BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keluarga
adalah sebuah bagian kecil dari masyarakat yang terdiri atas seorang kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling
bekerja sama dalam satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan
pekerjaan rumah yang terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi
penulis adalah segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena
sejak awal kita muncul di dunia orang yang pertama kali memeluk dan melihat
kita adalah keluarga. Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu
kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita
sehingga kita tidak akan pernah merasa sendiri di dunia.
Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari. Antara lain
fungsi tersebut yaitu pertama keluarga sebagai pendidik artinya keluarga
mendidik kita dalam hal perilaku, tata aturan, kelakuan, cara bersosialisasi,
dan dalam hal apapun yang tidak kita dapat dari pelajaran di sekolah formal.
Fungsi kedua adalah sosialisasi, mengajarkan kita cara bergaul dan cara
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar kita tidak terjerumus dalam hal
negatif. Fungsi ketiga adalah sebagi perlindungan yatu melindungi kita dalam
kesehatan lahir dan batin. Yang keempat yaitu agama, memberikan cara kita
pengajaran tentang agama mengenalkan kita terhadap Tuhan. Yang kelima dalam
segi ekonomis memberikan ekonomi kita agar kita bisa hidup. Yang terakhir memberikan
kita kasih sayang, perhatian terhadap kita.
Dalam memenuhi kebutuhannya setiap
keluarga pasti mempunyai cara yang berbeda-beda. Ada yang hanya mengandalkan
kepala keluarga untuk bekerja ada juga yang mempunyai sebuah usaha keluarga.
Usaha keluarga yaitu sebuah usaha untuk memperoleh sebuah keuntungan yang tidak
dikelola secara individu melainkan bersama-sama oleh sebuah keluarga di mana
anggota-anggota mempunyai hak untuk sebuah usaha tersebut. Maka dari itu
penulis tertarik untuk mengangkat sebuah topik tentang sebuah usaha yang sedang
dijalankan oleh keluarga penulis yaitu usaha kacang mente.
B.
Rumusan
Masalah
(1.) Bagaimana
sejarah berdirinya usaha kacang mente?
(2.) Bagaimana
permasalahan yang dihadapi usaha kacang mente dari awal berdiri sampai sekarang?
C. Tujuan
(1.) Untuk menjelaskan sejarah berdinya usaha
kacang mente.
(2.)
Untuk menjelaskan permasalahan yang dihadapi
usaha kacang mente dari awal berdiri sampai sekarang.
D. Metode
Secara
sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).
(1.) Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul
sejarah berdirinya usaha kacang mente karena penulis ingin menceritakan
bagaimana sejarah berdirinya usaha kacang mente dan permasalahan-permasalahan
apa saja yang pernah dihadapi oleh usaha tersebut. Permasalahan-permasalahan
yang pernah dialami sangat menarik untuk diangkat.
(2.) Heuristik
Penulis menggunakan metode
wawancara dengan salah satu anggota keluarga dan menulis hasil wawancara
tersebut.
(3). Kritik/ Verifikasi
Penulis mengupulkan data-data dari
wawancara dengan salah satu keluarga penulis dan mencari sumber dari data-data
yang ada kemudian membandingkan data kacang mente dengan kegunaan kacang mente
yang ada sekarang.
(3.) Interpretasi
Jika menurut penulis kacang mente di zaman
sekarang ini masih banyak dijumpai dalam kemasan-kemasan yang berbeda. Ada yang
dijumpai dalam bentuk kue maupun isi dari sebuah produk coklat.
(5) Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan
bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara dan
mengumpulkan data dari internet yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang
telah terjadi.sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup
dan permasalahan yang pernah dihadapi oleh usaha tersebut.
BAB II
Pembahasan
2.1
Sejarah berdirinya usaha kacang mente
Usaha
kacang mente ini pertama kali didirikan oleh Bapak Kusni beserta anak-anaknya
yang berjumlah 7 orang. Aslinya Bapak Kusni mempunyai 10 oarang anak. Tetapi 3
orang anaknya telah meninngal dunia pada saat masih kecil dikarenakan sakit
yang tidak diketahui karena minimnya alat pengobatan yang ada mengingat tempat
tinggalnya yang di desa dan minimnya pengetahuan dari Bapak Kusni sendiri. Nama
istri beliau adalah Ibu Kustiningsih. Bapak Kusni mempunyai ide untuk membuka
usaha kacang mente berawal dari gagalnya hasil panen padi pada tahun 2000 yang
diakibatkan oleh serangan hama burung dan musim hujan yang disertai angin
kencang yang mengakibatkan kerugian dalam panen tersebut. Akhirnya pada suatu
hari saat Bapak Kusni sedang duduk di kebunnya yang ditumbuhi banyak pohon
jambu mente. Bapak Kusni mempunyai ide untuk
membangun sebuah usaha kacang mente. Karena banyak pohon jambu mente
tetapi tidak pernah dimanfaatkan. Hal ini tentu saja untuk menutupi hasil panen
yang rugi dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya serta untuk
membayar sekolah anak-anaknya. Rupanya ide Bapak Kusni untuk membangun sebuah
usaha kacang mente ini diikuti juga oleh orang-orang desa yang panennya juga
gagal. Hal pertama yang dilakukan oleh Bapak Kusni adalah membeli peralatan
untuk mengolah jambu mente menjadi kacang mente. Untuk membeli peralatan
tersebut dengan terpaksa Bapak Kusni menjual beberapa kambing peliharaanya yang
sudah dirawat sejak kecil.
Setelah
mendapatkan dana dari hasil penjualan kambaing-kambingnya, dimulailah usaha
Bapak Kusni dengan membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Peralatan
tersebut adalah 2 buat Kacip (alat untuk memecah kulit dari kacang mente), 10
buah cukit (alat untuk mencongkel atau mengeluarkan isi kacang mente dari
kulitnya), dan 1 buah pengompreng (alat berupa nampan besar dari besi untuk
mengelupas kulit ari dari kacang mente). Bermodalkan alat-alat tersebut Bapak
Kusni dibantu oleh istri serta anak-anaknya bekerja untuk memulai usaha ini
agar bisa dijual ke pasar terdekat. Pembagian tugas sangat penting dalam usaha
ini. Bapak Kusni yang mempunyai 7 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak
laki-laki dan 3 orang anak perempuan salaing berbagi tugas. Anak laki-laki
serta Bapak Kusni bekerja di rumah untuk mengkacip (memecah kulit kacang mente)
dan mencukit (mencongkel atau mengeluarkan kacang mente dari kulitnya).
Sedangkan anak perempuan serta istri beliau bekerja untuk mencari dan
mengumpulkan jambu mente, memisahkan jambu mente dari kacang mente sehingga
yang diambil hanya kacangnya saja dan mengompreng (memisahkan kacang mente dari
kulitnya setelah dicukit dengan cara dipanaskan). Akhirnya setelah beberapa
hari kacang mente siap untuk dijual di pasar. Pak Kusni menitipkan kepada
tetangga yang bermata pencaharian sebagai pedagang di pasar untuk membantunya
memasarkan kacang mentenya. Hasil yang di dapat pada penjualan pertama tidak
terlalu memuaskan karena kacang mentenya tidak terjual semua. Tetapi hal
tersebut tidak membuat Pak Kusni putus asa, beliau tetap melanjutkan usaha
kacang mentenya tersebut.
Setelah
sekian lama bertahan hasil yang didapat dari usaha kacang mente mulai bertambah
dan berkembang. Terlebih lagi setelah anak-anak Pak Kusni yang mulai tumbuh
dewasa dan menikah mulai memasarkan kacang mente pada masyarakat sekitar.
Anak-anak Pak Kusni yang menikah secara otomatis akan lepas dari orang tuanya
memasarkan kacang mente kepada masyarakat di sekitar mereka tinggal sehingga
banyak pesanan-pesanan yang muncul. Kebanyakan dari mereka yang memesan kebanyakan
adalah untuk makanan ringan serta suguhan untuk para tamu yang akan berkunjung
pasa saat hari lebaran atau tamu pada saat ada acara-acara tertentu. Pada tahun
2010 Pak Kusni dan istrinya menyerahkan seluruh kuasa atas usaha kacang
mentenya pada anak-anaknya. Hal ini dikarenakan faktor usia yang semakin menua
dan tenaga yang sudah semakin berkurang. Tetapi dengan alasan
kesibukan-kesibukan tertentu dan lokasi anak-anak Pak Kusni yang jauh dari
tempat usaha, anak-anak Pak Kusni tidak dapat mengerjakan usaha ini secara
langsung dan secara sepenuhnya. Maka diambil kebijakan untuk memperkejakan
masyarakat sekitar rumah Pak Kusni untuk membantu proses usaha kacang mente
ini. Dan Pak Kusni memutuskan untuk menikmati masa tuanya untuk menggarap sawah
beserta istrinya.
2.2 Permasalahan yang dihadapi usaha kacang mente
dari awal berdiri sampai sekarang
Dalam setiap usaha atau industri
pasti akan mengalami banyak permasalahan atau hambatan dalam setiap proses
perjalanannya. Entah itu proses internal maupun eksternal. Hal itu juga dialami
oleh usaha kacang mente yang dijalankan oleh keluarga Pak Kusni. Banyak
hambatan-hambatan yang dating silih berganti. Dalam masalah tersebut harus kita
hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa terselesaikan dengan baik
dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam menghapi masalah tersebut.
Di waktu dulu di kehidupan Bapak Kusni pada
waktu penennya yang gagal beliau bingung arena tidak bisa membiayai keluarganya
untuk hidup. Sampai-sampai disetiap hari hanya makan satu kali kadang hanya 2
kali saja, itu pun hanya memakan nasi serta sayur yang direbus serta sambal
kalau tidak begitu makan nasi jagung dan lauk hanya ikan asin saja.
Di saat masa awal untuk
memulai usaha kacang mente Pak Kusni sudah mulai menemui masalah untuk mencari
modal. Maka diputuskan untuk menjual beberapa ekor kambingnya. Saat pemasaran
pertama Pak Kusni sudah menemui permasalahan yaitu kurang mengenalnya
masyarakat dengan makanan kacang mente sehingga tidak banyak kacang mente yang
terjual pada awal penjualannya. Tetapi semakin berjalannya waktu masyarakat
sudah mulai mengenal kacang mente. Masyarakat mulai mengenal kacang mente
dengan berbagai cara mereka. Ternyata Buah jambu mente dapat juga dijadikan
untuk makanan rujak sedangkan kulit dari jambu mente dapat dijadikan untuk alat
bakar sebagai pengganti kayu. Masyrakat pedesaan umumnya tidak menggunakan
kompor gas untuk memasak melainkan memakai kayu. Tetapi masalah ada pada saat
musim hujan dimana banyak kayu yang menjadi basah sehingga susah untuk dibakar
sehingga masyarakat desa mencari alternatif lain dengan menggunakan kulit
kacang mente. Dengan cara-cara tersebut masyarakat mulai mengenal tentang
kacang mente. Selain itu sudah ada produk-produk coklat yang menggunakan kacang
mente sebagai isi di dalam produk coklatnya.
Selanjutnya masalah
terletak pada produksi. Saat banyak dari masyarakat yang mulai mengenal jajanan
kacang mente secara otomatis banyak pula alat produksi dan tenaga kerja yan
dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pasar. Pada suatu saat terjadi masalah
kerusakan pada beberapa alat kacip. Pesanan menjadi terlambat untuk dipenuhi
dan terbengkalai. Maka untuk mengatasi masalah tersebut Pak Kusni segera
memesan alat kacip baru pada pandai besi yang ada pada desa tersebut.
Masalah bahan mentah
juga tidak lepas dari usaha Pak Kusni. Usaha Pak Kusni yang hanya mengandalkan
hasil mente dari kebunnya saja tidaklah cukup untuk memenuhi pesanan. Belum
lagi apabila pohon-pohon dari kebun tidak sedang dalam musim untuk berbuah atau
masalah cuaca yang mengahambat pohon untuk berbunga dan berbuah sedangkan
pesanan masih terus mengalir deras. Pak Kusni terpaksa mengambil kacang mente
mentah yang berasal dari daerah lain yang tentu saja kualitasnya jauh dibawah
kacang mente yang dihasilkan dari kebun Pak Kusni secara langsung. Hal ini
tentu saja dapat mengurangi kepuasan pelanggan.
BAB III
Punutup
3.1 kesimpulan
Dalam usaha Bapak Kusni masalah itu selalu
ada dan datang silir berganti tetapi permasalahan tersebut bisa dijalani dan
diselesaikan dengan ikhlas tanpa ada kata mengeluh dari Bapak Kusni. Masalah
tersebut adalah masalah produksi maupun pemasaran.
3.2 Saran
Dalam
menghadapi sebuah masalah kita seharusnya tidak boleh mengeluh dalam
menghadapinya. Dalam suatu masalah pasti ada jalan keluarnya. Dan pada setiap
masalah tersebut pasti ada suatu pelajaran yang dapat kita ambil.
Daftar
Rujukan
Mujiastutik,
45 tahun, Desa Baladewa rt 04 rw 01 kec. Badas kab .Badas,9 November 2013, di tempat
kediaman rumah Ibu Mujiastutik.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
Pertanyaan terkait
wawancara
Hari/tanggal : Sabtu/9
November 2013
Pukul :
16.30-17.00
Metode :
Wawancara
Informasi :
Ibu Mujiastutik
Tempat/tanggal
lahir :Kediri,
09 April 1968
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Alamat :
Desa Baladewa rt 04 rw 01 kec. Badas kab .Badas
Tempat wawancara : di rumah kediaman Ibu Mujiastutik
Kehidupan
Bapak Sokari dulu seperti apa budhe ?
Dulu kakek mu seorang
petani yang mempunyai sawah cukup luas dan mempunyai 12 sapi serta 10 ekor
kambing. Istrinya yang bernama Ibu Kustiningsih yang hanya seorang ibu rumah
tangga dan kadang kalanya membantu suaminya di sawah. Beliau juga mempunyai 10
anak tetapi 3 anak sudah tidak ada saat masih kecil. Hidup di zaman itu sangat
susah. Kebanyakan warga hanya menggantungkan hidupnya pada sawah yang digarap
dan bagi yang tidak mempunyai sawah mereka akan membantu orang yang mempunyai
sawah untuk mendapatkan penghasilan. Meskipun Pak Kusni mempunyai sawah yang
cukup luas dan banyak mempunyai hewan ternak tetpai hal tersebut tidak menjamin
Pak Kusni sebagai orang kaya.
Apakah
Bapak Kusni sangat sayang dengan keluarganya budhe?
Sangat sayang sekali
nak, setiap sore Beliau melungkan waktunya untuk berkumpul dengan keluarganya.
Beliau mengajarkan kepada anak-anaknya cara bersosialisasi dengan semua orang,
mengajarkan arti itu kehidupan, bagaimana kita harus menjalani sebuah masalah,
mengajarkan cara mengaji dan cara sholat dan apabila ada pertunjukan wayang
atau layar tancap di desa beliau selalu mengajak seluruh anggota keluarganya
untuk menonton.
Dari
mana Pak Kusni mendapat ide untuk mendirikan sebuah usaha kacang mente?
Dahulu pernah ada saat
dimana semua petani gagal panen karena serangan hama dan cuaca yang buruk. Saat
itu banyak petani yang mengalami kerugian termasuk juga kakek mu. Saat semua
orang sedang sibuk untuk mencari pinjaman uang, Kakek mu membuat usaha kacang
mente setelah melihat kebunnya yang banyak ditanami pohin jambu mente tetapi
tidak pernah dimanfaatkan.
Permasalahan
apa saja yang dihadapi oleh Bapak Kusni dalam usahanya?
Banyak le, misalnya
adalah masalah pemasaran kemudian alat dan tenaga. Untung saja Pak Kusni
mempunyai anak-anak dan istri yang telaten dan selalu membantunya tanpa ada
mengeluh.