaikan dengan baik
B.Saran
Dalam suatu keluarga memang ayah
sangat berperan penting, beliau yang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, membanting tulang walaupun keadfaanya sedang tidak baik. Sebaiknya
kita sebagai anak bisa mengerti akan hal itu, jangan pernah membuat mereka
sedih. Surga tak hanya di bawah kaki ibu tapi surga juga ada pada ridho seorang
ayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar