Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 13 September 2013

Makalah kelompok 5 "peran interpretasi dan imajinasi dalam sejarah"


PERAN INTERPRETASI DAN IMANAJINASI DALAM SEJARAH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh  Prof. Dr. Hariyono M.Pd. dan Indah W.P. Utami, S.Pd.,S.Hum., M.Pd.


OLEH : KELOMPOK 5

Daulat Salahuddin Fatih  (130732616133)
Ivo Febrian Sirait            (130732616148)
Mohammad Izzuddin     (130732616142)
Nur Hidayat                   (130732616132)
Imani fahrul Sandra       (130732607192)
Yanrico Galih Fernando (130732616140)





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
September 2013



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah  ini semaksimal mungkin. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. dan Ibu Indah W.P. Utami, S.Pd., S.Hum., M.Pd. selaku dosen pengantar ilmu sejarah kami yang senantiasa membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang perancangan output sistem, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai akhir kata, saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang  telah membantu baik secara moril maupun materil sehingga karya tulis ini dapat selesai tepat pada waktunya. Segala kerendahan hati menunggu segala saran dan kritik yang membangun yang dapat lebih menyempurnakan penulisan karya tulis ini


Malang 10-08-2013


Tim Penyusun


                                                                                                   
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
  1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
  1.2 Masalahatau Topik Bahasan ....................................................................... 2
  1.3 Tujuan......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
  2.1 Pengertian Interpretasi ............................................................................... 4
  2.2 Tujuan interpretasi dalam Sejarah............................................................... 4
  2.3 Pengertian Imanjinasi.................................................................................. 6
  2.4 Tujuan Imajinasi dalam sejarah................................................................... 7
BAB III PENUTUP........................................................................................... 9
  3.1 Kesimpulan................................................................................................. 9
  3.1.1 Saran dan Kritik....................................................................................... 9
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................ 10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Interpretasi dan imajinasi sangat dibutuhkan dalam ilmu sejarah. Karena interpretasi dan imajinasi dapat menunjukkan atau menggambarkan suatu kejadian yang telah terjadi walaupun tidak sama persis. Setidaknya peristiwa yang telah terjadi bisa diketahui secara garis besar dengan sebuah imajinasi, karena dengan imajinasi kita dapat mengulas peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu imajinasi dibutuhkan sebagai media untuk menelusuri kejadian di masa lalu. Tetapi hasil dari imajinasi tidak selalu akurat, karena imajinasi hanya mengutarakan ingatan  yang menggambarkan sebuah peristiwa yang belum tentu sama dengan peristiwa sebenarnya.
Salah satu tugas sejarawan adalah merekonstruksi sebuah peristiwa bersejarah. Sudah pasti mereka mempunyai sebuah deskripsi dari data sejarah untuk membuktikan data, fakta dan bukti yang telah mereka teliti. Jika sebuah data tersebut akan mereka presentasikan maka harus membuat suatu visualisasi yang dapat membuat semua mengerti bahwa peristiwa itu benar terjadi. Dan sejarawan tidak luput dari fantasi, karena dengan fantasi atau imajinasi, sejarawan dapat menvisualisasikan atau menampilkan fakta dari suatu peristiwa tertentu.



1.2 Rumusan Masalah
Telah dipaparkan sedikit dari latar belakang masalah bahwa sejarawan tidak luput interpretasi dan imajinasi. Maka dibawah ini rumusan masalah yang telah disusun:
            1. Apa pengertian interpretasi?
            2. Apa tujuan interpretasi dalam sejarah?
            3. Apa pengertian imajinasi?
            4. Apa tujuan imajinasi dalam sejarah? 
. 
1.3 Tujuan

Telah ditulis dalam topik masalah, dapat jabarkan suatu tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian interpretasi dalam sejarah.
2. Untuk menjelaskan tujuan dari interpretasi dalam sejarah.
3. Untuk menjelaskan pengertian imajinasi.
4. Untuk menjelaskan tujuan imajinasi.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interpretasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Interpretasi dalam ilmu sejarah bisa disamakan dengan penafsiran yaitu suatu metode penelitian sejarah yang berupa penggambaran informasi, baik dari lisan, tulisan, gambar, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Penggambaran dapat muncul sewaktu penafsir melakukan penelitian terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas, baik secara sadar ataupun tidak.

2.2 Tujuan Interpretasi dalam Sejarah
Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang, seperti pada propaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan. Tetapi interpretasi masih bisa di rumuskan dengan benar bila kita dapat mengidentifikasikan suatu masalah yang membingungkan.
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Data atau sumber sejarah yang dikritik akan menghasilkan fakta yang akan digunakan dalam penulisan sejarah. Namun demikian, sejarah itu sendiri bukanlah kumpulan dari fakta, parade tokoh, kronologis peristiwa, atau deskripsi belaka yang apabila dibaca akan terasa kering karena kurang mempunyai makna. Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu peristiwa dapat direkonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urutan kausal.

Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa jadinya. Dalam interpretasi, seorang sejarawan tidak perlu terkekang oleh batas-batas kerja bidang sejarah semata, sebab sebenarnya kerja sejarah melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk memahami kompleksitas sesuatu peristiwa, maka mau tidak mau sejarah memerlukan pendekatan multidimensi.
berbagai ilmu bantu perlu dipergunakan dengan tujuan mempertajam analisis sehingga diharapkan dapat diperoleh generalisasi ke tingkat yang lebih sempurna. Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa dalam tahapan interpretasi inilah subjektifitas sejarawan bermula dan turut mewarnai tulisannya dan hal itu tak dapat dihindarkan. Walau demikian, seorang sejarawan harus berusaha sedapat mungkin menekan subjektifitasnya dan tahu posisi dirinya sehingga nantinya tidak membias ke dalam isi tulisannya.
Tidak ada interpretasi yang bersifat final. Sehingga, setiap generasi berhak mengkerangkakan interpretasinya sendiri. Bukan hanya mengkerangkakannya, setiap generasi juga wajib melakukan interpertas sendiri. Persoalan krusial kita, bagaimana sulitnya kita berhubungan dengan masa lalu. Namun, di sisi lain kita ingin melihat garis yang bisa membawa kemajuan menuju solusi atas apa yang kita rasakan dan apa yang kita pilih sekarang-masa depan. Jika kebutuhan ini tidak kita jawab secara rasional dan jujur, maka kita akan kembali jatuh pada interpretasi historisis yang tak lebih dari keputusan historis.
Menurut Kuntowijoyo, seorang sejarawan, dalam pekerjaannya harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi, dan apa yang terjadi sesudahnya. Dalam kasus-kasus yang ada ini, batasan yang dipakai sangat jelas. Pembatasan yang seharusnya dilakukan adalah, membatasi interpretasi yang berkembang khusus pada keadaan yang sebenarnya terjadi. Jadi jika imajinasi yang berkembang menjadi menginterpretasikan keadaan yang bukan sebenarnya terjadi, maka telah terjadi manipulasi peristiwa yang sebenarnya.Kemampuan interpretasi adalah menguraikan fakta-fakta sejarah dan kepentingan topik sejarah, serta menjelaskan masalah kekinian. Tidak ada masa lalu dalam konteks sejarah yang benar-benar aktual terjadi. Yang ada hanyalah interpretasi-interpretasi histories.
Dari pengalaman sehari-hari kita tidak menyadari bahwa telah menggunakan interpretasi. Misalanya, sewaktu naik kereta api dari Surabaya ke Jakarta seseorang tertidur dalam perjalanan dan baru bangun waktu tiba di Cirebon. Meskipun tidak menyadai kenyataan perjalanan yang sebenarnya, tetapi dengan penafsiran ia mengetahui bahwa kereta api telah melampaui beberapa tempat, antara lain Cirebon, Semarang, Kebumen, Purwokerto, dll. Bahkan pemandangan di beberapa tempat dapat dibayangkan pula, karena pengalaman perjalanan. Maka dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa interpretasi atau penafsiran sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Masing-masing generasi memiliki persoalan dan masalahnya sendiri. Sehingga memiliki kepentingan dan sudut pandang sendiri. Setiap generasi berhak memikirkan dan mereinterpretasi sejarah menurut caranya sendiri. Interpretasi tiap-tiap generasi akan saling komplementer, dalam artian interpretasi generasi sekarang akan bersifat komplementer dengan interpretasi generasi sebelumnya. Seluruh sejarah bergantung pada interes kita. Yang ada ialah berbagai sejarah, dan tidak pernah ada sejarah tunggal.

2.3 Pengertian Imajinasi
Menurut kamus besar bahasa indonesia imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau meciptakan gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Sedang imajinasi dalam ilmu sejarah adalah sebuah pemikiran yang terbentuk sebuah kontruksi peristiwa sejarah untuk menghasilkan bayangan-bayangan, citra atau ide tentang sesuatu dibenak manusia.
Imajinasi identik dengan khayalan, juga sering dihubungkan dengan pikiran bawah sadar. Seseorang yang sedang tidur, misalnya, nalarnya masih bekerja namun di luar kesadaran. Gagasan imajiner dapat bermula dari pikiran berandai- andai. Pendek kata, imajinasi ialah pemikiran manusia yang samar. Imajinasi merupakan sebuah pemikiran yang terbentuk atas bayangan-bayangan tentang sesuatu di benak kita.
2.4 Tujuan Imajinasi dalam Sejarah
Dengan imajinasi, manusia mengembangkan sesuatu dari kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Ia dapat mengembangkan sesuatu dari Ciptaan Tuhan dalam pikirannya. Dengan tujuan untuk mengembangkan suatu hal yang lebih bernilai dalam bentuk benda, atau sekedar pikiran yang terlintas dalam benak.
Dalam ranah kesejarahan, imajinasi berperan cukup penting. Setiap rekonstruksi sejarah akan menghasilkan suatu bentuk. Setiap bentuk memuat unsur-unsur yang mewujud konstruk. Sebuah konstruk adalah abstrak, maka ia tidak mungkin sama dengan gambaran lengkap dari apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam melakukan suatu penelitian, seorang sejarawan tentu saja harus mendasarkan penelitiannya kepada fakta-fakta yang diperoleh. Namun, seseorang tidak bisa serta merta memahami fakta-fakta sejarah itu, yang terjadi di masa lampau.
Dengan berimajinasi, seseorang akan dapat menggambarkan tentang kejadian yang berlangsung pada suatu waktu., dengan berdasarkan pada fakta. Fakta menjadi landasan sejarawan untuk berimajinasi Namun ada batasan imajinasi dalam sejarah, yaitu tidak melakukan penganiayaan terhadap data historis, meski ia bebas melakukan interpretasi dan pengembangan. Penganiayaan di sini dalam arti imajinasi yang berlebihkan dalam analisisnya. Adapun peran imajinasi dalam analisis sejarah terutama membantu mencari kaitan antar fakta sehingga dapat dibandingkan. Fakta adalah bagian penting dalam memunculkan imajinasi seperti batu bata yang tersusun kemudian direkatkan secara apik hingga menjadi satu bangunan yang kuat. Ungkapan ini merupakan ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kedudukan dan peran imajinasi dalam analisis. Imajinasi berkaitan erat dengan interpretasi demikian pula dengan fantasi.
Sebagai contoh, dalam imajinasi sejarah, seorang sejarawan harus mampu untuk berimajinasi tentang sejarah yang akan digalinya. Misalnya, dalam Perang Aceh, ia (sejarawan) harus mampu berimajinasi mengenai pantai, hutan, desa, meunasah, istana, mesjid, dan bukit-bukit. Mungkin ia akan bisa memahami Teuku Umar melalui pemahaman imajinernya tentang pantai, erlawanan Tjoet Nyak Dhien melalui hutannya, dan penyebaran cita-cita perang Sabil lewat imajinasinya tentang desa, meunasah, dan mesjid (Kuntowijoyo, 2001:70)
Imajinasi didukung oleh interpretasi sebagai perekat antar fakta-fakta sejarah. Imajinasi seseoang saat merumuskan peristiwa sejarah, berbeda dengan sastrawan. Sejarah adalah sejarah sebagai ilmu, dan sastra adalah sastra sebagai imajinasi.” Imajinasi juga berkaitan dengan fantasi, namun fantasi lebih pada khayalan yang tidak terarah, sedangkan imajinasi khususnya dalam sejarah adalah mengkhayalkan sesuatu yang mungkin terjadi dalam sejarah.
Imajinasi dalam sejarah dan imajinasi dalam interpretasi fiksi sangat beda. Oleh karena itu, di sini penting memilah antara imajinasi sejarah dan imajinasi fiksi. Imajinasi sejarah merupakan imajinasi yang dilakukan seorang sejarawan atau seorang sumber sejarah dalam mengungkap sebuah peristiwa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Imajinasi fiksi (seperti sastra atau ruang lingkup fiksi lainnya) secara singkat dapat dikatakan sebagai pengungkapan imajinasi yang terus berkembang tanpa batas yang jelas. Walau dalam novel sejarah, ada beberapa kasus sejarah yang berusaha ditampilkan atau minimal sebagai bahan “pembangkit” awal masalah atau mungkin “hanya” sebagai pendahuluan yang dikonstruksi sebagai jalan masuk ke dalam cerita (latar belakang peristiwa atau tempat atau bahkan sebagai pendahuluan), tetapi sebagian besar cerita dalam novel tersebut telah “tercemar” dengan faktor imajinasi sang penulis. Untuk itu perlu ditegaskan di sini bahwa imajinasi sejarah dan imajinasi fiksi merupakan dua hal yang beda.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Saran dan Kritik
Seorang sejarawan dituntut untuk dapat menginterpretasikan sebuah masalah dengan cukup obyektif, sesuai dengan materi yang sebenarnya. Di sinilah imajinasi dalam sejarah diperlukan. Sebuah imajinasi dengan batasan keadaan yang sebenarnya. Penggunaan imajinasi dalam interpretasi dan eksplanasi menjadi mutlak disaat kasus yang sulit menjadi penghalang dalam menginterpretasikan masalah yang dihadapi.
Selain batasan tersebut diatas, faktor kontinuitas (kesinambungan) dan akronisme (ketidakcocokan) menjadi faktor yang harus diperhatikan. Kesinambungan dan urutan waktu dalam interpretasi maupun ekplanasi menjadi hal yang wajib ditaati agar tidak terjadi fallacies (kesalahan-kesalahan dalam penulisan). Sangat lucu jika fakta yang kita rangkai tidak sinambung dan urutan waktunya berloncatan. Maka tuntutan seorang sejarawan dalam meramu fakta secara continuitas dan akronisme, sangat mutlak dilakukan. Hal ini untuk menghindari kerancuan dalam sejarah dan sebagai landasan yang kuat dalam menerima serbuan kritik.




DAFTAR RUJUKAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/interpretasi
http://id.wikipedia.org/wiki/imajinasi
Antoro, Saiful.T. 2009. Interpretasi dalam metode sejarah. Jogyakarta : FISE-UNY
Panyarikan, K.S. 2004. Penafsiran sejarah. Suatu studi kasus penulisan kembali buku perlajaran serjarah nasional jepang untuk sekolah menengah. IKIP Malang : Malang
Sujatmoko,I. 2012. Metode Sejarah (Online), (http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2013/04/metode-sejarah.html)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar