Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 17 Desember 2013

Dinamika Usaha Keluarga oleh Khendro Hutomo


BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
  
  Keluarga adalah sebuah bagian kecil dari masyarakat yang terdiri atas seorang kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi penulis adalah segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena sejak awal kita muncul di dunia orang yang pertama kali memeluk dan melihat kita adalah keluarga. Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita sehingga kita tidak akan pernah merasa sendiri di dunia.

   Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari. Antara lain fungsi tersebut yaitu pertama keluarga sebagai pendidik artinya keluarga mendidik kita dalam hal perilaku, tata aturan, kelakuan, cara bersosialisasi, dan dalam hal apapun yang tidak kita dapat dari pelajaran di sekolah formal. Fungsi kedua adalah sosialisasi, mengajarkan kita cara bergaul dan cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar kita tidak terjerumus dalam hal negatif. Fungsi ketiga adalah sebagi perlindungan yatu melindungi kita dalam kesehatan lahir dan batin. Yang keempat yaitu agama, memberikan cara kita pengajaran tentang agama mengenalkan kita terhadap Tuhan. Yang kelima dalam segi ekonomis memberikan ekonomi kita agar kita bisa hidup. Yang terakhir memberikan kita kasih sayang, perhatian terhadap kita.

Dalam memenuhi kebutuhannya setiap keluarga pasti mempunyai cara yang berbeda-beda. Ada yang hanya mengandalkan kepala keluarga untuk bekerja ada juga yang mempunyai sebuah usaha keluarga. Usaha keluarga yaitu sebuah usaha untuk memperoleh sebuah keuntungan yang tidak dikelola secara individu melainkan bersama-sama oleh sebuah keluarga di mana anggota-anggota mempunyai hak untuk sebuah usaha tersebut. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengangkat sebuah topik tentang sebuah usaha yang sedang dijalankan oleh keluarga penulis yaitu usaha kacang mente.

B.     Rumusan Masalah

(1.)    Bagaimana sejarah berdirinya usaha kacang mente?
(2.)   Bagaimana permasalahan yang dihadapi usaha kacang mente dari awal berdiri sampai sekarang?

C.    Tujuan

(1.)  Untuk menjelaskan sejarah berdinya usaha kacang mente.
(2.)  Untuk menjelaskan permasalahan yang dihadapi usaha kacang mente dari awal berdiri sampai sekarang.

D.    Metode

Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).

(1.)  Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul sejarah berdirinya usaha kacang mente karena penulis ingin menceritakan bagaimana sejarah berdirinya usaha kacang mente dan permasalahan-permasalahan apa saja yang pernah dihadapi oleh usaha tersebut. Permasalahan-permasalahan yang pernah dialami sangat menarik untuk diangkat.


(2.)  Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga dan menulis hasil wawancara tersebut.

(3). Kritik/ Verifikasi
Penulis mengupulkan data-data dari wawancara dengan salah satu keluarga penulis dan mencari sumber dari data-data yang ada kemudian membandingkan data kacang mente dengan kegunaan kacang mente yang ada sekarang.

(3.)  Interpretasi
Jika  menurut penulis kacang mente di zaman sekarang ini masih banyak dijumpai dalam kemasan-kemasan yang berbeda. Ada yang dijumpai dalam bentuk kue maupun isi dari sebuah produk coklat.

 (5)  Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari internet yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi.sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup dan permasalahan yang pernah dihadapi oleh usaha tersebut.














BAB II
Pembahasan


2.1 Sejarah berdirinya usaha kacang mente
Usaha kacang mente ini pertama kali didirikan oleh Bapak Kusni beserta anak-anaknya yang berjumlah 7 orang. Aslinya Bapak Kusni mempunyai 10 oarang anak. Tetapi 3 orang anaknya telah meninngal dunia pada saat masih kecil dikarenakan sakit yang tidak diketahui karena minimnya alat pengobatan yang ada mengingat tempat tinggalnya yang di desa dan minimnya pengetahuan dari Bapak Kusni sendiri. Nama istri beliau adalah Ibu Kustiningsih. Bapak Kusni mempunyai ide untuk membuka usaha kacang mente berawal dari gagalnya hasil panen padi pada tahun 2000 yang diakibatkan oleh serangan hama burung dan musim hujan yang disertai angin kencang yang mengakibatkan kerugian dalam panen tersebut. Akhirnya pada suatu hari saat Bapak Kusni sedang duduk di kebunnya yang ditumbuhi banyak pohon jambu mente. Bapak Kusni mempunyai ide untuk  membangun sebuah usaha kacang mente. Karena banyak pohon jambu mente tetapi tidak pernah dimanfaatkan. Hal ini tentu saja untuk menutupi hasil panen yang rugi dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya serta untuk membayar sekolah anak-anaknya. Rupanya ide Bapak Kusni untuk membangun sebuah usaha kacang mente ini diikuti juga oleh orang-orang desa yang panennya juga gagal. Hal pertama yang dilakukan oleh Bapak Kusni adalah membeli peralatan untuk mengolah jambu mente menjadi kacang mente. Untuk membeli peralatan tersebut dengan terpaksa Bapak Kusni menjual beberapa kambing peliharaanya yang sudah dirawat sejak kecil.
Setelah mendapatkan dana dari hasil penjualan kambaing-kambingnya, dimulailah usaha Bapak Kusni dengan membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan. Peralatan tersebut adalah 2 buat Kacip (alat untuk memecah kulit dari kacang mente), 10 buah cukit (alat untuk mencongkel atau mengeluarkan isi kacang mente dari kulitnya), dan 1 buah pengompreng (alat berupa nampan besar dari besi untuk mengelupas kulit ari dari kacang mente). Bermodalkan alat-alat tersebut Bapak Kusni dibantu oleh istri serta anak-anaknya bekerja untuk memulai usaha ini agar bisa dijual ke pasar terdekat. Pembagian tugas sangat penting dalam usaha ini. Bapak Kusni yang mempunyai 7 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan salaing berbagi tugas. Anak laki-laki serta Bapak Kusni bekerja di rumah untuk mengkacip (memecah kulit kacang mente) dan mencukit (mencongkel atau mengeluarkan kacang mente dari kulitnya). Sedangkan anak perempuan serta istri beliau bekerja untuk mencari dan mengumpulkan jambu mente, memisahkan jambu mente dari kacang mente sehingga yang diambil hanya kacangnya saja dan mengompreng (memisahkan kacang mente dari kulitnya setelah dicukit dengan cara dipanaskan). Akhirnya setelah beberapa hari kacang mente siap untuk dijual di pasar. Pak Kusni menitipkan kepada tetangga yang bermata pencaharian sebagai pedagang di pasar untuk membantunya memasarkan kacang mentenya. Hasil yang di dapat pada penjualan pertama tidak terlalu memuaskan karena kacang mentenya tidak terjual semua. Tetapi hal tersebut tidak membuat Pak Kusni putus asa, beliau tetap melanjutkan usaha kacang mentenya tersebut.
Setelah sekian lama bertahan hasil yang didapat dari usaha kacang mente mulai bertambah dan berkembang. Terlebih lagi setelah anak-anak Pak Kusni yang mulai tumbuh dewasa dan menikah mulai memasarkan kacang mente pada masyarakat sekitar. Anak-anak Pak Kusni yang menikah secara otomatis akan lepas dari orang tuanya memasarkan kacang mente kepada masyarakat di sekitar mereka tinggal sehingga banyak pesanan-pesanan yang muncul. Kebanyakan dari mereka yang memesan kebanyakan adalah untuk makanan ringan serta suguhan untuk para tamu yang akan berkunjung pasa saat hari lebaran atau tamu pada saat ada acara-acara tertentu. Pada tahun 2010 Pak Kusni dan istrinya menyerahkan seluruh kuasa atas usaha kacang mentenya pada anak-anaknya. Hal ini dikarenakan faktor usia yang semakin menua dan tenaga yang sudah semakin berkurang. Tetapi dengan alasan kesibukan-kesibukan tertentu dan lokasi anak-anak Pak Kusni yang jauh dari tempat usaha, anak-anak Pak Kusni tidak dapat mengerjakan usaha ini secara langsung dan secara sepenuhnya. Maka diambil kebijakan untuk memperkejakan masyarakat sekitar rumah Pak Kusni untuk membantu proses usaha kacang mente ini. Dan Pak Kusni memutuskan untuk menikmati masa tuanya untuk menggarap sawah beserta istrinya.




















2.2  Permasalahan yang dihadapi usaha kacang mente dari awal berdiri sampai sekarang
Dalam setiap usaha atau industri pasti akan mengalami banyak permasalahan atau hambatan dalam setiap proses perjalanannya. Entah itu proses internal maupun eksternal. Hal itu juga dialami oleh usaha kacang mente yang dijalankan oleh keluarga Pak Kusni. Banyak hambatan-hambatan yang dating silih berganti. Dalam masalah tersebut harus kita hadapi dengan sabar agar permasalahan tersebut bisa terselesaikan dengan baik dan cepat selesai. Adanya saling bekerja sama dalam menghapi masalah tersebut.

 Di waktu dulu di kehidupan Bapak Kusni pada waktu penennya yang gagal beliau bingung arena tidak bisa membiayai keluarganya untuk hidup. Sampai-sampai disetiap hari hanya makan satu kali kadang hanya 2 kali saja, itu pun hanya memakan nasi serta sayur yang direbus serta sambal kalau tidak begitu makan nasi jagung dan lauk hanya ikan asin saja.

Di saat masa awal untuk memulai usaha kacang mente Pak Kusni sudah mulai menemui masalah untuk mencari modal. Maka diputuskan untuk menjual beberapa ekor kambingnya. Saat pemasaran pertama Pak Kusni sudah menemui permasalahan yaitu kurang mengenalnya masyarakat dengan makanan kacang mente sehingga tidak banyak kacang mente yang terjual pada awal penjualannya. Tetapi semakin berjalannya waktu masyarakat sudah mulai mengenal kacang mente. Masyarakat mulai mengenal kacang mente dengan berbagai cara mereka. Ternyata Buah jambu mente dapat juga dijadikan untuk makanan rujak sedangkan kulit dari jambu mente dapat dijadikan untuk alat bakar sebagai pengganti kayu. Masyrakat pedesaan umumnya tidak menggunakan kompor gas untuk memasak melainkan memakai kayu. Tetapi masalah ada pada saat musim hujan dimana banyak kayu yang menjadi basah sehingga susah untuk dibakar sehingga masyarakat desa mencari alternatif lain dengan menggunakan kulit kacang mente. Dengan cara-cara tersebut masyarakat mulai mengenal tentang kacang mente. Selain itu sudah ada produk-produk coklat yang menggunakan kacang mente sebagai isi di dalam produk coklatnya.

Selanjutnya masalah terletak pada produksi. Saat banyak dari masyarakat yang mulai mengenal jajanan kacang mente secara otomatis banyak pula alat produksi dan tenaga kerja yan dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pasar. Pada suatu saat terjadi masalah kerusakan pada beberapa alat kacip. Pesanan menjadi terlambat untuk dipenuhi dan terbengkalai. Maka untuk mengatasi masalah tersebut Pak Kusni segera memesan alat kacip baru pada pandai besi yang ada pada desa tersebut.

Masalah bahan mentah juga tidak lepas dari usaha Pak Kusni. Usaha Pak Kusni yang hanya mengandalkan hasil mente dari kebunnya saja tidaklah cukup untuk memenuhi pesanan. Belum lagi apabila pohon-pohon dari kebun tidak sedang dalam musim untuk berbuah atau masalah cuaca yang mengahambat pohon untuk berbunga dan berbuah sedangkan pesanan masih terus mengalir deras. Pak Kusni terpaksa mengambil kacang mente mentah yang berasal dari daerah lain yang tentu saja kualitasnya jauh dibawah kacang mente yang dihasilkan dari kebun Pak Kusni secara langsung. Hal ini tentu saja dapat mengurangi kepuasan pelanggan.
 
       






BAB III
Punutup
3.1 kesimpulan
      Dalam usaha Bapak Kusni masalah itu selalu ada dan datang silir berganti tetapi permasalahan tersebut bisa dijalani dan diselesaikan dengan ikhlas tanpa ada kata mengeluh dari Bapak Kusni. Masalah tersebut adalah masalah produksi maupun pemasaran.
3.2 Saran
Dalam menghadapi sebuah masalah kita seharusnya tidak boleh mengeluh dalam menghadapinya. Dalam suatu masalah pasti ada jalan keluarnya. Dan pada setiap masalah tersebut pasti ada suatu pelajaran yang dapat kita ambil.













Daftar Rujukan
Mujiastutik, 45 tahun, Desa Baladewa rt 04 rw 01 kec. Badas kab .Badas,9 November 2013, di tempat kediaman rumah Ibu Mujiastutik.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.

















Pertanyaan terkait wawancara                       
Hari/tanggal                                        : Sabtu/9 November 2013
Pukul                                                   : 16.30-17.00
Metode                                                : Wawancara
Informasi                                             : Ibu Mujiastutik
Tempat/tanggal lahir                           :Kediri, 09 April 1968
Pekerjaan                                             : Ibu rumah tangga
Alamat                                                : Desa Baladewa rt 04 rw 01 kec. Badas kab .Badas
Tempat wawancara                             : di rumah kediaman Ibu Mujiastutik

Kehidupan Bapak Sokari dulu seperti apa budhe ?
Dulu kakek mu seorang petani yang mempunyai sawah cukup luas dan mempunyai 12 sapi serta 10 ekor kambing. Istrinya yang bernama Ibu Kustiningsih yang hanya seorang ibu rumah tangga dan kadang kalanya membantu suaminya di sawah. Beliau juga mempunyai 10 anak tetapi 3 anak sudah tidak ada saat masih kecil. Hidup di zaman itu sangat susah. Kebanyakan warga hanya menggantungkan hidupnya pada sawah yang digarap dan bagi yang tidak mempunyai sawah mereka akan membantu orang yang mempunyai sawah untuk mendapatkan penghasilan. Meskipun Pak Kusni mempunyai sawah yang cukup luas dan banyak mempunyai hewan ternak tetpai hal tersebut tidak menjamin Pak Kusni sebagai orang kaya.


Apakah Bapak Kusni sangat sayang dengan keluarganya budhe?
Sangat sayang sekali nak, setiap sore Beliau melungkan waktunya untuk berkumpul dengan keluarganya. Beliau mengajarkan kepada anak-anaknya cara bersosialisasi dengan semua orang, mengajarkan arti itu kehidupan, bagaimana kita harus menjalani sebuah masalah, mengajarkan cara mengaji dan cara sholat dan apabila ada pertunjukan wayang atau layar tancap di desa beliau selalu mengajak seluruh anggota keluarganya untuk menonton.
Dari mana Pak Kusni mendapat ide untuk mendirikan sebuah usaha kacang mente?
Dahulu pernah ada saat dimana semua petani gagal panen karena serangan hama dan cuaca yang buruk. Saat itu banyak petani yang mengalami kerugian termasuk juga kakek mu. Saat semua orang sedang sibuk untuk mencari pinjaman uang, Kakek mu membuat usaha kacang mente setelah melihat kebunnya yang banyak ditanami pohin jambu mente tetapi tidak pernah dimanfaatkan.
Permasalahan apa saja yang dihadapi oleh Bapak Kusni dalam usahanya?
Banyak le, misalnya adalah masalah pemasaran kemudian alat dan tenaga. Untung saja Pak Kusni mempunyai anak-anak dan istri yang telaten dan selalu membantunya tanpa ada mengeluh.

Senin, 09 Desember 2013

HISTORIOGRAFI KELUARGA

SEJARAH SINGKAT PERJALANAN HIDUP
 KELUARGA BAPAK SAMAR


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Haryono,M.pd.



oleh
M.Syahrul Ilmi                        130732616131











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH

Desember 2013 




DAFTAR ISI

             Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................  i

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2     Perumusan Masalah......................................................................... 2
1.3     Tujuan Penulisan............................................................................. 2

BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Pemilihan Topik................................................................................ 3
2.2 Heuristik........................................................................................... 3
2.3 Kritk/Verifikasi................................................................................. 3
2.4 Interpretasi........................................................................................ 3
2.5 Historiografi..................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN
3.1Sejarah Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Samar............................. 5

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 8
4.2 Saran................................................................................................. 8

DAFTAR RUJUKAN................................................................................ 10



 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang    
              Perkataan “sejarah” mula-mula berasal dari bahasa Arab “syajaratun” (baca ; syajarah) artinya “pohon kayu”. Pohon menggambarkan pertumbuhan terus menerus dari bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga serta buah. Memang di dalam kata sejarah itu tersimpan makna pertumbuhan atau silsilah menurut Yamin dalam (Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 2)
              Sejarah bukan hanya berarti pohon, dalam arti “pohon keluarga” juga tidak hanya berarti keturunan, asal-usul dan silsilah. Walaupun demikian kalau mempelajari sejarah, sedikit-sedikitnya tentu mempelajari cerita, keturunan, silsilah, riwayat, asal-usul tentang seseorang atau kejadian. Sepintas lalu telah diuraikan arti kata sejarah ditinjau dari sudut etimologi, yang menggambarkan sifat seperti pohon yang tumbuh. Namun demikian bukanlah dimaksudkan bahwa sejarah itu secara biologis, tumbuh, berkembang, berbuah atau tidak dan akhirnya mati. Sejarah memang tumbuh, hidup, berkembang dan bergerak terus dan akan berjalan terus tiada hentinya sepanjang masa.
Keluarga adalah sebuah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan bebebrapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi peulis adalah segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena keluarga tempat kita untuk menyampaikan keluh kisah dalam keseharian melakukan kegiatan. Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita dan tidak pernah mengelu mengahadapi kita semua.
Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari itu. Antara lain fungsi tersebut yaitu pertama keluarga sebagai pendidik artinya keluarga mendidik kita dalam hal perilaku, tata aturan, kelakuan, cara bersosialisasi, dan dalam hal apapun agar kita semua bisa mempunyai bekal di hari nanti meski kita sudah sekolah di tempat yang formal. Fungsi kedua adalah sosialisasi, mengajarkan kita cara bergaul dan cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar kita tidak terjerumus dalam hal negatif. Fungsi ketiga adalah sebagi perlindungan yatu melindungi kita dalam kesehatan lahir dan batin. Yang keempat yaitu agama, memberikan cara kita pengajaran tentang agama mengenalkan kita terhadap Tuhan dan cara kita sholat denganNya. Yang kelima dalam segi ekonomis memberikan ekonomi kita agar kita bisa hidup. Yang terakhir memberikan kita kasih sayang, perhatian terhadap kita.
Keluarga juga mempunyai banyak tugas antara lain yang disebutkan penulis adalah dalam pemeliharaan fisik keluarga, yaitu memberikan perlindungan terhadap keluarganya. Yang kedua pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga, agar setiap anggota keluarga terpenuuhi apa yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimana sejarah perjalanan hidup keluarga Bapak Samar ?

1.3 Tujuan
·         Menjelaskan Bagaimana sejarah perjalanan hidup keluarga Bapak Samar.




BAB II
METODE PENELITIAN

Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi (Hariyono, 1995:109-112).

2.1  Pemilihan Topik
Penulis memilih topik sejarah keluarga yang berjudul sejarah singkat perjalanan hidup keluarga Bapak Samar, yang merupakan Kakek dari penulis makalah ini. Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup dari keluarga Bapak Samar yang banyak peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk dijelaskan.

2.2  Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan Bapak Arichan yang merupakan anak tertua dari Bapak Samar dan mengumpulkan data-data tertulis yang dimiliki oleh keluarga Bapak Samar.

2.3  Kritik/ Verifikasi
Penulis mengumpulkan data-data dari hasil wawancara dengan anak tertua Bapak Samar yaitu Bapak Arichan yang dinilai banyak mengetahui sejarah  perjalanan hidup keluarga Bapak Samar. Dan penulis juga mengumpulkan data-data tertulis yang dimiliki oleh keluarga Bapak Samar. Dengan membandingkan data dari wawancara dengan  data tertulis guna mendapatkan kefalitan dalam penulisan sejarah perjalanan hidup keluarga Bapak Samar.

2.4  Interpretasi
Keluarga Bapak Samar ini adalah keluarga yang harmonis.Dalam lingkungan sosial keluarga Bapak Samar juga dikenal sangat baik, salah satunya dibuktikan dengan lamanya Bapak Samar menjabat sebagai sekretaris desa, masyarakat suka karena beliau sangat bertanggung jawab atas tugasnya.

2.5  Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang akan bahas. Pada bab 2 dibahas bagaimana cara mencari informasi dengan cara melakukan wawancara kepada beberapa anggota keluarga Bapak Samar dan mengumpulkan data-data tertulis yang dimiliki keluarga Bapak Samar yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan bab 3 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup hidup yang dijalani oleh keluarga Bapak Samar.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Perjalanan Hidup Keluarga Bapak Samar
Keluarga Bapak Samar adalah sebuah keluarga yang bisa dikatakan keluarga besar yang harmonis. Bapak Samar lahir pada tahun 1927 di Desa Sungonlegowo kecamatan Bungah kabupaten Gresik. Sementara istri Beliau adalah Ibu Sakimi lahir pada 10 februari 1937 tempatnya juga sama di Desa Sungonlegowo kecamatan Bungah kabupaten Gresik. Mereka menikah pada tahun 1953.
Bapak Samar memiliki  6 orang anak. Anak pertama Beliau lahir pada 6 April 1955 adalah seorang laki-laki yang bernama Bapak Arichan yang kemudian menikah dengan perempuan dari desa sebelah yang bernama Ibu Umiyatun, mereka menikah pada Jum’at 24 November 1978, saat itu Bapak Arichan berusia 22 tahun, sementara ibu Umiyatun saat itu berusia 17 tahun. Bapak Arichan saat itu bekerja sebagai petani Tambak ikan tetapi sekarang beliau bekerja sebagai tukang kayu, beliau beralih profesi karena tambak ikannya semakin tidak membuahkan hasil. Dari perkawinan Bapak Arichan dan Ibu Umiyatun mereka dikaruniai 3 orang anak, anak pertama perempuan lahir pada 30 Desember 1980 bernama Ilmiyatul Jariyah yang sekarang sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki. Anak kedua dari Bapak Arichan dan Ibu Umiyatun lahir pada 13 Februari 1995 yang bernama M.Syahrul Ilmi, yang sekaligus menjadi penulis makalah ini, dan anak ketiga lahir pada 23 Juni 2000.  
Pada 7 November 1958 Bapak Samar dan Ibu Sakimi melahirkan anak kedua perempuan yang bernama Ibu Antini, yang kemudian menikah dengan Bapak Farchan dari desa sebelah dan mempunyai dua orang anak perempuan, namun Ibu Antini sekarang sudah wafat dikarenakan sakid stroke yang dideritanya. Dan anak ketiga Bapak Samar dan Ibu Sakimi bernama Bapak Ainin yang lahir pada 1 April 1890, pada waktu itu Bapak Ainin meneruskan study di IKIP Malang kemudian menikah dengan gadis Malang bernama Ibu Lilik dan tinggal menetap di Malang. Mereka memiliki dua orang anak laki-laki, tetapi Istri  Bapak Ainin sekarang sudah wafat disaat mereka menunaikan ibadah Haji bersama di Makkah dan dimakamkan disana.
Kemudian anak keempat Bapak Samar dan Ibu Sakimi bernama Ibu Almiyah lahir pada 9 April 1965, kemudian menikah dengan Bapak Khoirul Huda, dan mempunyai dua anak laki-laki. Tetapi pada awalnya mereka ini tidak direstui oleh orang tua masing-masing. Namun dengan tidak direstuinya mereka, Ibu Almiyah tidak mau menikah selain dengan Bapak khoirul Huda. Pada akhirnya mereka direstui dan menikah.
Anak Bapak Samar dan Ibu Sakimi selanjutnya bernama Hariyatin lahir pada 26 Maret 1971 yang setiap harinya membantu Ibu Sakimi di Sawah tetapi sekarang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tidak mau menikah sampai sekarang belum menikah. Anak yang terakhir dari Bapak Samar dan Ibu Sakimi lahir pada 7 Juli 1974 bernama Ibu Arti’anah yang kemudian menikah dengan Bapak Khusnul dan dikaruniai 1 anak laki-laki, tetapi suami Ibu Arti’anah sudah wafat saat bekerja di Negeri tetangga yaitu Malaysia.
            Dulu Bapak Samar adalah seorang petani sekaligus menjabat sebagai sekretaris desa ditempat beliau tinggal, dalam menjalankan tugasnya sebagai sekretaris desa beliau sangat bertanggung jawab atas tugasnya tersebut serta hubungan sosialnya dengan masyarakat juga baik sehingga masyarakat desa suka dengan beliau. Ditempat kelahirannya Bapak samar menjabat sebagai seketaris desa, beliau menjabat selama 40 tahun, waktu yang sangat lama, bisa dikatakan beliau sebagai seketaris desa terlama didesa tempat beliau lahir maupun didesa-desa yang lain bahkan mungkin menjabat sebagai seketaris desa terlama di Indonesia.
Sementara istrinya Ibu Sakimi hanya ibu rumah tangga dan terkadang membantu Bapak samar di sawah pada waktu Bapak samar tidak ada kerjaan dikantor desa. Ibu Sakimi melakukan pekerjaan di rumah seperti, memasak dan membersikan rumahnya. Rumah beliau hanya berdinding kayu dan masih beralaskan tanah, kira-kira 13 m dan 5 m. Dulu penerangan rumah Bapak Samar hanyalah sebuah lampu yang terbuat dari minyak tanah lampu tersebut bernama lampu teplok karena saat itu listrik sulit didapat didesa tersebut. Rumah Bapak Samar bertempat di pinggiran sungai dan transportasi yang sering digunakan pada waktu itu adalah perahu. Di setiap sore hari Bapak Samar selalu menyempatkan waktunya untuk keluarganya dan anak-anaknya untuk mengajarkan apa arti kehidupan dan cara mengajarkan dekat dengan Tuhan dan selalu menuturi perilaku yang baik dan perilaku yang harus dijauhi karena perbuatan yang tidak baik.
Bapak Samar sangat suka dengan kesenian wayang kulit, setiap ada pertunjukan wayang kulit didesanya atau didesa tetangga beliau selalu menyempatkan diri untuk menontonnya, sampai beliau hafal seakali mengenai cerita-cerita wayang dan mengoleksi banyak wayang dirumahnya bahkan beliau sering membuat wayang sendiri. Biasanya Bapak samar menceritakan wayang kepada kedua anak laki-lakinya yaitu Bapak Arichan dan Bapak Ainin, sehingga sampai sekarang Bapak Arichan dan Bapak Ainin sangat suka dengan kesenian wayang kulit.
            Pada tahun1992 Bapak Samar mengakhiri jabatannya sebagai seketaris desa karena usia yang semakin tua dan mulai terkena sakit sakitan. Beliau lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah karena sakit yang dideritanya. Akhirnya pada tahun 1998 Bapak samar wafat dirumah sakit Ibnu Sina Gresik dan dimakamkan dipemakaman umum tempat beliau lahir. Pada tahun 2003 Istri Bapak Samar yaitu Ibu Sakimi juga mulai terkena sakit-sakitan dan akhirnya wafat dan dimakamkan disebelah makam Bapak Samar.






BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga Bapak Samar adalah sebuah keluarga yang bisa dikatakan keluarga besar yang harmonis. Bapak Samar memiliki  6 orang anak. Anak pertama adalah seorang laki-laki yang bernama Bapak Arichan, anak kedua perempuan yang bernama Ibu Antini, anak ketiga  bernama Bapak Ainin, anak keempat bernama Ibu Almiyah, anak selanjutnya bernama Ibu Hariyatin, dan anak yang terakhir bernama Ibu Arti’anah.
 Dulu Bapak Samar adalah seorang petani sekaligus menjabat sebagai sekretaris desa tempat beliau tinggal, Sementara istrinya Ibu Sakimi hanya ibu rumah tangga dan terkadang membantu Bapak samar di sawah pada waktu Bapak samar tidak ada kerjaan dikantor desa. Bapak Samar sangat suka dengan kesenian wayang kulit, setiap ada pertunjukan wayang kulit. Biasanya Bapak samar menceritakan wayang kepada kedua anak laki-lakinya yaitu Bapak Arichan dan Bapak Ainin, sehingga sampai sekarang Bapak Arichan dan Bapak Ainin sangat suka dengan kesenian wayang kulit.
Pada tahun1992 Bapak Samar mengakhiri jabatannya sebagai seketaris desa usia yang semakin tua dan mulai terkena sakit sakitan. Akhirnya pada tahun 1998 Bapak samar wafat dirumah sakit Ibnu Sina Gresik dan dimakamkan dipemakaman umum tempat beliau lahir. Pada tahun 2003 Istri Bapak Samar yaitu Ibu Sakimi juga mulai terkena sakit-sakitan dan akhirnya wafat dan dimakamkan disebelah makam Bapak Samar.
4.2 Saran
Dalam penulisan sejarah khususnya penulisan sejarah keluarga hendaknya kita mencari data-data yang falit atau benar, sehingga kita bisa menulis cerita sejarah sesuai dengan kebenarannya dan tidak sampai terjadi manipulasi sejarah.




DAFTAR RUJUKAN

Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Malang: Pustaka Jaya.
Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Sjamsuddin, Helius & Ismaun, H. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
              Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Pendidikan Tenaga Akademik.