SEJARAH SEBAGAI SUATU ILMU
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar
Ilmu Sejarah
yang
dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.
oleh
Ahmad
Kurniawan 130732616136
Dian
Rara Puspitasari 130732607184
Fitri
Isnainin 130732607197
Lutfi
Novitasari 130732607173
Prita
Yulianti 130732607199
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
SEPTEMBER 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2
Rumusan
Masalah........................................................................................2
1.3
Tujuan.................................................................................. .......................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah........................................................................................3
2.2 Sejarah Sebagai Ilmu....................................................................................3
2.3 Fungsi
Sejarah..............................................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................11
DAFTAR
RUJUKAN........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia memiliki
keterkaitan yang erat dengan sejarah. Setiap kejadian yang dialami manusia di
masa lampau, baik ataupun buruk, diingat oleh manusia dan diceritakan kembali
secara lisan maupun tulisan menjadi cerita sejarah. Manusia adalah penutur
sejarah, yang membuat cerita sejarah. Sebelum manusia mampu membuat sejarah,
manusia dibuat oleh sejarah, dibimbing serta dibina oleh sejarah pula. Oleh sebab
itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah.
“Dalam beberapa tahun
kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu
tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah
interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam
bukunya yang berjudul In Defence of History, Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah
untuk masyarakat” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).
Sejarah merupakan ilmu
pengetahuan yang memiliki metode ilmiah yang terstruktur dan bertanggung jawab.
Pengkajian sejarah dilakukan dengan metodologi ilmiah tertentu untuk meneliti
bukti-bukti yang ada sehingga teruji dengan seksama otentisitas dan
kredibilitasnya. Bukti-bukti yang telah teruji tersebut kemudian akan menjadi
suatu rangkaian fakta ilmiah yang dapat digunakan untuk mengungkap sejarah
secara objektif dan benar atau paling tidak mendekati kebenaran.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah yang kelompok kemukakan berdasarkan latar belakang diatas ialah:
1.
Apa pengertian
sejarah?
2.
Mengapa sejarah
disebut sebagai ilmu?
3.
Apa fungsi
sejarah dalam kehidupan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang kelompok kemukakan
berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas adalah:
1. Untuk
menjelaskan pengertian sejarah.
2. Untuk
menjelaskan faktor-faktor sejarah disebut sebagai ilmu.
3. Untuk
menjelaskan fungsi sejarah dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sejarah
Secara etimologis, kata
sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun
yang berarti pohon kayu. Pohon kayu menggambarkan adanya kejadian, pertumbuhan,
dan perubahan dan perkembangan karena inti sejarah itu sendiri adalah perubahan
(H. Sjamsuddin
& Ismaun, 1996: 21). Sedangkan
dalam bahasa Inggris sejarah disebut history
yang berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, sejarah disebut
geschicht yang berarti telah terjadi (Louis Gottschalk, 1983: 27). “Pada
hakikatnya, sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan
perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai
peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau
yang selaras dengan rangkaian sebab-akibatnya” (H. Sjamsuddin
& Ismaun, 1996: 22).
2.2 Sejarah
Sebagai Ilmu
Ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat,
lahir, batin, dsb (http://kbbi.web.id/ilmu). Yang menentukan suatu pengetahuan
itu ilmu atau bukan ilmu adalah adanya metode ilmiah yang digunakan sebagai
dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara untuk mendekatinya sehingga
sampai pada kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 16).
Sejarah sebagai ilmu
merupakan suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan manusia pada masa lampau yang diteliti, disusun serta disajikan
secara sistematis dan metodis berdasarkan asas, prosedur dan metode serta
teknik ilmiah khusus yang diakui oleh pakar sejarah untuk memperoleh suatu kebenaran
(H. Sjamsuddin
& Ismaun, 1996: 15). Sejarah
dikatakan sebagai ilmu karena memiliki metode ilmiah. Selain itu, sejarah juga
memiliki unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik keilmuannya.
Berikut penjelasan tentang ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu
ilmu.
2.2.1 Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut A. Sobana Hardjasaputra
dalam makalahnya yang berjudul Metode
Penelitian Sejarah (2008: 4-6),
Sejarah disebut sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri keilmuan sebagai
berikut:
2.2.1.1 Bersendi Pada Pengetahuan
Pengetahuan
adalah ciri pertama yang menjadi landasan
ilmu untuk mencari keterangan atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu.
Suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi suatu ilmu yaitu
memiiliki subyek, obyek, dan hubungan antara subyek dan obyek.
Subyek
adalah orang-orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja mengetahui suatu
peristiwa. Obyek merupakan sesuatu atau suatu peristiwa yang diketahui oleh
obyek. Hubungan antara subyek dan obyek itulah yang menjadikan suatu ilmu
pengetahuan.
2.2.1.2 Memiliki Metode
Metode
merupakan unsur penting dalam suatu ilmu. Untuk merekonstruksi sebuah peristiwa
dalam sejarah diperlukan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode pengkajian
sejarah. Tanpa metode, penulisan sejarah hanya akan menjadi tulisan populer
yang hanya bersifat deskriptif-naratif tanpa mengandung unsur karya ilmiah.
2.2.1.3 Sistematis
Sejarah
diteliti dan ditulis melalui serangkaian metode yang sistematis. Hubungan antar
peristiwa disusun secara kronologis sehingga tulisan sejarah memiliki sifat
diakronis (memanjang menurut alur waktu). Susunan sejarah juga berdasarkan
kausalitas (hubungan sebab-akibat).
2.2.1.4 Pendekatan Ilmiah
Sejarah
memiliki teori, yaitu teori sejarah. Teori dan metode dibutuhkan dalam
penulisan sejarah. Selain itu, penulisan sejarah juga harus menggunakan
pendekatan multidimensional, yaitu melalui penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu
sosial lain seperti antropologi, sosiologi, politik, dll yang memiliki hubungan
relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Hal tersebut untuk mempertajam
daya analisis sehingga diperoleh penjelasan kongkrit mengenai peristiwa yang
diteliti.
2.2.1.5 Perspektif Filsafat
Filsafat
merupakan landasan pemikiran yang menegaskan kebenaran suatu ilmu. Pemikiran
filsafat dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu,
sejarah juga memiliki suatu filsafat sejarah. Perspektif atau sudut pandang
filsafat tersebut digunakan untuk mencapai sebuah kebenaran dan obyektivitas
suatu peristiwa sejarah.
2.2.2 Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut Kuntowijoyo
seperti yang dikutip Nana Supriatna (2008: 6), sejarah sebagai ilmu memiliki
karakteristik sebagai berikut:
2.2.2.1
Empiris
Secara etimologis, empiris berasal dari bahasa
Yunani empeiria yang artinya pengalaman. Sejarah bersifat empiris karena
sejarah melakukan kajian terhadap peristiwa yang benar-benar pernah terjadi di
masa lampau. Sejarah tergantung pada aktivitas manusia di masa lampau yang
terekam dalam bukti-bukti yang diteliti para sejarawan untuk mencapai suatu
kebenaran fakta yang diinterpretasikan menjadi tulisan sejarah.
2.2.2.2 Memiliki Objek
Kata objek berasal dari
bahasa Latin objectus yang artinya sasaran. Sejarah sebagai ilmu harus memiliki
sasaran yang jelas. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah
manusia dan segala aktivitas dalam dimensi waktu masa lampau. Objek dapat
bersifat artefak jika objek yang ditemukan merupakan hasil daripada peristiwa
misalnya potongan tembikar, reruntuhan bangunan, dan mata uang. Sedangkan objek sejarah dikatakan bersifat
dokumen jika ditemukan dalam bentuk rekaman daripada peristiwa baik secara
lisan maupun tertulis misalnya keterangan dari saksi hidup dan dokumen resmi
tertulis (Louis Gottschalk, 1983: 28-29).
2.2.2.3 Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yg
mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi,
argumentasi (http://kbbi.web.id/teori).
Dalam meneliti objeknya, sejarah memiliki teori tersendiri. Teori dalam sejarah diajarkan sesuai dengan
keperluan peradaban masing-masing. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal
adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan
subjektivitas. Meskipun rekonstruksi total masa lampau yang menjadi tujuan para
sejarawan secara logis tidak dapat dicapai sepenuhnya (Louis Gottschalk, 1983:
27), setidaknya akan terungkap sejarah yang mendekati kebenaran untuk kemudian
digunakan sebagai acuan kehidupan masa sekarang dan masa depan.
2.2.2.4
Mempunyai Generalisasi
Generalisasi merupakan
sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian (http://kbbi.web.id/generalisasi).
Namun, karena sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan seringkali
dijumpai kesulitan dalam pengumpulan bukti yang valid, maka sifat generalisasi
sejarah harus selalu dinamis sesuai dengan perkembangan penemuan-penemuan baru
yang mendukung keabsahan suatu fakta sejarah.
2.2.2.5
Memiliki Metode
Metode merupakan suatu
cara tertentu untuk meneliti dan mengkaji sesuatu (H. Sjamsuddin
& Ismaun, 1996: 19). Metode dalam
sejarah diperlukan untuk meneliti bukti-bukti yang ada untuk memperoleh
fakta-fakta yang kemudian dikaji lebih lanjut dan disimpulkan menjadi sejarah secara
objektif dan benar.
Menurut Ernest
Bernsheim dalam bukunya Lehrbuch der
Historischen Methode und der Geschicht-philosophie seperti yang dikutip
oleh H. Sjamsuddin
& Ismaun (1996: 19-20), metode sejarah
dapat dirinci dengan sistematika sebagai berikut:
(1) Heuristiek, mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah;
(2) Kritiek, menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah;
(3) Auffassung, menanggapi fakta-fakta sejarah yang didapat dari
sumber-sumber sejarah dan berusaha membayangkan gambaran masa lampau;
(4) Darstellung, menyampaikan hasil rekonstruksi imajinatif tentang
masa lampau sehingga sesuai dengan jejak-jejak sejarah yang telah ditemukan
atau imajinasi ilmiah.
2.3 Fungsi
Sejarah
Sejarah memiliki banyak fungsi pada prakteknya dalam
kehidupan. Menurut A. Sobana Hardjasaputra
dalam makalahnya yang berjudul Metode
Penelitian Sejarah (2008: 9-12), sejarah memiliki fungsi sebagai berikut:
2.3.1 Fungsi Umum
Secara
umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Peristiwa-peristiwa yang
terekam dalam sejarah kemudian ditelusuri kembali untuk mencari keabsahannya.
Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut kemudian diceritakan kembali dan dijadikan
bahan pelajaran dalam kehidupan manusia.
2.3.2 Fungsi Khusus
Dalam
fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah
secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik (fungsi
hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi
ke luar dirinya).
2.3.2.1
Fungsi Intrinsik
Fungsi
intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui
peristiwa di masa lampau dan juga sebagai ilmu pengetahuan.
2.3.2.2 Fungsi Ekstrinsik
Fungsi
sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif
sejarah mencakup :
2.3.2.2.1 Pendidikan Penalaran
Menulis
sejarah secara ilmiah atau mempelajarinya secara kritis akan mendorong
meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh
beberapa hal.
Pertama,
sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa.
Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan
beberapa faktor yang saling berkaitan (kekuatan
sejarah). Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Berarti sejarah
mendidik orang berpikir plurikausal (multidimensional), bukan berpikir monokausal.
Kedua,
sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah
mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani
kehidupan.
Ketiga,
sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat
fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah. Berarti sejarah mendidik
kita untuk memiliki daya nalar yang dilandasi oleh sikap kritis.
2.3.2.2.2 Pendidikan Moral
Sejarah
syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang
mengandung nilai moral yang, meskipun telah terjadi di masa lampau, dapat kita
ambil hikmahnya untuk kemudian dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan di
masa sekarang dan masa yang akan datang.
2.3.2.2.3 Pendidikan Kebijaksanaan
Peristiwa
atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya
kebijaksanaan. Kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan
acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang.
Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.
2.3.2.2.4
Pendidikan Politik
Sejarah
memuat peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat
politik di masa lampau. Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk kehidupan
politik di masa kini agar tidak terjerumus dalam kemeluut politik yang pernah
dialami di masa lampau. Dan dapat diaplikasikann dalam kehidupan masa kini
hal-hal yang dianggap baik dan dapat memajukan kehidupan politik masa kini
maupun masa yang akan datang.
2.3.2.2.5
Pendidikan Perubahan
Pada
dasarnya, sejarah merupakan perubahan. Kehidupan manusia terus berubah,
walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Hal tersebut terekam
dalam sejarah. Perubahan-perubahan yang telah terjadi di masa lampau dan
terekam dalam sejarah juga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
perubahan di masa sekarang.
2.3.2.2.6
Pendidikan Mengenai Masa Depan
Mempelajari
sejarah bukan berarti hidup di masa lalu. Sejarah mengandung
peristiwa-peristiwa yang memiliki makna dan pesan yang dapat kita
interpretasikan sebagai acuan untuk kehidupan di masa kini maupun masa depan.
Dengan mempelajari sejarah secara kritis dan terarah, kita dapat memprediksi
apa yang kira kira akan terjadi di masa yang akan datang.
2.3.2.2.7 Sejarah Sebagai Ilmu Bantu
Sejarah
sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang
dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, seni,
bahasa, dan lain sebagainya.). Sebagai contoh, mempelajari seni batik tulis
tidak hanya cukup dengan belajar menggambar batik di atas kain, namun perlu
juga mempelajari tentang sejarah asal muasal seni batik tulis itu sendiri agar
pemahaman terhadap seni tersebut semakin mendalam dan kemudian dapat
meningkatkan kesadaran untuk melestarikan warisan budaya tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat penulis simpulakan berbagai hal sebagai berikut yaitu:
1.
Sejarah ialah
suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi
ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala
aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan
rangkaian sebab-akibatnya.
2.
Sejarah memiliki ciri-ciri dan karakteristik
yang membuatnya disebut sebagai ilmu. Sejarah memiliki ciri-ciri bersendi pada
pengetahuan, memiliki metode, sistematis, menggunakan pendekatan ilmiah, dan
memiliki perspektif filsafat. Sejarah sebagai ilmu juga memiliki karakteristik antara
lain bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, memiliki metode ilmiah
dalam penelitiannya, dan mempunyai generalisasi.
3.
Sejarah memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan baik secara umum, yaitu sebagai ilmu pengetahuan, maupun secara
khusus. Fungsi khusus sejarah yang paling penting terutama pada fungsi
edukatifnya yang meliputi pendidikan nalar, pendidikan moral, pendidikan
politik, pendidikan kebijakan atau kebijaksanaan (kearifan), pendidikan
perubahan, pendidikan untuk masa depan, dan sebagai ilmu bantu.
3.2 Saran
Berdasarkan
pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis paparkan, penulis menyarankan
kepada masyarakat pada umumnya dan kepada para mahasiswa pada khususnya, untuk
mulai mempelajari sejarah secara lebih mendalam. Karena sejarah sebagai ilmu
memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan. Segala yang
telah terjadi di masa lampau hendaknya dapat menjadi acuan untuk membina
kehidupan di masa sekarang dan masa depan. “Salah satu kutipan yang paling
terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis
oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: ‘Mereka yang tidak
mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya’ ” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).
Daftar Rujukan
Gottschalk,
L. 1983. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. terj. Nugroho
Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Sjamsuddin,
H & Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu
Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Hardjasaputra,
A.S. 2008. Metode Penelitian Sejarah. Makalah
disajikan dalam Workshop Penelitian dan Pengembangan Kabudayaan Penulisan Karya
Ilmiah dan Perekaman Data, Bandung, 12-14 Februari 2008.
Supriatna,
N. 2008. Sejarah Untuk Kelas X Sekolah
Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar