Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 13 September 2013

Tugas Kelompok 1 "SEJARAH SEBAGAI ILMU"



SEJARAH SEBAGAI SUATU ILMU


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd.





oleh
Ahmad Kurniawan 130732616136
Dian Rara Puspitasari 130732607184
Fitri Isnainin 130732607197
Lutfi Novitasari 130732607173
  Prita Yulianti 130732607199






 
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
SEPTEMBER 2013




DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i

BAB I              PENDAHULUAN
1.1                Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2                Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3                Tujuan.................................................................................. .......................2

BAB II             PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Sejarah........................................................................................3
2.2       Sejarah Sebagai Ilmu....................................................................................3
2.3       Fungsi Sejarah..............................................................................................7

BAB III          PENUTUP
3.1       Kesimpulan.................................................................................................11
3.2       Saran..........................................................................................................11

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................13



BAB I
 PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan sejarah. Setiap kejadian yang dialami manusia di masa lampau, baik ataupun buruk, diingat oleh manusia dan diceritakan kembali secara lisan maupun tulisan menjadi cerita sejarah. Manusia adalah penutur sejarah, yang membuat cerita sejarah. Sebelum manusia mampu membuat sejarah, manusia dibuat oleh sejarah, dibimbing serta dibina oleh sejarah pula. Oleh sebab itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah.
“Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defence of History, Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Universitas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).
Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki metode ilmiah yang terstruktur dan bertanggung jawab. Pengkajian sejarah dilakukan dengan metodologi ilmiah tertentu untuk meneliti bukti-bukti yang ada sehingga teruji dengan seksama otentisitas dan kredibilitasnya. Bukti-bukti yang telah teruji tersebut kemudian akan menjadi suatu rangkaian fakta ilmiah yang dapat digunakan untuk mengungkap sejarah secara objektif dan benar atau paling tidak mendekati kebenaran.

1.2      Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok kemukakan berdasarkan latar belakang diatas ialah:
1.                 Apa pengertian sejarah?
2.                 Mengapa sejarah disebut sebagai ilmu?
3.                 Apa fungsi sejarah dalam kehidupan?
1.3      Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang kelompok kemukakan berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas adalah:
1.         Untuk menjelaskan pengertian sejarah.
2.         Untuk menjelaskan faktor-faktor sejarah disebut sebagai ilmu.
3.         Untuk menjelaskan fungsi sejarah dalam kehidupan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Pengertian Sejarah
Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti pohon kayu. Pohon kayu menggambarkan adanya kejadian, pertumbuhan, dan perubahan dan perkembangan karena inti sejarah itu sendiri adalah perubahan (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 21). Sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah disebut history yang berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Jerman, sejarah disebut geschicht yang berarti telah terjadi (Louis Gottschalk, 1983: 27). “Pada hakikatnya, sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan rangkaian sebab-akibatnya” (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 22).

2.2      Sejarah Sebagai Ilmu
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dsb (http://kbbi.web.id/ilmu). Yang menentukan suatu pengetahuan itu ilmu atau bukan ilmu adalah adanya metode ilmiah yang digunakan sebagai dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara untuk mendekatinya sehingga sampai pada kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 16).
Sejarah sebagai ilmu merupakan suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lampau yang diteliti, disusun serta disajikan secara sistematis dan metodis berdasarkan asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah khusus yang diakui oleh pakar sejarah untuk memperoleh suatu kebenaran (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 15). Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena memiliki metode ilmiah. Selain itu, sejarah juga memiliki unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik keilmuannya. Berikut penjelasan tentang ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu ilmu.

2.2.1    Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah (2008: 4-6), Sejarah disebut sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri keilmuan sebagai berikut:

2.2.1.1 Bersendi Pada Pengetahuan
Pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan atau penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu. Suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi suatu ilmu yaitu memiiliki subyek, obyek, dan hubungan antara subyek dan obyek.
Subyek adalah orang-orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja mengetahui suatu peristiwa. Obyek merupakan sesuatu atau suatu peristiwa yang diketahui oleh obyek. Hubungan antara subyek dan obyek itulah yang menjadikan suatu ilmu pengetahuan.

2.2.1.2 Memiliki Metode
Metode merupakan unsur penting dalam suatu ilmu. Untuk merekonstruksi sebuah peristiwa dalam sejarah diperlukan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode pengkajian sejarah. Tanpa metode, penulisan sejarah hanya akan menjadi tulisan populer yang hanya bersifat deskriptif-naratif tanpa mengandung unsur karya ilmiah.

2.2.1.3 Sistematis
Sejarah diteliti dan ditulis melalui serangkaian metode yang sistematis. Hubungan antar peristiwa disusun secara kronologis sehingga tulisan sejarah memiliki sifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). Susunan sejarah juga berdasarkan kausalitas (hubungan sebab-akibat).


2.2.1.4 Pendekatan Ilmiah
Sejarah memiliki teori, yaitu teori sejarah. Teori dan metode dibutuhkan dalam penulisan sejarah. Selain itu, penulisan sejarah juga harus menggunakan pendekatan multidimensional, yaitu melalui penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial lain seperti antropologi, sosiologi, politik, dll yang memiliki hubungan relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Hal tersebut untuk mempertajam daya analisis sehingga diperoleh penjelasan kongkrit mengenai peristiwa yang diteliti.

2.2.1.5 Perspektif Filsafat
Filsafat merupakan landasan pemikiran yang menegaskan kebenaran suatu ilmu. Pemikiran filsafat dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu, sejarah juga memiliki suatu filsafat sejarah. Perspektif atau sudut pandang filsafat tersebut digunakan untuk mencapai sebuah kebenaran dan obyektivitas suatu peristiwa sejarah.

2.2.2    Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu
Menurut Kuntowijoyo seperti yang dikutip Nana Supriatna (2008: 6), sejarah sebagai ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut:

            2.2.2.1  Empiris
Secara etimologis, empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang artinya pengalaman. Sejarah bersifat empiris karena sejarah melakukan kajian terhadap peristiwa yang benar-benar pernah terjadi di masa lampau. Sejarah tergantung pada aktivitas manusia di masa lampau yang terekam dalam bukti-bukti yang diteliti para sejarawan untuk mencapai suatu kebenaran fakta yang diinterpretasikan menjadi tulisan sejarah.

2.2.2.2 Memiliki Objek
Kata objek berasal dari bahasa Latin objectus yang artinya sasaran. Sejarah sebagai ilmu harus memiliki sasaran yang jelas. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan segala aktivitas dalam dimensi waktu masa lampau. Objek dapat bersifat artefak jika objek yang ditemukan merupakan hasil daripada peristiwa misalnya potongan tembikar, reruntuhan bangunan, dan mata uang.  Sedangkan objek sejarah dikatakan bersifat dokumen jika ditemukan dalam bentuk rekaman daripada peristiwa baik secara lisan maupun tertulis misalnya keterangan dari saksi hidup dan dokumen resmi tertulis (Louis Gottschalk, 1983: 28-29).

2.2.2.3 Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi (http://kbbi.web.id/teori). Dalam meneliti objeknya, sejarah memiliki teori tersendiri.  Teori dalam sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing. Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas. Meskipun rekonstruksi total masa lampau yang menjadi tujuan para sejarawan secara logis tidak dapat dicapai sepenuhnya (Louis Gottschalk, 1983: 27), setidaknya akan terungkap sejarah yang mendekati kebenaran untuk kemudian digunakan sebagai acuan kehidupan masa sekarang dan masa depan.

             2.2.2.4  Mempunyai Generalisasi
Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian (http://kbbi.web.id/generalisasi). Namun, karena sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan seringkali dijumpai kesulitan dalam pengumpulan bukti yang valid, maka sifat generalisasi sejarah harus selalu dinamis sesuai dengan perkembangan penemuan-penemuan baru yang mendukung keabsahan suatu fakta sejarah.

            2.2.2.5  Memiliki Metode
Metode merupakan suatu cara tertentu untuk meneliti dan mengkaji sesuatu (H. Sjamsuddin & Ismaun, 1996: 19). Metode dalam sejarah diperlukan untuk meneliti bukti-bukti yang ada untuk memperoleh fakta-fakta yang kemudian dikaji lebih lanjut dan disimpulkan menjadi sejarah secara objektif dan benar.
Menurut Ernest Bernsheim dalam bukunya Lehrbuch der Historischen Methode und der Geschicht-philosophie seperti yang dikutip oleh H. Sjamsuddin & Ismaun (1996: 19-20), metode sejarah dapat dirinci dengan sistematika sebagai berikut:
(1)   Heuristiek, mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah;
(2)   Kritiek, menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah;
(3)   Auffassung, menanggapi fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber-sumber sejarah dan berusaha membayangkan gambaran masa lampau;
(4)   Darstellung, menyampaikan hasil rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau sehingga sesuai dengan jejak-jejak sejarah yang telah ditemukan atau imajinasi ilmiah.

2.3      Fungsi Sejarah
Sejarah memiliki banyak fungsi pada prakteknya dalam kehidupan. Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah (2008: 9-12), sejarah memiliki fungsi sebagai berikut:

2.3.1    Fungsi Umum
Secara umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan. Peristiwa-peristiwa yang terekam dalam sejarah kemudian ditelusuri kembali untuk mencari keabsahannya. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut kemudian diceritakan kembali dan dijadikan bahan pelajaran dalam kehidupan manusia.

2.3.2    Fungsi Khusus
Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih luas. Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik (fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).
  
            2.3.2.1   Fungsi Intrinsik
Fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui peristiwa di masa lampau dan juga sebagai ilmu pengetahuan.

2.3.2.2  Fungsi Ekstrinsik
Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif sejarah mencakup :

2.3.2.2.1  Pendidikan Penalaran
Menulis sejarah secara ilmiah atau mempelajarinya secara kritis akan mendorong meningkatkan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Ternyata penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan (kekuatan sejarah). Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Berarti sejarah mendidik orang berpikir plurikausal (multidimensional), bukan berpikir monokausal.
Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis). Berarti sejarah mendidik kita memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan.
Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta. Akan tetapi tidak setiap sumber memuat fakta, dan tidak setiap fakta adalah fakta sejarah. Berarti sejarah mendidik kita untuk memiliki daya nalar yang dilandasi oleh sikap kritis.

2.3.2.2.2   Pendidikan Moral
Sejarah syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang mengandung nilai moral yang, meskipun telah terjadi di masa lampau, dapat kita ambil hikmahnya untuk kemudian dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

2.3.2.2.3   Pendidikan Kebijaksanaan
Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya kebijaksanaan. Kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam menghadapi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Berarti sejarah memiliki fungsi pragmatis.

2.3.2.2.4        Pendidikan Politik
Sejarah memuat peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik di masa lampau. Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk kehidupan politik di masa kini agar tidak terjerumus dalam kemeluut politik yang pernah dialami di masa lampau. Dan dapat diaplikasikann dalam kehidupan masa kini hal-hal yang dianggap baik dan dapat memajukan kehidupan politik masa kini maupun masa yang akan datang.

2.3.2.2.5        Pendidikan Perubahan
Pada dasarnya, sejarah merupakan perubahan. Kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Hal tersebut terekam dalam sejarah. Perubahan-perubahan yang telah terjadi di masa lampau dan terekam dalam sejarah juga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perubahan di masa sekarang.

2.3.2.2.6        Pendidikan Mengenai Masa Depan
Mempelajari sejarah bukan berarti hidup di masa lalu. Sejarah mengandung peristiwa-peristiwa yang memiliki makna dan pesan yang dapat kita interpretasikan sebagai acuan untuk kehidupan di masa kini maupun masa depan. Dengan mempelajari sejarah secara kritis dan terarah, kita dapat memprediksi apa yang kira kira akan terjadi di masa yang akan datang.

2.3.2.2.7   Sejarah Sebagai Ilmu Bantu
Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang dikaji oleh ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, seni, bahasa, dan lain sebagainya.). Sebagai contoh, mempelajari seni batik tulis tidak hanya cukup dengan belajar menggambar batik di atas kain, namun perlu juga mempelajari tentang sejarah asal muasal seni batik tulis itu sendiri agar pemahaman terhadap seni tersebut semakin mendalam dan kemudian dapat meningkatkan kesadaran untuk melestarikan warisan budaya tersebut.


BAB III
PENUTUP
3.1             Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulakan berbagai hal sebagai berikut yaitu:
1.                 Sejarah ialah suatu konsep tentang waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi berbagai peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras dengan rangkaian sebab-akibatnya.
2.                 Sejarah memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang membuatnya disebut sebagai ilmu. Sejarah memiliki ciri-ciri bersendi pada pengetahuan, memiliki metode, sistematis, menggunakan pendekatan ilmiah, dan memiliki perspektif filsafat. Sejarah sebagai ilmu juga memiliki karakteristik antara lain bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, memiliki metode ilmiah dalam penelitiannya, dan mempunyai generalisasi.
3.                 Sejarah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan baik secara umum, yaitu sebagai ilmu pengetahuan, maupun secara khusus. Fungsi khusus sejarah yang paling penting terutama pada fungsi edukatifnya yang meliputi pendidikan nalar, pendidikan moral, pendidikan politik, pendidikan kebijakan atau kebijaksanaan (kearifan), pendidikan perubahan, pendidikan untuk masa depan, dan sebagai ilmu bantu.

3.2       Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis paparkan, penulis menyarankan kepada masyarakat pada umumnya dan kepada para mahasiswa pada khususnya, untuk mulai mempelajari sejarah secara lebih mendalam. Karena sejarah sebagai ilmu memiliki banyak fungsi dalam


kehidupan. Segala yang telah terjadi di masa lampau hendaknya dapat menjadi acuan untuk membina kehidupan di masa sekarang dan masa depan. “Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: ‘Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya’ ” (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah).


Daftar Rujukan
Gottschalk, L. 1983. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Sjamsuddin, H & Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hardjasaputra, A.S. 2008. Metode Penelitian Sejarah. Makalah disajikan dalam Workshop Penelitian dan Pengembangan Kabudayaan Penulisan Karya Ilmiah dan Perekaman Data, Bandung, 12-14 Februari 2008.

Supriatna, N. 2008. Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar